Jumat, 15 April 2011

MAKALAH PEMIKIRAN DAN POLA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM


PEMIKIRAN DAN POLA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam yang di bimbing oleh Bpk. Drs. H. Miskar, MA.


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
NGLAWAK KERTOSONO NGANJUK
OKTOBER, 2010
I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Lahirnya modernisasi atau pembaharuan di sebuah tempat akan selalu beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat itu. Modernisasi atau pembaharuan bisa diartikan apa saja yang merupakan upaya atau usaha perbaikan keadaan baik dari segi cara, konsep, dan serangkaian metode yang bisa diterapkan dalam rangka menghantarkan keadaan yang lebih baik. Begitupun dengan yang terjadi pada islam.
Dunia Islam kini mengalami banyak sekali perubahan-perubahan dalam segala bidang termasuk dari segi pendidikan. Hal ini berkaitan dengan pembaharuan dan pola pendidikan yang ada didalamnya. Baik dari segi materi, metode pengajaran, konsep dan sarana yang digunakan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Dari perpindahan yang serba tradisional menuju kemoderenan dan bersifat terbuka dalam hal apapun guna menerima sesuatu yang baru dan Semua itu berkaitan dengan kemajuan-kemajuan yang ada didalamnya. Dan dalam makalah ini akan dibahas yang berkaitan dengan hal-hal yang melatar belakangi pembaharuan pemikiran dan pola pembaharuan pendidikan islam, dan pola-pola pemikiran dan pembaharuan pendidikan islam.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemikiran dan pembaharuan pendidikan islam?
2. Bagaimana pola-pola pembaharuan pendidikan islam?
1.3. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembahasan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pemikiran dan pembaharuan pendidikan islam
2. Mengetahui pola-pola pembaharuan pendidikan islam


II. PEMIKIRAN DAN POLA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM
2.1. Pemikiran dan pembaharuan pendidikan islam
Kalau dikaitkan dengan pembaharuan pendidikan Islam akan memberi pengertian bagi kita, bahwa pembaharuan adalah suatu upaya melakukan proses perubahan kurikulum, cara, metodologi, situasi dan pendidikan Islam dari yang tradisional (ortodox) kearah yang lebih rasional, dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu.
Pembaharuan pendidikan di dunia Islam pertama kali dimulai di kerajaan Usmani. Pembaharuan pendidikan di dunia Islam tidak berangkat dari kesadaran akan rendahnya kualitas pendidikan yang dampaknya dapat dirasakan pada aspek lainnya. Faktor yang melatar belakangi gerakan pembaharuan pendidikan bermula dari kekalahan-kekalahan kerajaan Usmani dalam peperangan dengan Eropa. kemudian mulai mengadakan introspeksi diri dengan meneliti dan menyelidiki keunggulan yang dimiliki Barat. Dari itu, tumbuh sikap baru dalam diri kerajaan usmani terhadap Barat. Jika sebelumnya, Barat dianggap lemah dan kafir di hadapan Islam,dan menjalin kerja sama untuk mengejar ketinggalan Islam dengan kemajuan Barat.
Upaya pembaharuan pendidikan dimasa sultan Ahmad III yang baru berjalan dilanjutkan oleh Sultan mudmud II. Usaha perubahan pendidikan dimasa Sultan Ahmad III yang tidak lancar ditindak lanjuti dengan perubahan pendidikan yang lebih intens. Dimasa itu, menurut Harun Nasution, orang-orang mulai malas memasukan anak-anak mereka ke madrasah dan mengutamakan mengirim mereka belajar ketrampilan secara praktis diperusahan-perusahan industri pangan. Kebiasaan ini membuat bertambah pesatnya jumlah buta huruf. Untuk mengatasi program ini, Sultan Mahmud II mengeluarkan perintah agar anak sampai umur dewasa jangan dihalangai masuk madrasah. Ia menyadari bahwa pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi modern mempunyai peran dominan dalam mencapai kemajuan. IOleh sebab itu, ia berusaha keras menata dan membenahi kurikulum di madrasah-madrasah dengan memasukan ilmu pengetahuan umum. Sebagaimana halnya didunia islam lainnya, sulit sekali mengadakan perubahan kurikulum di madrasah dengan menambah pengetahuan umum. Maka madrasah tradisional dibiarkan berjalan, tetapi disampingnya didirikan dua sekolah pengetahuan umum:Maktebi Ma’arif (Sekolah Pengetahuan Umum) yang bertujuan mendidik siswa untuk menjadi pegawai-pegawai dan Maktebi Ulum- U Edebiye(Sekolah sastra) untuk menyediakan penterjemahan- penterjemahan untuk keperluan pemkanmerintahan. Di kedua sekolah ini diajarkan bahasa Prancis, ilmu bumi, ilmu ukur, sejarah dan ilmu politik, serta bahasa Arab.
Pada perkembangan berikutnya, sekolah-sekolah model-model barat banyak dibangun oleh Sultan Mahmud II, Ia juga mengirim lebih kurang 150 pelajar keluar negeri, antara lain Prancis, Inggris, Rusia dan Austria.
Seperti di Turki, pembaruan pendidikan Islam di Mesir juga diawali oleh penguasa pembaruan Islam setelah adanya kontak dengan peradaban Islam setelah adanya kontak dengan peradaban Barat. Invasi Napoleon yang membawa kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan Barat telah membuka mata rakyat Mesir bahwa umat Islam telah tertinggal oleh kemajuan Barat, selanjutnya mendorong umat Islam untuk mengadakan modernisasi yang dipelopori oleh Muhammad Ali. Tidak hanya corak dan model pendidikan Barat yang diterapkan oleh Muhammad Ali di Mesir, Ia juga mempercayakan pengawasan sekolah kepada orang Barat, bahkan guru-gurunya juga didatangkan dari Barat (Eropa). Upaya pembaharuan dan modernisasi yang dipelopori oleh Muhammad Ali di Mesir besar sekali kontribusinya bagi Mesir untuk menjadi negara modern. Gerakan pembaharuannya telah memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat kepada umat Islam, dan sampai pada suatu waktu dapat menyingkap awan hitam yang menyelimuti pola pikir dan sikap keagamaan sehingga lahirlah intelegensia muslim yang berpengetahuan agama yang luas, berwawasan modern, dan tidak berpandangan sempit.
Sebesar apapun manfaat yang dicapai dari pembaharuan Islam baik di Mesir dan di Turki, masih ada kekurangan yang didapati dalam bidang pendidikan Islam. Sebagai akibat dari usaha pembaharuan pendidikan Islam dalam rangka untuk mengejar kekurangan dan ketinggalan dari dunia barat dalam segala aspek kehidupan, maka terdapat kecenderungan adanya dualisme dalam sisten pendidikan Islam. Usaha pendidikan modern yang berorientasi pada tiga pola pemikiraan (Islam murni, barat, dan nasionalisme) yang mengambil pola sistem pendidikan barat dengan menyesuaikan Islam dan kepentingan nasional.
Sistem pendidikan modern, dilaksnakan pemerintah untuk memenuhi tenaga ahli untuk kepentingan pemerintah dengan menggunakan kurikulum dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Sedangkan sisten pendidikan tradisional, tetep mempertahankan kurikulum tradisional yang hanya memberikan pemdidikan dan pengarahan keagamaan pada madrasah dan pondok pesantren. Dualisme dan pola pendidikan ini yang mewarnai pendidikan Islam di Negara Islam di zaman modern.
Usaha pendidikan untuk memadukan antara kedua sistem itu telah diadakan dengan jalan memasukkan kurikulum ilmu pengetahuan modern kedalam system pendidikan tradisonal yang berangsur-angsur mengarah kesistem pendidikan modern.
2.2. Pola-pola pembaharuan Islam
Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya, dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh Bangsa Eropa, maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut adalah : (1) pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Eropa, (2) golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni, (3) usaha yang berorientasi pada Nasionalisme.

1. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pendidikan modern di Barat.

Mereka berpandangan, pada dasarnya kekuatan dan kesejahteraan yang dialami Barat adalah hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai. Golongan ini berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh Barat sekarang ini merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam. Maka untuk mengembalikan kekuatan dan i kejayaan umat Islam, sumber kekuatan itu harus dikuasai kembali. Cara pengembalian itu tidak lain adalah melalui pendidikan, karena pola pendidikan Barat dipandang sukses dan efektif, maka harus meniru pola Barat yang sukses itu. Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat, mulai timbul di Turki Utsmani akhir abad ke 11 H / 17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa itu.

Pada dasarnya, mereka (golongan ini) berpandangan bahwa pola pendidikan Islam harus meniru pola Barat dan yang dikembangkan oleh Barat, sehingga pendidikan Islam bisa setara dengan pendidikan mereka. Mereka berpandangan bahwa usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan lembaga pendidikan / sekolah dengan pola pendidikan Barat, baik sistem maupun isi pendidikannya. Jadi intinya, Islam harus meniru Barat agar bisa maju.

2. Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni.

Mereka berpendapat bahwa sesungguhnya Islam itu sendiri merupakan sumber dari kemajuan dan perkembangan peradaban Ilmu Pengetahuan modern. Dalam hal ini Islam telah membuktikannya. Sebab-sebab kelemahan umat Islam meurut mereka adalah karena tidak lagi melaksanakan ajaran Agama Islam sebagaimana mestinya. Ajaran Islam yang sudah tidak murni lagi digunakan untuk sumber kemajuan dan kekuatan. Pola ini dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin Al-Afghani, dan Muhammad Abduh.

Disamping itu, dengan berhentinya perkembangan ilmu yang ditandai dengan penutupan pintu ijtihad, umat Islam telah kekurangan daya untuk mengatasi problematika hidup yang menantangnya sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan zaman. Pola pembaharuan ini telah dirintasi oleh Muhammad bin Abdul Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin Al-Afghani (akhir abad 19 M). Menurut Jamaluddin Al-Afghani, pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadist dalam artinya yang sesungguhnya, tidaklah mungkin tidak dilakukan. Ia berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai untuk semua bangsa, zaman dan semua keadaan.

Dalam hal ini, apabila ditemukan adanya pertentangan antara ajaran Islam dengan kondisi yang ada pada perubahan zaman, penyesuaian akan diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru pada ajaran Islam. Oleh karenanya, pintu ijtihad harus dibuka.

Menurut Jamaluddin Al-Afghani, kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam, sebagaimana dianggap oleh kebanyakan orang karena tidak sesuai dengan perubahan zaman dan kondisi baru. Umat Islam mundur, karena telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran yang datang dari luar lagi asing bagi Islam. Ajaran Islam sebenarnya hanya tinggal dalam ucapan dan diatas kertas. Jadi, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam murni yang tidak terkontaminasi oleh ajaran dan paham asing. Kalau manusia berpedoman kepada agama, ia tidak sesat untuk selama-lamanya.

3. Usaha yang berorientasi kepada Nasionalisme.

Golongan ini melihat di Barat rasa Nasionalisme ini timbul bbersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan modern sehingga mengalami kemajuan yang menimbulkan kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan ini pada umumnya mendorong Bangsa timur dan bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan nasionalisme mereka masing-masing. Yang mendorong berkembangnya nasionalisme adalah karena kenyataannya mereka terdiri dari berbagai bangsa dengan latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
Golongan ini berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan situasi dan kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha mereka bukan semata mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil unsur dari budaya warisan bangsa yang bersangkutan. Ide kebangsaan inilah yang akhirnya menimbulkan timbulnya usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri dikalangan pemeluk Islam. Sebagai akibat dari pembaharuan dan kebangkitan kembali pendidikan ini terdapat kecendrungan dualisme sistem pendidikan kebanyakan negara tersebut, yaitu sistem pendidikan modern dan sistem pendidikan tradisional.


III. SIMPULAN
Dari uraian diatas dapat ditarik beberapa simpulan, diantaranya:
1. Pendidikan Islam mengalami fase kebangkitan kembali yang dinamakan fase pembaharuan. Pada fase ini pendidikan Islam mulai naik dengan beberapa tokoh yang menjadi pelopor. Kebangkitan kembali umat Islam khususnya bidang pendidikan adalah dalam rangka untuk pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam. Para pembaharu mengemukakan tema pembaharuan dengan ide dasar yaitu :
a. Mengembalikan ajaran Islam kepada unsur aslinya, dengan bersumberkan Al-Qur’an dan Hadist, dan membuang segala bid’ah, khurafat, tahayul dan mistik.
b. Menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad.
2. Terjadinya tiga pola pembaharuan pemikiran pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut yaitu:
a. Pola pembaharuan yang berorientasi pada pola pendidikan Barat.
b. Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni.
c. Usaha yang berorientasi pada Nasionalisme.


DAFTAR PUSTAKA
- Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: logos.
- Daradjat, Zakiah. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
- Http:// fauzanma-fitku in Jakarta. Blogspot. Com/2009/04/Pembaharuan Pendidikan Islam.html
- Langgulung, Hasan. Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Alhusna.
- Nasution, Harun. 1982. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta : Bulan Bintang.
- Yusrianto, Edi. 2008. Lintasan Pendidikan Islam. Pekanbaru : Intania Grafika.
- Zuhairini, dkk. 1995. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar