Jumat, 15 April 2011

QIROAT DALAM ALQUR'AN


QIRO’AT DALAM AL-QUR’AN
(Pengertian, sejarah, perkembangan dan macam-macamnya)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Telah kita ketahui bersama bahwa bangsa Arab merupakan komunitas dari berbagai suku yang secara “sporadic” terbesar disepanjang “Jazirah arab”. Setiap suku mempunyai format dialek yang tipikal dan berbeda dengan suku-suku lainnya. Perbedaan dialek itu tentunya sesuai dengan letak geografis dan sosio cultural dari masing-masing suku lainnya..
Disisi lain,perbdnitu membawa konsekuensi lahirnya bermacam-macam bacaan dalam melafalkan Al-Qur’an. Lahirnya bermacam-macam bacaan itu sendiri, dengan melihat gejala beagamnya dialek, sebenarnya bersifat alami, artinya tidak dapat dihindari lagi.
dri itulah, makalah ini disusun untuk ingin lebih mengetahui apa sebenarnya qira’ah dalam AL-Qur’an itu, yang mana pembahasannya meliputi tentang pengertian sejarah, juga macam-macam dari qira’ah itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa pengertian Qiro’at dalam Al-Qur’an?
1.2.2 Bagaimana sejarah perkembangan dari Qiro’at dalam al-qur’an?
1.2.3 Apa saja macam-macam Qiro’at dalam Al-Qur’an?
1.3 Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan pembahasan ini adalah:
1.3.1 Unutuk mengetahui pengertian dari Qiro’at dalam Al-Qur’an
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimanakah swjarah perkembangan dari qiro’at dalam Al-Qur’an.
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja macam-macam dari Qiro’at dalam Al-Qur’an.

QIRO’AT DLAM AL-QUR’AN
(Pengertian, sejarah, perkembangan dan macam-macamnya)
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Qiro’at

Secara bahasa Qiro’at akalah bentuk jama’ dari kata qira’ah yang berarti bacaan.
Sedangkan secara istilah Ibn Al-Jazari mendefinisikan bahwa qiro’ah adalah pengetahuan tentang wara-cara melafalkan kalimat-kalimat Al-Qur’an dan perbedaannya denfan membangsakannya kepada penukilnya.
Selain Ibnu Al-Jazari masih banyak tokoh-tokoh yang memberikan definisi tentang qira’ah ini, seperti menurut Imam Ibnu Jauzy dalam kotab Munjidul Muqri’in mendefinisikan bahwa qira’ah ialah ilmu mengenai cara mengucapkan kalimat-kalimat Al-Qur’an dan perbedaan-perbedaannya.
Dan menurut Imam Az-Zakani dalam buku Manaahilul Irfan mendefinisikan bahwa qira’ah adalah suatu cara membaca Al-Qur’an yang dipilih oleh salah seorang imam ahli qira’ah, yang berbeda dengan cara orang lain dalam mengucapkan Al-Qur’anil karim.

2. Sejarah Perkembangan

Pada masa awal, yaitu pada masa hisup Nabi Muhammad SAW, perhatian umat islam terhadap Al-Qur’an ialah memproleh ayat-ayat Al-Qur’an itu sendiri, dengan mendengarkan, membaca, dan menghafalkannya secara lisan dari sahabat yang lain, dan dari seorang imam ahli bacaan yang satu kepada imam yang lain.
Pada periode awal ini, Al-Qur’an belum dibukukan, sehingga dasar pembacaan dan pelajarannya adalah masih secara lisan (tanpa tulisan). Pedomannya adalah nabi dan para sahabat serta orang-orang yang hafal Al-Qur’an.
Hal seperti ini berlangsung secara terus menerus sampai pada masa sahabat, masa pemrintahan khalifah Abu Bakar dan Umar R.A. Pada masa mereka, kitab Al-Qur’an sudah dibukukan dalam satu mushaf. Pembukuan Al-qur’an tersebut merupakan ikhtiar Khalifah Abu Bakar atas inisiatif Umar Bin Khatab.
Pada masa pemerintahan khalifah Utsman Bin Affan mushaf Al-qur’an itu disalin dan di buat banyak, serta dikirim ke daerah-daerah islam yang pada waktu itu sudah menyebar luas guna menjadi pedoman bacaan pelajaran dan hafalan Al-qur’an.
Hal ini di upayakan khalifah Utsman, karena pada waktu itu ada perselisihan sesame kaum muslimin di daerah Azzerbeijan mengenai bacaan Al-qur’an. Perselisihan tersebut hampir saja menimbulkan perang saudara sesama umar islam. Sebab, mereka berlainan dalam menerima bacaan ayat-ayat Al-qur’an karena oleh Nabi di ajarkan cara bacaan yang relefan dengan dialek mereka masing-masing. Tetapi kerena tidak memahami maksud tujuan Nabi yang begitu tadi, lalu tiap-tiap suku/golongan menganggap hanya bacaan mereka sendiri yang benar, seddangkan bacaan yang lain itu salah sehingga mengakibatkan perselisihan.
Inlah pangkal perbedaan qiraah dan tonggak sejarah tumbuhnya ilmu qiraah. Untuk memadamkan perselisihan-perselidihan itu, khalifah Utsman mengadakan penyalinan mushaf Al-qur’an dan mengirimkannya ke berbagai daerah, sehinnga bisa mempersatukan kembali perpecahan umat islam. Tentunya, bacaan Al-qur’an di daerah-daerah tersebut mengacu pada mushaf yang dikirim oleh khalifah Utsman tadi. Mushaf-mushaf yang dikirim oleh khalifah Utsman seluruhnya sama, karena semuannya berasal dari beliau.
Sesudah itu, banyak bermunculan para quro’ yang ahli dalam berbagai cara dalam membaca Al-qur’an. Mereka menjadi panutan di daerahnya masing-masing dan menjadi pedoman bacaan, dan cara-cara membaca Al-qur’an

3. Macam-macam Qiro’at Al-Qur’an

Qiraatul Qur’an itu bermacam-macam. Jika di tinjau dari banyaknya para quro’ yang mengajarkannya, ada tiga macam yaitu: qira’ah sab’ah, qira’ah asyrah dan qiraah arba’ah asyarata. Jika di tinjau dari segi riwayatnya seperti dalam hadits ada enam macam yaitu: mutawatir, masyhur, shahih, syadz, maudhu’, dan mudraj. Sedangkan ditinjau dari segi nama jenisnya ada empat macam yaitu qiraah, riwayat, thariq, dan wajah.
A. Di tinjau dari para qurra’
Dari uraian di atas, ada tiga macam yaitu:
a. Qiraah sab’ah
Yang qiraahnya disandarkan kepada tujuh ahli qiraah yang termasyhur. Qiraah tersebut mulai terkenal sejak abad II H. tujuh pakar qiraah tersebut ialah:
• Nafi’ bin Abd Rahman ( wafat 169 H) di Madinah
• Asyim bin Abi Najud Al-Asady (wafat 127 H) di Kuffah
• Hamzah bin Habib At-Taymy (wafat 158 H) di Kuffah
• Ibnu Amir Al yashhuby ( wafat 118 H) di Syam
• Abdullah Ibnu Katsir ( wafat 130 H) di Makkah
• Abu Amer Ibnul Ala ( wafat 154 H0 di Basrah
• Abu Ali Al-Kisai ( wafat 189 H) di Kuffah
b. Qiraah asyrah
Qiraahnya didasarkan kepada sepuluh orang ahli qiraah yang mengajarkannya. Menurut sebagian ulama’, pembatasan terhadap tujuh ahli qiraah itu kutang tepat, karena ternyata mesih banyak ulama lain yang pandai memahami qiraatil qur’an. Sepuluh pakar qiraah ini adalah qurra’ tujuh tadi di tambah:
• Abu ja’far Yazid Ibnul Qa’qa Al-Qari (wafat 130 H) di Madinah
• Abu Muhammad Ya’kub bin Ishaq Al- Hadhary ( wafat 205 H) di Basrah.
• Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam Al-A’masyy ( wafat 229 H )
c. Qiraah arba’ah asyarata
Qiraahnya disandarkan kepada empat belas ahli qiraah yang mengajarkannya, qurra’ itu adalah sepuluh qurra’ diatas dittambah:
• Hasan Al-Bashry ( wafat 110 H ) di Basrah
• Ibnu Muhaish ( wafat 123 H )
• Yahya Ibnul Mubarrak Al-Yazidy ( wafat 202 H ) di Baghdad
• Abul Faraj Ibnul Ahmad Asy-Syambudzy ( wafat 388 H) di Baghdad

B. Di tinjau dari para perowi

Iamam As-syuyuti dalam buku “Al-itqan” manukilkan dari Ibnu Jauzi dalam buku “Munjidul Muqri’in” menjelaskan bahwa hal ini ada enam macam yaitu:
a. Qiraah Mutawatir
Qiraah yang diriwayatkan oleh orang banyak dari orang banyak, mereka tidak mungkin dusta.
b. Qiraah Masyhur
Qiraah yang shahih sanadnya, selaras dengan kaidah bahasa arab, serta bacaannya cocok dengan salah satu mushaf Utsman baik dari qiraah sab’ah atau qiraah asyrah.
c. Qiraah Ahad
Qiraah yang sanadnya shahih, teteapi tulisannya tidak cocok dengan mushaf Utsman dan juga tidak selaras dengan bahasa arab. Qiraah semacam ini tidak boleh untuk membaca Al-qur’an dan juga tidak boleh diyakini dari Al-qur’an.
d. Qiraah Syadz
Qiraah yang tidah shahih sanadnya.
e. Qiraah Maudu’
Qiraah yang di buat-buat, yang tidak ada dasarnya sama sekali.
f. Qiraah Mudraj
Qiraah yang bacaannya di tambah-tambah sebagai penjelasan.
.
C. Di tinjau dari segi nama jenis

Menurut sebagian ulama’, jika ditinjau dari segi nama jenis, macam-macam qiraah itu ada empat yaitu:
a. Qiraah
Nama untuk bacaan yang telah membuhi syarat
b. Riwayah
Nama untuk bacaan yang hanya berasal dari salah seorang perawinya sendiri.
c. Thoriq
Nama untuk bacaan yang sanadnya terdiri dari orang-orang yang sesudah para perawinya sndiri.
d. Wajah
Nama untuk bacaan terhadap Al-qur’an yang tidak didasarkan sifat-sifat tersebut diatas, malainkan berdasarkan pilihan pembacannya sendiri .

Menurut As-suyuthi dalam kitab Al-itqan, jenis-jenis qiraah. Riwayat thoriq dan wajah ini harus di ketahui pula oleh para ahli qiraah, jangan sampai diabaikan agar tidak merusak atau mengurangi ilmunnya.


QIRO’AT DLAM AL-QUR’AN
Pengertian, sejarah, perkembangan dan macam-macamnya)
BAB III
KESIMPULAN
1. Qiraah adalah
pengetahuan tentang wara-cara melafalkan kalimat-kalimat Al-Qur’an dan perbedaannya denfan membangsakannya kepada penukilnya.

2. Sejarah qiraah Al-qur’an adalah
Berawal ketika muncul perselisihan antar kelompok yang menganggap bahwa bacaanya benar dan yang lain salah, yang kemudian disatukan oleh Khalifah Utsman, setelah itu qiraah-qiraah berkembang terus

3. Macam-macamnya adalah
a. Di tinjau dari para qurra:
Qiraah sab’ah, qiraah asyrah dan qiraah arba’ah asyarata
b. Di tinjau dari para perowi:
Qiraah muttawatir, masyhur, ahad, syadz, maudhu’, dan mudraj
c. Di tinjau dari segi nama jenis
Qiraah, riwayah, thariq dan wajah


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan. 2004. Ulumul Qur’an. Pustaka Setia. Bandung.

Djalal, Abduh. 1998. Ulumul Qur’an. Dunia Ilmu. Surabaya.

Syadali, Ahmad. 1997. Ulumul Qur’an I. Pustaka Setia. Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar