Senin, 18 September 2017

MERENGGUT KESUCIAN KOLAM WISATA RORO KUNING

MERENGGUT KESUCIAN KOLAM WISATA RORO KUNING
Oleh: Riki Sugianto

Pada kesempatan kali ini penulis akan membagikan pengalamannya sewaktu berkemah dalam agenda Pendidikan dan Latihan Saka Bhayangkara Dua (DIKBHARADA) Polres Nganjuk.
Tahun 2008 silam atau lebih tepatnya pada waktu penulis masih duduk di kelas XI, penulis memutuskan untuk melanjutkan pendidikan kepramukaannya di tinggat Satuan Karya (SAKA) Bhayangkara di Polsek Kertosono Kabupaten Nganjuk. Entah sebuah kebetulan atau sebuah keberuntungan, pada waktu itu penulis mendapat tiket khusus untuk bisa dengan cepat mengikuti kegiatan diklat dua Saka Bhayangkara.

DIKBHARADA ini dilakukan selama 8 hari di puncak gunung Wilis atau lebih tepatnya di kawasan wisata air merambat Roro Kuning Kabupaten Nganjuk. Tak kurang dari 40 peserta mengikuti kegiatan DIKBHARADA ini, 5 perseta dari Polsek Kertosono (termasuk penulis), 1 perserta dari Polsek Warujayeng dan sisanya dari Polres Nganjuk.

Boleh dibilang kegiatan DIKBHARADA ini sangat padat dan menguras fikiran maupun fisik, bisa dibhayangkan saja mulai hari pertama pertama kami datang, kami sudah disambut dengan kerasnya bunyi peluit kakak senior untuk langsung dilakukannya pengenalan medan sebelum dimulainya kegiatan. Kegiatan pun terus berlanjut sampai malam dan kalau penulis tak salah ingat pada pukul 23.30 WIB kami baru diberikan waktu untuk beristirahat. Tak berhenti sampai disitu, waktu menunjukan pukul 03.30 WIB dan kami sudah dibangunkan untuk menjalankan Sholat.

Kegiatan pun terus dilanjutkan sampai malam kembali, materi demi materi kami dapati dari narasumber-narasumber yang handal di bidangnya. Berbagai hukuman pun juga kami terima dengan penuh gembira (baca: bohong) mulai dari push up sampai push-push yang lain kami terima. Bahkan untuk sekedar makan siang, kami harus rela berguling-guling kesana kemari untuk bisa mendapatkannya hihihi.... Dan lebih mengharukan lagi kisah perjalanan DIKBHARADA kami adalah selama seminggu kami tak berkesempatan untuk sekedar mandi, bahkan untuk sekedar membasuh keringat dalam tubuh pun kami kesulitan. Kami bisa memegang air itu hanya waktu mau sholat, waktu buang air, penempuhan panji (bendera kebesaran) dan waktu pengukuhan, untuk waktu yang kami dapatkan itupun harus kami tebus dengan push up. hahaha... Bau badan kami anggap sebagai bentuk penghargaan yang kita dapat dari sebuah perjuangan (lebay).

Dan Akhirnya sampai lah kita di hari dimana kita dikukuhkan dan secara adat juga hukum kami syah untuk mengenakan badge Saka Bhayangkara di lengan baju kami. Tapi sebelum itu, Tidak kurang dari jam 12 malam kami dibangunkan, dibangungkan dengan 4 meriam bambu ukuran besar di 4 penjuru tenda belum lagi ditambah dengan suara senjata api kakak-kakak polisi yang bertugas pada waktu itu. Wow... tak bisa penulis ungkapan bagaimana dramatisnya kejadian itu, bagaimana kebingungan kami para peserta yang boleh dibilang belum sadar sepenuhnya karena masih mengantuk. Kepanikan peserta pun semakin menjadi-jadi kala mendapati atribut peserta seperti kopel, helm atau sepatu laras hilang dari tubuh kami. Hukuman fisik tentu kami dapati kembali melihat pelanggaran yang kami buat, ya walaupun itu sebenarnya murni ulah kakak senior yang mengambil barang kami, hahaha....

Singkat cerita, dari gerbang masuk kawasan wisata semua peserta pun diminta untuk merayap sampai kolam di dekat air merambat Roro Kuning... Ya sebuah kebetulan juga badan penulis sedikit gemuk pada waktu itu hihihi... Itu juga menjadi salah satu hal yang menambah penderitaan penulis sebagai peserta. Akhirnya setelah tak kurang dari 20 menit kami semua sampai di tempat pengukuhan, namun apalah daya.. Sesampainya kami disana tak lantas prosesi pengukuhan itu cepat dilakukan, kami harus menjalani perendaman dahulu di dalam kolam sembari mendengar kata sambutan dari kakak pembina hadeeehh....

Perendaman ini pun dilakukan cukup lama dengan suhu puncak gunung yang luar biasa dinginnya.. atas izinNya penulis akhirnya mendapatkan sebuah kenikmatan yang tak terduga-duga, kenikmatan berupa sebuah kehangatan dari dalam celana hahaha... boleh dibilang penulis “mengompol” dikarenakan tak tahan akan suhu puncak gunung yang sangat dingin. Sesampainya di basecamp tempat kami berkemah, tak disengaja ada anggota yang bercerita kalau sewaktu di kolam dia pun juga mengompol dan percaya atau tidak ungkapan itu disahut secara serempak oleh teman yang lainnya, teman yang ternyata juga sama-sama mengompol di kolam, eh busyeeeett.... hahaha.... dan fix kami Saka Bhayangkara angkatan 20 Polres Nganjuk berhasil merenggut kesucian kolam wisata Roro Kuning dengan “ompol” kami. Hihihi... walaupun sangat disayangkan, akibat bencana yang melanda kawasan ini tahun lalu.. kolam itu pun hancur dan hanya puing-puing kolam yang masih tersisa, yang akan menjadi saksi kisah kami. Hahaha....

Terakhir, sebuah kebanggaan sendiri bagi penulis yang pernah menjadi bagian dari Saka Bhayangkara Polres Nganjuk ini. Do’a terbaik semoga selalu ada untuk kalian semua sahabat angkatan 20. Jayalah selalu Pramuka Jaya selalu Saka Bhayangkara.
Salaammm...

1 komentar:

  1. cerita yg menarik kak!, mohon ijin sy repost di new blog resmi kami oke!

    BalasHapus