Selasa, 23 Juni 2020

akhirnya... ke buka.

hai... assalaamu'alaikum... setelah sekian lama akhirnya blog ini kembali bisa saya buka.
buat kalian, apa kabar?
insyaAllah saya akan banyak menulis kembali di blog ini.

Senin, 18 September 2017

MELADANI KISAH CINTA PANGLIMA TIAN FENG / CUT PAT KAY

MELADANI KISAH CINTA PANGLIMA TIAN FENG / CUT PAT KAY
Oleh: Riki Sugianto

Sepenuhnya tulisan ini penulis dedikasikan untuk semua jombloan dimanapun kalian berada. Besar harapan penulis, setelah membaca tulisan ini kalian (jombloan) akan bangkit dan tidak patah semangat dalam mencari cinta sejati. Jangan pernah takut akan penolakan, jangan pernah malu untuk menyuarakan semua jeritan yang ada di dalam hati dan jangan sampai kalian mengeluh hanya karena rasa sakit yang timbul dikarenakan sebuah penolakan cinta. Karena sejujurya masih ada orang yang jauh lebih “ngenes” nasib percintaannya jika di bandingkan dengan kalian.

Kalau sahabat masih ingat dengan film Journey To The West atau yang lebih dikenal dengan film Kera Sakti, pastinya sahabat juga masih mengingat satu tokoh panglima tampan yang bernama Tian Feng. Tian Feng juga merupakan seorang panglima besar yang memimpin 1000 pasukan langit yang terkenal juga dengan kalimat supernya yaitu “Dari dulu beginilah cinta, deritaannya tiada akhir ….”. Asseekkk...

Kisah pilu percintaan panglima Tian Feng ini pun dimulai dari kecintaanya pada seorang dewi kayangan yang bernama Chang E. Chang E sendiri adalah seorang dewi yang memilik paras sangat cantik dan bertempat tinggal di bulan.

Suatu hari dewi Chang E ini tiba-tiba terjatuh dari bulan. Panglima Tian Feng yang pada waktu itu melihat peristiwa ini bermaksud untuk menyelamatkannya. Namun Sayang, Tian Feng terlambat beberapa detik, seorang panglima langit lain yang bernama Wu Kang telah berhasil menyelamatkan dewi Chang E ini terlebih dahulu. Dari kejadian ini pula dewi Chang E akhirnya jatuh cinta pada pandangan pertama kepada panglima Wu Kang.

Begitu hanjur hati panglima Tian Feng melihat peristiwa itu, dia merasa menyesal karena bukan dia orang yang menyelamatkan dewi Chang E. Lebih sedihnya lagi akibat peristiwa ini dewi Chang E akhirnya lebih memilih Wu Kang dari pada dia. hiks... hiks......

Tapi tak seperti Romeo yang memilih lari dari kenyataan dengan meminum racun ketika mendapati Juliet nya meninggal dunia. Panglima Tian Feng lebih memilih untuk memperjuangkan cintanya daripada harus mati dengan sia-sia. Inilah sahabat sifat seorang kesatria yang ditunjukan oleh panglima Tian Feng. wkwkwkwk....

Tak ingin lama meratapi nasib cintanya, Panglima Tian Feng pun akhirnya bertekat untuk mengubah takdir nya. Dia sengaja menyelinap masuk ke tempat roda waktu (tempat dimana orang bisa mengubah atau mengulang kembali waktu yang sudah terlewati). Dia ingin mengulang kembali kejadian dimana dewi Chang E jatuh dari bulan, dengan harapan dapat memperbaiki kesalahannya waktu itu dan lebih cepat menyelamatkan Chang E ketika terjatuh dari bulan.

Tapi sayang, pada usahanya yang pertama panglima Tian Feng mengalami kegagalan. Lagi-lagi dia kalah cepat dari Wu Kang. Panglima Tian Feng tak pantang menyerah untuk terus mencoba dan mencoba lagi demi memperjuangkan cinta nya. Namun bukan cinta Chang E yang akhirnya ia dapatkan, melainkan sebuah penderitaan pahit. Penderitaan cinta panglima Tian Feng pun kian membesar kala mendapati hukuman dari kaisar langit yang mengetahui perbuatannya mengubah roda waktu.

Hukuman yang diberikan kaisar langit tidaklah main-main, panglima Tian Feng harus menjalani sakit nya cinta di seribu kehidupan. Syeeet daaahh.... Seribu kali tong... Sekali aja ngenes banget hidup loe... wkwkwkwkwk....

Pada beberapa kisah diceritakan, pada waktu itu panglima Tian Feng dilahirkan menjadi seorang pengemis yang buruk rupa yang mencintai putri seorang raja. Cinta yang tak terbalaskan, cinta yang hanya bertepuk sebelah tangan ini lagi-lagi membuahkan sebuah penderitaan pada panglima Tian Feng. Ada juga yang mengkisahkan pada suatu ketika panglima Tian Feng ini menjalin hubungan terlarang dengan seorang gadis, mereka akhirnya dihukum dan diikat lalu di lembarkan ke laut, dan mereka pun mati. Pada akhirnya cinta ini lagi-lagi berujung kepada penderitaan, dan rasa sakit ini terus Tiang Feng alami di setiap kehidupan barunya.

Dengan derita yang begitu hebatnya diterima oleh panglima Tian Feng, disaat waktu reingkarnasi kehidupan selanjutnya tiba, dia pun akhirnya memutuskan memberontak dan menolak untuk menjalani kisah sedih kehidupan cintanya kembali. Namun naas, pada waktu ia hendak kabur panglima Tian Feng terpeleset ke dalam lubang reingkarnasi hewan babi dan alhasil dia pun dilahirkan ke bumi dengan wujud sebagai siluman babi. wkwkwkwk... ngenes amat hidup loe tong...

Tapi sejak itulah dia tak lagi harus menjalani hukuman cinta dan namanya pun berubah menjadi Cut Pat Kay, Tapi sebagai gantinya dia harus menjadi pengawal biksu suci yang bernama Tong San Cong untuk mencari kitab suci di barat (baratnya mana gue juga ngak tahu tong) bersama dengan Sun Go Kong dan Wucing.

Ini yang super istimewa kawan, Pada suatu ketika Sun Go Kong bertanya kepada Cut Pat Kay. “Hei Pat Kay, kenapa kamu nekat melanggar peraturan kayangan, padahal kamu tahu bahwa kau tak akan bisa mengubah takdir?”

Lalu Cut Pat Kay menjawab “Cintaku pada Chang E yang mendorongku untuk berbuat demikian, Kakak. Sampai saat ini aku tidak menyesali mencintai Chang E, walaupun cintaku bertepuk sebelah tangan. Sebab dari dulu begitulah cinta, deritanya tiada akhir….” jan Uuuaasseeekkk.... Emejing banget.

Dengan setia dia menemani Tong San Cong mencari kitab suci, dan sampai akhirnya dia mendapatkannya. oleh Budha Cut Pat Kay ini di anugerahi gelar sebagai dewa bahagia. Kalau masalah tugas dari dewa bahagia itu apa, ane juga gak tahu tong... wkwkwkwk...

Sahabat, dari cerita cinta panglima Tian Feng ini setidaknya ada 5 pesan moral yang ingin penulis sampaikan khususnya kepada kalian pada kalian para jombloan.

1. Cinta akan lahir dari kemurnian hati, tanpa adanya unsur pemaksaan. Tinggal bagaimana mengelola perasaan yang ada di dalam hati masing-masing.

2. Tidak ada satu orang pun yang bisa merubah ketentuan dari Tuhan, bahkan panglima Tian Feng pun yang merupakan seorang dewa, tak mampu melawan keadaan yang sudah di tentukan oleh Tuhan.

3. Setiap pelanggaran dosa pasti akan menuai hukuman yang setimpal, seperti kisah panglima Tian Feng yang dengan sengaja memutar roda waktu hanya demi cinta.

4. Kegagalan cinta bukanlah akhir dari segala, perlu disadari walaupun banyak rintangan yang menghadang yakinlah bahwa jodoh tidak akan salah dalam menentukan cintanya.

5. Bagi panglima Tian Feng cinta mungkin sebuah penderitaan yang tiada akhir, tapi bagi siapa yang berhati tulus cinta akan membawa keindahan dan kebahagiaan.

Dan sebagai ucapan terakhir penulis sampaikan, ada pepatah alay yang mengatakan “Sekalipun cinta membuatmu tersungkur, masih ada Tuhan yang akan selalu menjagamu “ syeett dah.... pepatah mana lagi ini....wkwkwkwk.... gile loe tong....

PERLUNYA PENGELOLAAN LOKALISASI YANG STRATEGIS DI KABUPATEN NGANJUK

PERLUNYA PENGELOLAAN LOKALISASI YANG STRATEGIS
DI KABUPATEN NGANJUK
Oleh: Riki Sugianto

Masih teringat dalam benak kita pada awal tahun 2015 silam, bagaimana Pemerintah dengan Kemensos RI akhirnya resmi menutup aktivitas lokalisasi di Nganjuk. Dengan dihadiri oleh tokoh Agama, Organisasi Masyarakat (Ormasy), pelajar/mahasiswa, dan tentunya para Pekerja Seks Komersial (PSK) secara serempak mendeklarasikan untuk sepakat menutup semua lokalisasi yang ada di Kabupaten Nganjuk.

Pemerintah sepakat untuk menutup lokalisasi itu dengan memberikan konpensasi kepada para Pekerja Seks Komersial (PSK) sebesar Rp. 4.800.000 ( Empat Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah), dengan tujuan untuk bekal mereka membuka usaha baru yang halal dan berhenti dari pekerjaan mereka.
Pada awalnya banyak pertentangan mengenai rencana penutupan ini, mulai dari para pedagang disekitaran lokalisasi sampai tukang pijat yang merasa kehilangan pekerjaannya. Pertentangan ini dipicu karena pada waktu itu pemerintah belum menyelesaikan penanganan untuk para PSK, mucikari dan warga yang terdampak akan penutupan itu. Namun akhirnya pemerintah tetap melaksanakan deklarasi penutupan tersebut.

Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah, apakah setelah mendeklarasikan penutupan, para PSK itu berhenti bekerja dan lokalisasi-lokalisasi itu berhenti beroperasi?

Jawabannya adalah Tidak! Kita ambil contoh, lokalisasi di Ds. Kandangan Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk, setelah pendeklarasian itu boleh di bilang kurang lebih selama satu bulan tempat itu berhenti beroperasi, itu karena ada penjagaan dari pihak satpol PP, kepolisian dan TNI yang berjaga untuk menetralisir tempat itu. Akan tetapi setelah tidak ada penjagaan, semua seolah kembali seperti semula bahkan sampai sekarang menurut hemat penulis lokalisasi itu semakin bebas dan semakin besar. Semisal para PSK yang dulunya hanya beroperasi/ menjajahkan dirinya hanya di dalam kompleks, sekarang mereka dengan terang-terangan “buka lapak“ di pinggir jalan raya dengan bebasnya.

Lalu kemana para penegak hukum itu? ini menjadi pertanyaan akan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah lokalisasi ini tersebut. Bagaimana mungkin kenalakan remaja, virus HIV AIDS, Perjudian bisa bersih di Kabupaten Nganjuk kalau sumber-sumbernya tidak dibereskan. Dengan keadaan yang seperti itu jangankan untuk membersihkan untuk tindakan pencegahan saja sulit.
Kita tahu tidak jarang lembaga Negara baik dari BNN, kepolisian, maupun TNI melakukan kegiatan penyuluhan dan pencegahan yang bersifat langsung seperti seminar, diklat bahkan sampai pembentukan kader. Akan tetapi belum mencapai hasil yang memuaskan, kenapa? ini masih menjadi pertanyaan besar yang sampai sekarang belum terjawab.

Sebuah harapan “aneh” dari penulis yang menginginkan adanya pengelolaan lokalisasi yang strategis di kabupaten Nganjuk. Hal ini dilakukan bukan untuk mendukung atau melegalkan hal tersebut, akan tetapi untuk memutus rantai ini membutuhkan proses yang lama dan terarah. Penulis menyadari bahwa permasalahan seperti ini tidak akan selesai hanya dengan fatwa “Prostitusi itu haram dan dosa besar“. Dibutuhkan peran serta semua pihak untuk menyelesaikannya, ini tentu tidak harus mengalahkan salah satu pihak. Dan ingat! Ini butuh sebuah kesadaran, kesadaran dari semua pihak khususnya para PSK itu sendiri.

Yang menjadi sorotan pertama penulis disini adalah lokasi/tempat dari lokalisasi itu sendiri, seperti hal nya lokalisasi di Ds. kandangan Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk yang beroperasi di dalam lingkungan masyarakat umum, kita bisa bayangkan bagaimana masyarakat tak terkecuali anak-anak kita sedari kecil sudah melihat bahkan bersentuhan langsung dengan hal-hal seperti itu, melihat para Pekerja Seks Komersial (PSK) dengan pakaian yang serba mininya, melihat transaksi mereka dengan pelanggan, melihat orang minum-minuman keras dll. Dan ketika mereka besar nanti mereka sampai ikut/mencoba hal seperti itu, siapa yang akan disalahkan?

Ini menjadi dasar pemikiran penulis untuk berusaha mencari metode/cara untuk bagaimana mengatasi masalah tersebut. Penulis berharap akan adanya sebuah pengelolaan lokalisasi yang strategis. Pengelolaan yang bagaimana? Penulis merincinya dalam tiga hal.

Yang Pertama: Pengelolaan Dan Penempatan Lokalisasi Yang Tepat.

Langkah ini adalah langkah awal yang harus di tempuh pemerintah untuk memulai menyelesaikan permasalahan ini. Penulis berpendapat “lebih baik satu tempat sampah yang baik dan bagus, dari pada tempat sampah banyak tetapi semua berserakan tanpa adanya sebuah perhatian dan perawatan“. Dimulai dari memilih lokasi/tempat yang khusus, sepi dan terpencil, dalam artian jauh dari lingkungan masyarakat umum terlebih jauh dari jangkauan anak kecil.

Penempatan lokasi yang seperti itu dimaksudkan agar tidak ada lokalisasi-lokalisasi bertebaran dimana-mana, cukup disediakan satu tempat khusus dan hanya satu tempat itu. Tempat yang di gunakan untuk prostitusi, judi, minum-minuman keras. Dan apabila sudah disediakan tempat masih ada yang membuka atau menjalankan hal-hal seperti di atas, maka aparat penegak hukum harus tegas dalam menindak oknum-oknum tersebut.

Yang Kedua: Adanya Sebuah Pembinaan Secara Rutin Dari Berbagai Pihak.

Pembinaan secara rutin ini adalah langkah selanjutnya yang harus dilakukan. Pembinaan ini tidak hanya dilakukan oleh tokoh agama saja melainkan harus ada peran pemerintah yang signifikan. Seperti diketahui banyak hal yang melatar belakangi mereka memilih pekerjaan seperti itu, bisa karena tuntutan ekonomi, perceraian atau bisa juga karena akibat kekerasan dalam rumah tangga.

Dengan melakukan sebuah pembinaan yang baik, ini adalah sebuah langkah kongkrit yang bisa dilakukan. Memberikan penyuluhan akan bahaya seks bebas, pemberian pemahaman keagamaan dll. Hal ini tidak perlu dilakukan setiap hari, cukup dilakukan 2 hari setiap minggunya.

Perlu diperhatikan juga, selain pemilihan tempat lokalisasi yang tepat, penyuluhan yang berkesinambungan kepada mereka, hal yang juga sangat penting adalah syarat pelanggan dan tarif yang ditetapkan dalam lokalisasi tersebut. Pelanggan/orang yang boleh masuk ke dalam lokalisasi adalah mereka yang sudah berumur minimal 20 tahun ditunjukan oleh Kartu Tanda Penduduk (KTP), kemudian tarif yang dulunya hanya sekitar Rp.30.000, – Rp. 50.000,- harus dinaikan menjadi minimal Rp. 200.000 sekali transaksi. Dengan begini pelanggan-pelanggan yang biasanya berumur remaja tidak akan bisa masuk, dan orang akan berfikir dua kali untuk melakukan hal tersebut mengingat mahalnya biaya yang harus dibayar.

Tidak cukup sampai disitu, untuk semua Pekerja Seks Komersil (PSK) untuk setiap minggunya harus melakukan check up kesehatan secara rutin. Ini untuk mendeteksi sedini mungkin keterjangkitan virus-virus HIV-AIDS di kalangan mereka.

Yang ketiga: Adanya Pelatihan Kerja Dan Pemberian Modal Yang Sesuai.

Ini adalah proses terakhir sebelum mereka dikembalikan ke masyarakat. Seperti yang di jelaskan di atas, dengan syarat dan tarif seperti itu secara hitungan jelas akan mengurangi jumlah pelanggan yang berada di bawah usia 20 tahun, kemudian dengan tarif yang sekali masuk 200rb ini jelas akan membuat para pelanggan berfikir ulang untuk melakukan hal tersebut, ini jelas akan mengurangi jumlah pelanggan yang berdompet tipis.

Perlu diperhatikan, mengapa para Pekerja Seks Komersil (PSK) itu menolak diberi konpensasi uang untuk berhenti? Itu karena mereka masih menganggap bahwa pekerjaan mereka ini jauh lebih menguntungkan dari pekerjaan yang akan mereka dapat dari modal yang mereka terima.

Beda hal nya ketika mereka menganggap pekerjaan mereka (prostitusi) tidak lagi menguntungkan mereka karena berkurangnya pelanggan yang datang kepada mereka tentu akan berimbas pada penghasilan mereka setiap harinya. mereka akan berfikir ulang atau mungkin akan beralih profesi. Ingat! Mereka akan selalu bertahan dan bekerja seperti itu selama mereka nyaman dengan penghasilan yang mereka dapat dari pekerjaan itu.

Ketiga metode di atas hanya lah sebuah teori belaka yang tidak akan bisa terwujud jika semua pihak tidak saling bekerjasama untuk mengatasi masalah ini. Saling menghormati satu sama lain akan jauh lebih baik daripada saling mencela dan menghina tanpa ada solusi yang ditawarkan.

ADA CINTA DIANTARA SENIOR DAN JUNIOR

ADA CINTA DIANTARA SENIOR DAN JUNIOR
Oleh: Riki Sugianto

Seperti halnya gula yang tumpah, tak lama pasti akan ada semut yang akan mendatanginya. Begitulah penulis mengibaratkan hubungan percintaan yang terjadi antara senior dan junior. Kerap kali penulis temui entah di sebuah oraganisasi atau juga kakak dengan adik kelas, terutama adik kelas yang baru wkwkwkwk....

Berbagai cara mereka lakukan demi bisa dekat dengan target.. diberikannya sebuah perhatian baik lewat sms maupun telefon, terkadang juga berpura-pura sok keren, sok berwibawa di depan target hanya demi mendapatkan perhatiannya. Proses percintaan ini tidak memerlukan waktu yang lama, hanya dengan hitungan hari saja mereka sudah bisa jadian. Wkwkwkwk... cie yang jomblo kejang-kejang!

Dengan bermodalkan status senior kelas dan kepolosan junior kelas baru semua terasa lebih mudah melancarakan keinginannya untuk terbebas dari penderitaan seorang jomblowan. Tapi diakui atau tidak, hal seperti ini terkadang justru malah bisa membesarkan sebuah organisasi. Yang dulunya tidak pernah aktif kegiatan entah kenapa tidak ada hujan maupun petir tiba-tiba dia menjadi seorang aktifis, menjadi orang yang tiba-tiba murah senyum, dan lain-lain. Begitupun sebaliknya, dengan hubungan seperti ini terkadang malah membuat bubar dan hancurnya organisasi, hal ini menjadikannya semangat untuk berpacaran bukan malah untuk mengembangkan organisasi, apalagi sampai terjadi percintaan segi tiga, empat bahkan sampai lima, istilah nya main tikung-tikungan, ini akan menambah deretan konflik tak berkesudahan dalam organisasi.

Tapi ada juga yang walaupun diserang dengan amunisi dan persenjataan lengkap tetap saja tidak menggoyahkan ke jombloannya. Dengan dalih “ masih ingin fokus belajar, belum mau pacaran “ wkwkwkwk... ini adalah alasan yang di buat-buat. Keinginan untuk mempunyai pacar tampan/cantik, pandai, ramah itu adalah impian semua anak muda sekarang. Hanya saja belum mendapat kesempatan... wkwkwkwk... yang jomblo makin kejang-kejang.

Layaknya film India cinta akan hadir tanpa adanya sebuah undangan, cinta akan hadir ketika hati merasa tenang berdekatan dengannya, apabila berdiri terasa ada angin surga yang menghampiri kita.. dan entah mengapa tiba-tiba ada sekumpulan orang memainkan biola dan musik pun mulai terdengar. Itulah cinta... cinta yang tulus dari hati, yang didasari atas nama ketulusan dan kejujuran.
Wkwkwkwkwk... ini hanya mitos!

BERKAH GAJI SEORANG GURU

BERKAH GAJI SEORANG GURU
Oleh: Riki Sugianto

Pada tahun 2011 silam, yang mana waktu itu penulis masih duduk di semester IV pada kuliahnya. Penulis memutuskan untuk menimba ilmu kembali dengan menjadi guru di salah satu Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) di wilayah Kabupaten Kediri. Hanya dengan bermodalkan semangat penulis setiap pagi berangkat ke Madrasah untuk membimbing putra-putri calon harapan bangsa yang sangat luar biasa.

Ada suatu kebahagiaan sendiri tak kala seorang guru mengajar, melihat senyum ceria setiap muridnya, melihat perkembangan setiap hari, bulan bahkan tahun. Kebahagian yang tidak mungkin dapat digambarkan dengan kata-kata, walaupun dari seorang pejugga cinta sekalipun.

Kala itu penulis diberikan amanah untuk mengajar mata pelajaran IPS dan PKn pada kelas IV, V dan VI. Pelajaran yang sebenarnya boleh dibilang tidak ada hubungannya dengan jurusan yang diambil penulis sewaktu kuliah, yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI). perlu diketahui juga Madrasah dimana penulis mengajar adalah salah satu Madrasah swasta dengan gaji tertinggi se-Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri yaitu dengan gaji Rp. 875 /Jam. Woow bukan.... bahkan ada juga Madrasah dengan gaji gurunya sebesar Rp.500 /Jam Awesome sahabat.

Singkat cerita, genap 1 tahun sudah penulis menuntut ilmu sekaligus berburu pengalaman disana, bukan karena tidak betah atau apa, tetapi memang karena kebutuhan untuk melanjutkan kuliah dengan terpaksa penulis harus mencari pekerjaan yang lain. akhirnya penulis masuk dan bekerja di salah satu Finance di Nganjuk dan pada waktu itu penulis mendapat gaji awal tak kurang dari Rp. 1.500.000/bulan, nominal yang jauh berbeda tentunya dari apa yang sudah di dapat pada waktu di Madrasah dulu.

Lalu dimana yang dinamakan gaji berkah? ini adalah kisah nyata yang penulis alami. boleh percaya atau tidak dengan gaji yang kurang dari Rp. 100.000 / bulan nya, entah Rp. 5000 atau Rp. 10.000 masih ada uang tersisa di dalam dompet. Sedangkan gaji dari Finance yang jauh lebih banyak itu setiap bulannya jangankan bisa menabung, penulis malah mengalami kekurangan bahkan kerugian, ini aneh... ada saja hal yang menjadi sebab hilangnya uang, bisa karena motor rusak, HP hilang dan harus membeli lagi dan lain-lain.

Mungkin ini yang dinamakan berkah/ barokah, ini sangat tidak masuk akal tetapi ini benar-benar terjadi. Penulis selalu mengingat pesan dari ibu sekaligus guru di kampusnya, beliau adalah ibu Juwariyah pengasuh salah satu pondok pesantren di Nglawak Kec. Kertosono “ Nak sampean gelem ngopeni agama Pengeran kang, wes to ora bakal sampean kesusahan.. duk aku seng njamin tapi iki janji Pengeran “ kalau diartikan kurang lebih begini “ Kalau kamu mau menghidupkan Agama Allah kang, sudahlah tidak mungkin kamu dalam kesusahan.. bukan saya (Juwariyah) yang menjamin tetapi ini adalah janji Allah”.

Dan terakhir... untuk para bapak dan ibu guru.. khususnya yang masih honorer (non PNS) tetap semangat dalam berjuang, semoga bapak/ibu selalu diberi kesehatan dan kemudahan dimana dan kapan pun saja. Aamiin.

Salam....

PRAMUKA KU SEMAKIN TUA

PRAMUKA KU SEMAKIN TUA
Oleh: Riki Sugianto

Salam Pramuka...


Selamat berbangga atas HUT Gerakan Pramuka Indonesia, yang pada tanggal 14 Agustus 2017 nanti usianya memasuki 56 tahun. Sebuah pencapaian yang luar biasa tentunya. Akan tetapi seiring dewasanya usia gerakan ini, tak lantas menjadi sempurna. Di usianya kini Gerakan Pramuka ini menyisakan permasalah yang boleh dibilang sepele akan tetapi sangat mendasar, terutama dari segi metode pendidikan dan kegiatannya.

Sejak tujuh belas tahun silam penulis mulai mengikuti kegiatan Pramuka, namun disini penulis seperti belum merasakan adanya perubahan yang signifikan dalam organisasi Pramuka ini. Atau setidaknya sampai detik ini citra yang melekat pada diri masyarakat kita adalah kegiatan Pramuka hanya berkemah, baris-berbaris, bernyanyi-nyanyi dan tak jarang juga masyarakat kita menilai ikut Gerakan Pramuka adalah kegiatan yang sia-sia, karena hanya capek yang akan didapat dan hukuman berat dari anggota yang tidak bertanggungjawab.

Sama hal nya seperti organisasi yang lainnya, Pramuka juga mempunyai tingkatan yang harus dicapai oleh setiap anggotanya. Mulai dari Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak, Pramuka Pandega. Untuk mencapai itu setiap anggota harus lulus dalam setiap kecakapan yang diujikan, kita mengenalnya dengan buku Syarat Kecakapan Umum (SKU) dan Syarat Kecakapan

Khusus (SKK). Dalam materi yang diujikan terkesan “jadul”, masih ada materi kecakapan yang harus dikuasi anggota yang sebenarnya materi itu sudah tidak sejalan dengan kemajuan teknologi sekarang ini. Kita ambil contoh seperti materi semapore dan sandi-sandi. Kita tahu semapore adalah sebuah kode untuk menyampaikan pesan kepada kawan dengan menggunakan gerakan bendera, semapore mungkin dibutuhkan ketika di dalam hutan sebagai komunikasi jarak jauh. Ini yang menjadi pertanyaan! Masih dibutuhkan kah semapore? Bukankah dalam kemajuan teknologi saat ini kita mengenal adanya handphone atau HT, yang jauh lebih efektif, cepat dan tidak terhalangi oleh jauhnya jarak. Kemudian lagi, untuk pendirian sebuah tenda berkemah, adik-adik masih menggunakan cara-cara yang kuno dan dengan susah, harus menggunakan pancang dan tali untuk mendirikannya.

Bukankah Pramuka mengajarkan anggotanya untuk selalu sigap, cepat dan tanggap?
Ini menjadi tugas yang besar dan berat bagi para pelaku organisasi ini, kususnya untuk para pembina pramuka. Perlu adanya sebuah pemikiran yang mendalam mengenai kegiatan kepramukaan yang selama ini sudah berjalan. Harus ada materi-materi segar yang relevan dengan zaman sekarang, tidak hanya melanjutkan kepramukaan tempo dulu yang seperti itu dan itu saja.

Sudah waktunya yang muda action, sudah saatnya yang muda maju dan mandiri tanpa harus bergantung kepada mereka anggota pramuka yang berasal dari hasil “produk lama” tidak kita pungkiri bahwa Pramuka yang sekarang ini adalah dari hasil pemikiran orang-orang “Produk Lama” yang mungkin kurang tepat untuk diterapkan pada zaman sekarang ini. Mungkin bisa dibilang pengalaman mereka jauh di atas kita, ini jelas karena mereka jauh lebih tua dari kita, jauh lebih berproses dari kita. Tapi apa mereka juga selalu memperbarui mater-materi kepramukaannya?

Bukankah zaman sudah banyak berkembang? Terlebih semenjak mereka berhenti bersetangan leher?
Perlu diketahui jumlah anggota Pramuka di Negara Indonesia ini adalah yang terbesar di dunia ada puluhan juta anggotanya, coba kita bayangkan akan sangat awesome jika anggota sebanyak ini dibekali kemampuan dan ketrampilan yang bermanfaat, menjadi anggota yang aktif berkreasi dan selalu berkembang.

Terakhir... dalam HUT Gerakan Pramuka Indonesia yang ke 56 ini, besar harapan penulis untuk kejayaan organisasi ini, mencetak generasi bangsa yang penuh inovasi dan kreatif. Aamiin.

Salam Pramuka...

BERSYUKUR PERNAH DUDUK DI BANGKU KULIAH

BERSYUKUR PERNAH DUDUK DI BANGKU KULIAH
Oleh: Riki Sugianto

Entah harus bangga atau bersedih ketika awal penulis menggoreskan tintanya. Sedikit cerita (baca: curhat) penulis adalah seorang pemuda dari kampung yang terlahir sebagai anak dari bapak Sumari dan ibu Rusminten yang kebetulan keduanya berjualan cilok/pentol. Penulis bersyukur selain diberi anugerah badan yang montok, penulis juga dianugerahi wajah yang tampan, mempesona dan dapat menarik siapa saja yang memandangnya.

Singkat cerita, setelah lulus dari Madrasah Aliyah (setingkat SMA) penulis melanjutkan pendidikannya ke salah satu perguruan tinggi terkenal di Kabupaten Nganjuk dan mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Perjalanan kuliah itupun akhirnya berjalan sampai semester 8, semester akhir dimana skripsi dan wisuda sarjana sudah menanti.

Namun sayang sekali, impian untuk meraih gelar sarjana nya harus pupus di tengah jalan dikarenakan faktor ekonomi. Sebuah pilihan berat antara pengobatan orang tua atau daftar skripsi kala itu. Dan sampai batas waktunya habis pun pihak kampus tetap pada peraturannya “ LUNAS SEK LAGEK OLEH UJIAN “ tanpa ada sebuah keringanan, akhirnya pupus sudahlah impian untuk menjadi sarjana.

Akan tetapi berjuta syukur penulis haturkan, walau gagal setidaknya penulis pernah duduk di bangku kuliah sampai semester akhir. Kesempatan yang mungkin tidak banyak orang bisa mendapatkannya. Kesempatan untuk bertemu dan mendapat ilmu langsung dari para kyai dan dosen, belajar di kelas dengan memakai jaz, dasi dan bersepatu, merasakan indahnya remidi mata kuliah dan lain sebagainya adalah pengalaman yang sungguh luar biasa.

Tidak iri adalah ungkapan kebohongan penulis apabila melihat teman-teman seperjuangan dulu sudah menjadi orang sukses, ada yang menjadi guru, dosen, polisi bahkan ada yang menjadi pengusaha yang sukses. tapi ah sudahlah...

Apa mungkin sudah jalannya, ketika semua sudah berlalu dengan begitu mengharukan kini ada kesempatan emas lagi untuk berkuliah, walaupun jurusannya tak sama seperti jurusan yang penulis ambil waktu kuliah dulu. Kesempatan ini sungguh di luar rencana, datang secara tiba-tiba dan akhirnya saya mendapatkan kesempatan kuliah di salah satu perguruan tinggi terbaik di Kabupaten Nganjuk, luar biasa.

Penulis percaya dan menyakini, semua akan ada masanya masa dimana yang susah menjadi bahagia, asalkan tetap berusaha.
Salam....

SISI LAIN PENCAK SILAT DI NGANJUK

SISI LAIN PENCAK SILAT DI NGANJUK
Oleh: Riki Sugianto

Layaknya seperti Kabupaten lainnya di Jawa Timur, Kabupaten Nganjuk juga menyimpan banyak keindahan di dalamnya. Nganjuk yang mendapat julukan kota angin ini selain terkenal dengan panorama alam nya juga terkenal sebagai kotanya para pendekar. Berbagai organisasi pencak silat ada di dalam nya dan keberadaanya pun sudah merata mulai dari kota, desa bahkan sampai di wilayah pegunungan.

Pada setiap tahun nya ada ribuan anggota warga baru dari setiap organisasi yang di sahkan atau kita sering menyebutnya dengan istilah “telasan”. Pelatihan dan pembinaan atlet pencak silat di masing-masing organisasi pun kerap kali dilakukan, maka tak hayal Nganjuk memiliki atlet-atlet pencak silat dengan segudang prestasi.

Namun sungguh disayangkan, dengan tidak mengesampingkan sederet prestasi yang telah diukir oleh pencak silat di Nganjuk, ada sisi lain dari pencak silat yang penulis ingin paparkan sebagai berikut.

1. Mendapat Predikat Senang Tawuran

Kita tidak memungkiri banyak terjadi bentrok/tawuran di Nganjuk disebabkan hanya karena latar belakang organisasi pencak silat yang berbeda. Merasa organisasinya paling hebat diantara yang lain, paling besar dan tidak ada yang menandingi kehebatan organisasinya.
Ini bahaya dan merupakan permasalahan yang serius, ketika para anggota pencak silat bermental seperti itu dimana menganggap dirinya/organisasinya lebih baik dari yang lainnya, tentu akan berakibat fatal dikemudian hari.

Ini adalah tugas dan tanggungjawab yang besar bagi para pelatih dari setiap organisasi masing-masing, tak hanya membangun siswa/muridnya dalam segi fisik saja akan tetapi harus berbanding lurus dengan kesiapan mental para anggotanya.

2. Hanya bergaul dengan sesama anggota organisasi

Keadaan ini juga sangat memprihatinkan, dimana mereka hanya mementingkan kelompok/organisasinya saja. Ini seperti ada batas penyekat diantara mereka, yang berasal dari anggota organisasi A akan bergaul dengan sesama anggota A, begitu juga sebaliknya anggota B hanya akan bergaul dengan sesama anggota B.

Miris memang untuk dilihat, yang dulunya mereka sama-sama teman sepermainan waktu kecil, bahkan tetangga yang rumahnya berdampingan tak lantas merubah semua keadaan itu. “ A ya A, B ya B “. Lalu dengan keadaan yang seperti ini, akankah bisa terwujud dengan apa yang dinamakan persatuan dan kesatuan?

3. Pelanggar Lalu Lintas

Reng-reng.... tit-tit... adalah suara motor dan klakson dari mereka anggota pencak silat yang sedang berkonvoi. Kegiatan ini bisa di lihat ketika bulan “suro” ( penanggalan Jawa ) kegiatan ini biasanya dilakukan pada waktu pengesahan anggota/warga baru, tasyakuran atau sekedar konvoi.

Yang menjadi pertanyaan adalah dengan iring-iringan konvoi yang tidak memenuhi standart berkendara seperti tak memakainya helm, lampu tak nyala, sampai ban dan spion yang tidak layak pakai, kenapa tidak ada tindakan tegas dari aparat? Seolah memberi izin dan memberikan kebebasan mereka dalam berkendara, Anehnya lagi konvoi “Ugal-ugalan” itu di kawal mobil aparat supaya pengendara lain nya “mengalah”. Aneh.. sungguh aneh.

Sahabat-sahabat penulis dimanapun berada, merasa memilik dan bangga akan organisasi pencak silat itu penting dan memang harus terpatri dalam hati setiap anggotanya. Akan tetapi... berbanggalah dengan kebanggaan yang dipunyai, tanpa harus mendeskreditkan organisasi lainnya.

Kita bisa bayangkan dari banyaknya anggota pencak silat di Nganjuk dan semuanya bersatu saling bahu membahu menciptakan kerukunan, keamanan, persatuan dan kesatuan tanpa harus tersekat oleh si A, si B, Si C Nganjuk pasti akan bisa menjadi kabupaten yang luar biasa.
Salam....

SISI LAIN DANGDUT DI NGANJUK ( ANTARA HIBURAN DAN TAWURAN )

SISI LAIN DANGDUT DI NGANJUK ( ANTARA HIBURAN DAN TAWURAN )
Oleh: Riki Sugianto

Memasuki bulan kemerdekaan RI yang ke 72 seperti ini pasti akan ada banyak perayaan dimana-mana seperti lomba panjat pinang, karnaval, dan tak terlepas dari kemeriahan itu semua adalah adanya musik dangdut atau orang nganjuk menyebutnya dengan istilah “orkesan”.

Seperti yang kita ketahui dangdut adalah seni asli Indonesia yang sudah menggema di berbagai belahan dunia dan tak hayal dangdut selalu ramai akan pengunjung. Dangdut juga merupakan hiburan rakyat yang sangat ditunggu-tunggu oleh para pecintanya. Di Nganjuk sendiri dangdut tumbuh subur, banyak diantara orkes musik dangdut dari Nganjuk yang karya nya mengisi banyak toko kaset musik dimana-mana. Artis atau biduannya pun kini tak hanya tampil di daerah saja namun juga sudah merambah ke layar TV nasional. Sebuah prestasi yang boleh dibilang sangat membanggakan bukan.

Terlepas dari itu semua, dangdut kini mengalami kemrosotan yang sangat tajam dilihat dari sisi penontonnya. Menurut hemat penulis, yang penonton dahulu fikirkan hanya datang melihat dan bergoyang asyik dengan iringan musik yang begitu nikmatnya tanpa ada tawuran/kericuhan, semua nampak berjalan begitu indahnya. Berbeda dengan sekarang, kini dangdut-an dijadikan sebagai ajang pencarian musuh, ajang untuk membalaskan dendam anatar daerah (misal desa A dengan desa B). Selain itu, perkelahian itu bisa terjadi hanya karena masalah sepele seperti bersenggolan dalam bergoyang atau hanya karena terinjak kaki sesama penonton.

Sahabat penulis yang istimewa, pelaku tawuran kerap tidak memikirkan sebab akibat yang mereka timbulkan akibat ulah mereka. Mereka tidak memperhatikan bagaimana kecewa nya penyelenggara hiburan yang sudah “merogoh kocek” dalam untuk menyelenggarakan acara tersebut. Selain itu juga para pedagang yang menggantungkan nasib jualannya di acara tersebut. Lebih parahnya lagi adalah bagi mereka sesama penonton yang sebenarnya tidak tahu apa-apa, hanya sekedar untuk datang dan melihat akan tetapi mendapat “bogem mentah” dari mereka yang tak bertanggungjawab.

Yang menjadi pertanyaan adalah apa sebenarnya yang mereka cari atau yang mereka hasilkan dari kegiatan tawuran seperti itu? Bukankah semua itu akan merugikan diri sendiri terlebih orang tua nya yang harus menebus mereka di kantor kepolisian.

Sahabat penulis yang super istimewa, sejatinya hiburan dangdut/orkes khususnya di kabupaten Nganjuk adalah sebuah keindahan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Bagaimana tidak, merdunya seruling dan kerasnya tabuhan gendang tentunya akan menambah indah suasana. Lalu mengapa harus kita merusak suasana yang seperti itu? Disini penulis mencoba mengajak semua dangduters untuk lebih menahan diri, dan tetap menjaga perdamaian, kesatuan dan persatuan diantara kita para dangduters.

Dan terakhir... semoga selalu dilimpahkan rahmad dariNya untuk kita semua, Aamiin.
Salam....

KETIKA COWOK GENDUT CURHAT

KETIKA COWOK GENDUT CURHAT
Oleh: Riki Sugianto

Iih gendut... ini badan apa truk ya! hahaha... ini mungkin tanggapan pertama kalian kala membicarakan genduters (orang-orang gendut). Banyak candaan (baca: cacian) yang kalian lontarkan kepada kami para genduters. Yang sejujurnya candaan itu menyakiti hati kami hahaha....
Genduters adalah orang yang dianggap tidak menarik dalam berpenampilan dan tokoh utama dari bahan lelucon. Padahal kalau kalian tahu, kesan seperti itu tidak selalu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (membela diri). Beda lagi kalau yang dibicarakan adalah tentang kesehatan, itu mungkin ada benarnya.

Disini penulis sedikit akan menceritakan (baca: curhat) beberapa kejahatan-kejahatan kalaian terhadap kami genduters. Seperti halnya hari raya idhul adha, hari dimana pembulian besar-besaran terhadap kami para genduters, entah apa yang terjadi tiba-tiba ada pertanyaan “ eh.. dah siap disembelih belum?” atau “ wah... dagingnya banyak ini “ hello... kalian kira kami hewan qurban apa!

Lagi, Menaiki kendaraan umum seperti angkot pun kami masih menjadi korban akan kejahatan kalian, yang dengan seenaknya menuduh kami menghabiskan jatah tempat duduk. Eh busyeeetttt..... Tak berhenti sampai disitu saja sahabat, ada kejahatan yang lebih kejam lagi pada kami yaitu masalah makanan, kami para genduters dianggap sebagai tersangka utama penghabis makanan. hahaha... ah sudahlah...

Sejujurnya kalau kalian mengerti kita para genduters sangat bersyukur atas keadaan yang ada pada diri kami, mengingat keadaan saudara kita yang keadaannya lebih istimewa dari kami. Tapi layaknya pemuda lainnya, genduters terutama penulis sangat “lumrah” bila mempunyai keinginan untuk bisa merasakan memakai baju/pakaian yang keren dan modis, tak selalu memakai pakaian yang selalu kedodoran. hahaha.... ah sudahlah!

Sahabat penulis yang super, meninggalkan kisah pilu para genduters di atas, penulis akan memaparkan beberapa fakta tentang genduters yang mungkin belum kalian sadari, hahaha... diantaranya adalah:

1. Orang Gendut Istrinya Cantik
Ini Fakta, Hampir semua orang yang bertubuh gendut (baca: seksi) adalah mereka yang mempunyai pasangan cantik. Kenapa? Cowok gendut itu cenderung humoris dan lucu, hal ini sejalan dengan kesesuaian hati para gadis cantik yang sebenarnya bukan materi yang mereka cari akan tetapi sebuah kenyamanan dimana itu bisa ia dapatkan dari orang gendut. Wkwkwkwkwk....

2. Orang Gendut Itu Mudah Bergaul
Selain dikelilingi gadis cantik orang gendut juga banyak memiliki teman, karena sikap mudah bergaul (supel) yang ia miliki, tidak perlu basa basi dan pilih-pilih dalam berteman. Ini penting, ketika ada orang yang berteman dengan kami yang mempunyai kekurangan itu jelas mereka orang yang baik, karena orang yang sombong pasti tidak akan mau bergaul dengan mereka yang penampilannya tidak se kasta dengannya. Hemmm...

3. Lebih Enak Dipeluk
Kalau yang satu ini jangan ditanya kan ke absahannya, enak dipeluk itu jelas.. besar dan empuk lagi hahaha... kalau kata pepatah “tiada kasur orang gendut pun jadi”.

4. Menggemaskan
Hahaha.... sahabat pernah lihat anak kecil yang gendut? Hal apa yang paling sahabat inginkan? Pasti megang/mencubit pipi nya bukan... Genduters gitu loh...

5. Tidak Pilih-Pilih Makanan
Soal makanan jangan ditanya, bagi kami genduters untuk makanan tak perlu mewah atau bagaimana, yang penting enak dan bisa dimakan pasti kami makan, sangat simpel dan mudah.

6. Hemat Belanja Khususnya Pakaian
Ini merupakan salah satu kelebihan genduters yang sangat di sukai oleh pasangannya, kami para genduters terkadang sangat susah untuk mencari pakaian yang pas dengan ukuran tubuh kami. Jangankan untuk memborong pakaian, dalam satu toko ada pakaian yang pas dengan kami satu baju saja kamu sudah bersyukur. Hihihihi....

7. Terlihat Lebih Dari Yang Lain
Yang dimaksud disini adalah, walaupun genduters sehari tak makan badan kami akan tetap sama tanpa ada perubahan yang signifikan, ungkapan ini sering di sampaikan kepada kami.. dengan harapan supaya kami tidak banyak makan. Hahaha...

Sahabat penulis yang super, keberagaman fisik tubuh seseorang baik gendut atau tidak, berhidung mancung atau tidak, berkulit kuning atau tidak juga ukurab tubuh yang tinggi atau tidak bukanlah sebuah aib yang membuat kita malu menghadapi dunia. Semua itu merupakan berkah dari yang Kuasa, karena tak semua orang berkesempatan menjadi gendut begitu pula sebaliknya tak semua orang berkesempatan untuk berbadan kurus. Semua mempunya sisi lebih dan kurang, tinggal dimana kita menempatkannya. Terimakasih.. dan semoga sehat selalu untuk kita semua. Aamiin.
Salam....

SISI LAIN TENTANG PILKADA NGANJUK

SISI LAIN TENTANG PILKADA NGANJUK
Oleh: Riki Sugianto

Pemilihan kepala daerah (Pilkada) adalah pesta demokrasi yang diselenggarakan setiap 5 tahun sekali. Pilkada khususnya di Kabupaten Nganjuk masih akan diselenggarakan tahun depan yaitu pada tahun 2018. Namun suasana/keramaian pesta demokrasi itu sudah bisa kita rasakan kemeriahannya mulai dari sekarang, dari begitu banyak nya banner para calon kepala daerah sampai keramaian di media sosial. Banyak kandidat/calon kepala daerah yang maju berasal dari latar belakang yang berbeda, baik dari pengusaha, kontraktor bahkan ada juga yang sekarang masih aktif menjabat sebagai anggota dewan yang terhormat. Janji-janji manis sudah pasti mereka tebarkan kesana kemari, tim sukses pun hampir setiap harinya dari pagi sampai malam berkeliling ke semua penjuru untuk mensosialisasikan calon yang diusungnya.

Dari sini muncul berbagai reaksi akan terselenggaranya pilkada di Nganjuk ini, baik aksi secara langsung maupun melalui media sosial. Seperti contoh relawan anti ITA_itu atau lebih dikenal dengan salam lima jarinya, relawan yang bergerak dan menyuarakan untuk menolak pemimpin yang korupsi dan sewenang-wenang, gerakan yang menginginkan pemimpin yang pro dengan rakyat dan mengerti solusi akan setiap permasalahan yang di hadapi rakyat. Ada lagi dan ini lucu menurut penulis, Pilkada dijadikan pula ajang unjuk diri bagi mereka yang menamakan dirinya sebagai konsultan pilkada (baca: dukun) yang secara terang-terangan mempromosikan dirinya yang “katanya” mampu membaca peluang menang dan kalahnya calon pada pertarungan pilkada nanti. Luar biasa anehnya bukan!

Sahabat penulis yang istimewa, perlu diketahui setidaknya ada dua paradigma yang melekat dalam diri masyarakat mengenai pemimpin yang akan maju dalam pilkada.

Yang Pertama: MENCOBLOS YANG MEMBERI UANG LEBIH BANYAK

Mohon maaf sahabat, sepertinya memang masih banyak masyarakat kita yang masih mempunyai pemikiran seperti ini, ya... mungkin sikap seperti ini juga tidak bisa di salahkan sepenuhnya pada masyarakat, menurut hemat penulis sikap seperti ini adalah wujud kekecewaan masyarakat terhadap apa yang mereka dapat dari pemimpin yang sudah-sudah.

Masyarakat beranggapan siapapun yang kelak menjadi pemimpin itu tidak akan merubah hidup mereka, mereka akan tetap hidup seperti ini dan ini saja. Bagi mereka uang sebaran yang diberikan waktu pilkada merupakan angin segar bagi mereka, dengan dalih “mumpung“.

Entah darimana dan siapa yang memulainya, keadaan seperti ini seolah sudah menjadi hal yang wajar terjadi. Ada istilah yang berkembang di masyarakat “ada uang ada suara“ juga “ambil uangnya jangan pilih orangnya“. Kemudian pertanyaannya adalah apakah sebegitu kecewa dan tidak percayakah masyarakat terhadap pemimpinnya?

Yang Kedua: PEMIMPIN LUPA AKAN JANJINYA

Tidak heran, ungkapan seperti ini terucap dari masyarakat akibat dari sebuah kekecewaan, dimana mereka menilai janji manis yang mereka ucapkan sewaktu kampanye akan dilupakan seriring menjabatnya ia menjadi pemimpin nanti. Calon yang dulunya ramah terhadap masyarakat, memberi santunan kepada anak yatim dan jompo juga “blusukan” ke pelosok desa untuk jajah pendapat seolah sirna dan hilang begitu saja. Apa ini yang dinamakan pencitraan? Ah sudahlah...

Sahabat penulis dimanapun berada, apapun hasilnya nanti, siapapun nanti yang akan memimpin Nganjuk asalkan tidak korupsi dan ITA_itu mari kita dukung semua program-programnya. Terkhusus untuk para pendukung para calon yang kalah mari bersatu kembali menjadi kesatuan yang utuh demi Nganjuk yang istimewa. Lupakan masa-masa bersaing dalam penjaringan suara yang sudah lewat.
Dan terkahir besar harapan penulis, pemimpin yang akan memimpin Nganjuk ke depan adalah pemimpin yang benar-benar menjadi pemimpin, yang selalu siap untuk semua masyarakat nya tanpa memandang antara si a dan si b. Karena 5 tahun ke depan harapan kami ada di pundak anda. Terimakasih semoga kita selalu dalam lindunganNya. Aamiin.

Salam......

TUNTUTAN BERAT GURU PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

TUNTUTAN BERAT GURU PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
Oleh: Riki Sugianto

Sahabat penulis yang super, pada kesempatan kali ini penulis akan bercerita tentang betapa beratnya tuntutan yang ditujukan kepada guru PAUD (termasuk RA dan TK), khususnya tuntutan yang berasal dari orang tua/wali murid.

Beberapa orang tua/wali murid mempunyai kebanggaan yang amat tinggi ketika melihat anak nya yang masih berumur sangat dini sudah mahir dalam berbagai hal termasuk dalam hal membaca, menulis dan berhitung atau yang sering kita sebut dengan istilah calistung.

Tuntutan kepada guru/pendidik pun tak terelakkan, dengan usia anak yang masih dini guru di tuntut untuk sebisa mungkin “menyulap” mereka menjadi anak yang pandai terlebih dalam pelajaran seperti calistung. Tak hayal “pemaksaan” pun dilakukan kepada mereka demi untuk memenuhi semua hasrat dari orang tua/wali tersebut. Berbagai cara akhirnya dilakukan, mulai dari ditambahnya jam pelajaran sampai diadakan program khusus seperti bimbel/les demi untuk tercapainya kemampuan yang diharapkan.

Dan benar saja, setelah melalui serangkaian pembelajaran yang sangat berat dan berulang-ulang itu, anak pun akhirnya bisa mencapai kemampuan yang diharapkan pada usianya yang masih dini tersebut. Andai saja penulis boleh menilai, kemampuan yang didapat anak semasa kecil itu akan berimbas buruk pada perkembangan anak di usia dewasa nya kelak. Kenapa? Karena menurut hemat penulis anak akan cenderung malas dan bosan dalam belajar, kesempatan berimajinasi dan berkreasi anak sewaktu kecil sudah “disunat” oleh kegiatan-kegiatan belajar yang sangat menjenuhkan. Hal ini juga bisa terjadi karena tekanan mental yang mereka dapati sewaktu kecil dulu.

Sahabat penulis yang super istimewa, dalam dunia pendidikan kita mengenal nama Glenn Doman pemilik dari The better Baby Institute. Glenn Doman adalah seorang ilmuan yang sangat terkenal dengan metode pembelajarannya yaitu “membaca sejak bayi”. Metode pembelajaran yang dilakukan untuk membuat anak pandai dalam membaca bahkan ketika anak itu belum memasuki jenjang sekolah. Luar biasa bukan....

Akan tetapi berbanding terbalik dengan semua itu, sebuah penelitian dari seorang ahli ilmu psikologi dari Tempel university yaitu Kathy H. Pasek berkata lain, penelitian itu ia lakukan di Institute milik Glenn Doman tersebut. Hasilnya sangat mengejutkan, menurutnya dengan metode Glenn tersebut anak-anak justru akan kehilangan semangat belajarnya saat mereka menginjak usia dewasa. Sikap kurang antusias ditunjukan mereka pada materi pelajaran, sikap yang sangat berbeda ditunjukan oleh meraka yang tidak menerima metode tersebut semasa kecil nya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut kita tahu, memaksakan anak mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan tahapan perkembangan psikis/mental nya adalah tindakan kurang tepat. Seperti penulis sudah katakan di atas, Beberapa orang tua/wali murid sangat bangga dengan anaknya yang mampu membaca, menulis, dan bahkan berhitung di usianya yang sangat dini. Namun sayangnya, tanpa mereka sadari bahwa kemampuan tersebut diperoleh anak lewat pemaksaan pembelajaran yang sangat berat dan dilakukan secara berulang-ulang.

Sahabat, disini penulis hanya akan berpesan terlebih untuk para orang tua/wali murid untuk tidak usah merasa cemas dan risau andaikata memiliki anak yang bersekolah di tingkat PAUD namun belum bisa secara baik dalam membaca, menulis dan berhitung (calistung). Karena perlu untuk dipahami, kemampuan seperti ini seharusnya akan anak terima di waktu mereka memasuki jenjang Sekolah Dasar (SD). Membuat anak mahir dalam pelajaran seperti calistung adalah tugas mereka para guru di tingkat Sekolah Dasar (SD), tugas untuk mendampingi proses belajar anak. Dan ini penting! kesadaran akan tugas semacam itu adalah tolak ukur Sekolah Dasar apakah mengerti atau tidak akan sebuah tahapan perkembangan anak. Bukan lantas menjadikan syarat kemampuan anak masuk Sekolah Dasar (SD) dengan dalih untuk memudahkan guru dalam mengajar.

Dan terakhir, penulis mengangkat topi dan memberikan hormat yang setinggi-tinggi nya untuk kalian para bapak/ibu guru PAUD yang sudah bekerja keras dengan penuh iklas untuk mendidik para generasi bangsa ini. Dan untuk kalian.. semoga selalu diberikan kesehatan dan mendapatkan ridlo dariNya. Aamiin.
Salaammm....

MERENGGUT KESUCIAN KOLAM WISATA RORO KUNING

MERENGGUT KESUCIAN KOLAM WISATA RORO KUNING
Oleh: Riki Sugianto

Pada kesempatan kali ini penulis akan membagikan pengalamannya sewaktu berkemah dalam agenda Pendidikan dan Latihan Saka Bhayangkara Dua (DIKBHARADA) Polres Nganjuk.
Tahun 2008 silam atau lebih tepatnya pada waktu penulis masih duduk di kelas XI, penulis memutuskan untuk melanjutkan pendidikan kepramukaannya di tinggat Satuan Karya (SAKA) Bhayangkara di Polsek Kertosono Kabupaten Nganjuk. Entah sebuah kebetulan atau sebuah keberuntungan, pada waktu itu penulis mendapat tiket khusus untuk bisa dengan cepat mengikuti kegiatan diklat dua Saka Bhayangkara.

DIKBHARADA ini dilakukan selama 8 hari di puncak gunung Wilis atau lebih tepatnya di kawasan wisata air merambat Roro Kuning Kabupaten Nganjuk. Tak kurang dari 40 peserta mengikuti kegiatan DIKBHARADA ini, 5 perseta dari Polsek Kertosono (termasuk penulis), 1 perserta dari Polsek Warujayeng dan sisanya dari Polres Nganjuk.

Boleh dibilang kegiatan DIKBHARADA ini sangat padat dan menguras fikiran maupun fisik, bisa dibhayangkan saja mulai hari pertama pertama kami datang, kami sudah disambut dengan kerasnya bunyi peluit kakak senior untuk langsung dilakukannya pengenalan medan sebelum dimulainya kegiatan. Kegiatan pun terus berlanjut sampai malam dan kalau penulis tak salah ingat pada pukul 23.30 WIB kami baru diberikan waktu untuk beristirahat. Tak berhenti sampai disitu, waktu menunjukan pukul 03.30 WIB dan kami sudah dibangunkan untuk menjalankan Sholat.

Kegiatan pun terus dilanjutkan sampai malam kembali, materi demi materi kami dapati dari narasumber-narasumber yang handal di bidangnya. Berbagai hukuman pun juga kami terima dengan penuh gembira (baca: bohong) mulai dari push up sampai push-push yang lain kami terima. Bahkan untuk sekedar makan siang, kami harus rela berguling-guling kesana kemari untuk bisa mendapatkannya hihihi.... Dan lebih mengharukan lagi kisah perjalanan DIKBHARADA kami adalah selama seminggu kami tak berkesempatan untuk sekedar mandi, bahkan untuk sekedar membasuh keringat dalam tubuh pun kami kesulitan. Kami bisa memegang air itu hanya waktu mau sholat, waktu buang air, penempuhan panji (bendera kebesaran) dan waktu pengukuhan, untuk waktu yang kami dapatkan itupun harus kami tebus dengan push up. hahaha... Bau badan kami anggap sebagai bentuk penghargaan yang kita dapat dari sebuah perjuangan (lebay).

Dan Akhirnya sampai lah kita di hari dimana kita dikukuhkan dan secara adat juga hukum kami syah untuk mengenakan badge Saka Bhayangkara di lengan baju kami. Tapi sebelum itu, Tidak kurang dari jam 12 malam kami dibangunkan, dibangungkan dengan 4 meriam bambu ukuran besar di 4 penjuru tenda belum lagi ditambah dengan suara senjata api kakak-kakak polisi yang bertugas pada waktu itu. Wow... tak bisa penulis ungkapan bagaimana dramatisnya kejadian itu, bagaimana kebingungan kami para peserta yang boleh dibilang belum sadar sepenuhnya karena masih mengantuk. Kepanikan peserta pun semakin menjadi-jadi kala mendapati atribut peserta seperti kopel, helm atau sepatu laras hilang dari tubuh kami. Hukuman fisik tentu kami dapati kembali melihat pelanggaran yang kami buat, ya walaupun itu sebenarnya murni ulah kakak senior yang mengambil barang kami, hahaha....

Singkat cerita, dari gerbang masuk kawasan wisata semua peserta pun diminta untuk merayap sampai kolam di dekat air merambat Roro Kuning... Ya sebuah kebetulan juga badan penulis sedikit gemuk pada waktu itu hihihi... Itu juga menjadi salah satu hal yang menambah penderitaan penulis sebagai peserta. Akhirnya setelah tak kurang dari 20 menit kami semua sampai di tempat pengukuhan, namun apalah daya.. Sesampainya kami disana tak lantas prosesi pengukuhan itu cepat dilakukan, kami harus menjalani perendaman dahulu di dalam kolam sembari mendengar kata sambutan dari kakak pembina hadeeehh....

Perendaman ini pun dilakukan cukup lama dengan suhu puncak gunung yang luar biasa dinginnya.. atas izinNya penulis akhirnya mendapatkan sebuah kenikmatan yang tak terduga-duga, kenikmatan berupa sebuah kehangatan dari dalam celana hahaha... boleh dibilang penulis “mengompol” dikarenakan tak tahan akan suhu puncak gunung yang sangat dingin. Sesampainya di basecamp tempat kami berkemah, tak disengaja ada anggota yang bercerita kalau sewaktu di kolam dia pun juga mengompol dan percaya atau tidak ungkapan itu disahut secara serempak oleh teman yang lainnya, teman yang ternyata juga sama-sama mengompol di kolam, eh busyeeeett.... hahaha.... dan fix kami Saka Bhayangkara angkatan 20 Polres Nganjuk berhasil merenggut kesucian kolam wisata Roro Kuning dengan “ompol” kami. Hihihi... walaupun sangat disayangkan, akibat bencana yang melanda kawasan ini tahun lalu.. kolam itu pun hancur dan hanya puing-puing kolam yang masih tersisa, yang akan menjadi saksi kisah kami. Hahaha....

Terakhir, sebuah kebanggaan sendiri bagi penulis yang pernah menjadi bagian dari Saka Bhayangkara Polres Nganjuk ini. Do’a terbaik semoga selalu ada untuk kalian semua sahabat angkatan 20. Jayalah selalu Pramuka Jaya selalu Saka Bhayangkara.
Salaammm...

MERDEKA DALAM PERSPEKTIF JOMBLO

MERDEKA DALAM PERSPEKTIF JOMBLO
Oleh: Riki Sugianto

Berbicara tentang kemerdekaan Negara RI yang ke 72 ini, hal pertama apa yang ada dalam fikiran sahabat semua? apakah teringat tentang para pahlawan, teringat akan banyaknya perayaan atau sekedar merasa bahagia karena tanggal 17 Agustus adalah tanggal merah?

Penting untuk diketahui Sahabat, kemerdekaan merupakan hak setiap makhluk hidup untuk bebas melakukan apa yang ia inginkan. Kemerdekaan juga dapat diartikan sebagai bentuk kebebasan akan segala macam belenggu, aturan dan kekuasaan dari pihak tertentu.

Namun terlepas dari pengertian di atas, kemerdekaan akan sangat berbeda jika kita lihat dari perspektif para jomblo an. Jomblo sendiri adalah sebutan bagi orang yang tidak mempunyai ikatan hubungan dengan lawan jenis atau lebih gampang nya jomblo itu tidak punya pacar. hihihi...
Menurut penulis, jomblo di Indonesia belum lah merasakan Indahnya sebuah kemerdekaan, masih banyak bentuk diskriminasi-diskriminasi yang terjadi kepada mereka. Kita ambil contoh: apabila kita memasuki restoran atau rumah makan, pasti kita tidak akan pernah menjumpai adanya meja makan dengan satu kursi, betul tidak? ini adalah bentuk diskriminasi nyata untuk para jomblo yang tidak terfasilitasi dengan baik atas kesendiriannya. hahaha...

Seandainya para pejuang kemerdekaan tahu, tidak mungkin meraka membiarkan keadaan seperti ini terjadi. Mereka (pejuang) mempertaruhkan hidup nya demi untuk mendapatkan kemerdekaan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali untuk para jomblo nya. Mereka tidak akan rela apabila para jomblo terhormat itu di olok, di cie-cie kan oleh yang lain, karena bagi mereka kita semua mempunyai kedudukan yang sama. wkwkwkwk...

Sahabat penulis yang istimewa, setidaknya disini ada 2 hal yang penulis ingin paparkan berkenaan dengan judul di atas.

Yang Pertama: Jomblo Merayakan Kemerdekaan Seorang Diri.
Sejak Sekolah Dasar (SD) penulis selalu mengingat akan pesan dari bapak/ibu guru tercinta, “apabila kita mendapat kebahagiaan, jangan lah di disimpan sendiri dan berbagilah dengan orang lain”. Bukankah ini pesan yang sangat luar biasa? tapi disisi lain, ini juga akan sangat membingungkan bagi para jomblo an dalam bertindak, jomblo an tidak akan tahu harus dengan siapa mereka merayakan kemerdekaan ini. dengan temankah? teman yang mana! semua pasti akan sibuk dengan pasangannya masing-masing. Dengan orang tua kah? yaelaaah.. gimana caranya coba! dan sampai akhirnya tak tercapailah keinginan jomblo an ini untuk membagi kebahagiannya atas kemerdekaan ini. Kasihan.. oh kasihan...

Yang Kedua: Jomblo Berharap Bernasib Seperti Uzumaki Naruto.
Keterjajahan Indonesia oleh negara Jepang selama 3,5 tahun bisa dibilang sangat singkat bila dibandingkan dengan lamanya negara Belanda berkuasa. Walaupun begitu, Jepang membawa pengaruh yang luar biasa, seakan mempunyai daya tarik yang luar biasa dikalangan jomblo an, seperti anime Naruto misalnya. Ini adalah salah satu anime dari negara Jepang yang menjadi favorit seluruh jomblo an di belahan dunia, karena kisah hidupnya sedikit banyak telah terwakili oleh film anime ini. wkwkwkwk...

Anime ini mengisahkan anak bernama Uzumaki Naruto yang sedari kecil sudah ditinggal ke dua orang tua nya yaitu Minato Namikaze dan Uzumaki Khusina yang rela mati demi untuk menyelamatkan desa dan putranya (Naruto). Sejak kecil Naruto yang hidup sendiri dan tidak mempunyai teman layak nya anak-anak kecil lainnya ini, selalu berjuang dengan gigih untuk membuktikan diri nya, demi mendapat pengakuan atas keberaannya dari orang-orang di sekitar nya.

Singkatnya, setelah begitu banyak hal yang ia lalui dalam kesendiriannya, Uzumaki Naruto akhirnya mempunyai banyak teman, mempunyai istri yang sangat cantik dan baik hati yang bernama Hyuga Hinata, gadis cantik yang merupakan putri seorang pemimpin salah satu klan terhebat di tempat Naruto tinggal. Atas pernikahannya itu Naruto dikarunia 2 orang anak yaitu Uzumaki Boruto dan Uzumaki Himawari. Tak berhenti sampai disitu, selain Naruto mendapatkan keluarga kecil nya yang sangat bahagia, ia pun akhirnya mendapat pengakuan dari semua warga desa dan bisa mewujudkan impiannya untuk menjadi Hokage (pemimpin) ke tujuh di Desa Konoha yang meneruskan pemimpin sebelumnya yaitu Hatake Kakashi, yang juga merupakan guru dari Naruto. cie-cie.... serius amat mblo bacanya hahaha...

Perlu diketahui, begitu dalam cintanya pada anime ini, mereka para jomblo an akan rela menghabiskan setiap waktunya hanya untuk menonton anime ini. Kekuatan cinta memang sungguh luar biasa sahabat. wkwkwkwk....

Sahabat penulis yang super, meninggalkan kisah naruto dan kisah pilu para jomblo an. Dalam hati kecil penulis, sebenarnya penulis sangat mengapresiasi pilihan kalian untuk memilih menjomblo. Karena dari pandangan penulis status jomblo itu sebagai berikut:

1. Jomblo Itu Bukan Berarti Tidak Laku.

Hanya saja jomblo an itu belum berkesempatan bertemu dengan pasangan yang pas untuk menjalani sebuah kehidupan. Jomblo an akan menunggu orang yang tepat untuk dijadikan teman hidup dikala kesepian, yang jalinan hubungannya tidak akan putus ditengah jalan layaknya orang berpacaran. Pendapat ini juga bisa dapat dijadikan sebuah dalil untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaan kejam dari para hatters. wkwkwkwk...

2. Jombo Bukan Status Yang Hina.

Hanya karena belum mempunyai pasangan (pacar), bukan berarti jomblo menjadi orang yang hina. Karena menurut penulis, dengan adanya ikatan yang dinamakan pacaran justru akan dapat membawa insan suci kedalam jurang yang kotor dan penuh noda/kemaksiatan yang dibenci oleh Ilahi Rabbi. Ter.. ter...

3. Jomblo Adalah Kunci Meraih Cita-cita dan Mimpi

Ini sangat jelas dan sudah banyak bukti yang mendukung pendapat di atas ini. hahaha..

4. Jomblo Menjadikan Hidup Lebih Damai dan Bahagia.

Ini terjadi karena jomblo an akan terhindar dari sesuatu yang dinamakan dengan “kepalsuan”, sesuatu yang membuat seseorang menjadi kecewa, terpuruk, bahkan tak dapat berhenti meneteskan air mata dari adanya kepalsuan diantara hubungan yang dijalani selama berpacaran. wkwkwkwk...lebay loe mblo.

Dan yang paling super dari ke 4 hal di atas adalah Jomblo merupakan kunci untuk menemukan cinta sejati tanpa ternodai terlebih dahulu. huaasseeekkk...

Sahabat penulis dimana pun kalian berada, jangan kalian jadikan status jomblo kalian menjadi batas kalian dalam berprestasi. Begitupun sebaliknya untuk sahabat penulis yang kebetulan sudah mempunyai pasangan (pacar), jangan sampai pacaran menjadi penghambat prestasi kalian, buat pacaran kalian lebih bermakna, jadikan itu penyemangat kalian dalam belajar jangan malah kalian terjebak ke dalam hal-hal yang belum boleh kalian lakukan.

Untuk yang terakhir, penulis berharap semoga kita (termasuk yang jomblo) selalu mendapakan kebahagiaan dimanapun kita berada. Aaminn.
Salaaammm....