Senin, 18 September 2017

SISI LAIN PENCAK SILAT DI NGANJUK PART II



SISI LAIN PENCAK SILAT DI NGANJUK PART II
Oleh: Riki Sugianto


Hai sahabat penulis yang super, pada kesempatan kali ini penulis akan membagikan ceritanya ketika sedang meminum kopi di salah satu warkop favorit penulis, yaitu di tempat pak Haji Wahidin Jekek Baron. Disana tanpa di sengaja, penulis mendengar percakapan sekelompok pendekar (panggil saja pendekar ndeso) yang sedang menyiapkan strategi balas dendam untuk menghabisi kelompok lain yang telah berani menjelek-jelekan dan menghina organisasi kelompok si pendekar ndeso itu.

Dengan seksama dan sedikit kepo penulis mendengarkan satu demi satu, tahap demi tahapan yang akan mereka lakukan demi memuaskan dendam mereka. Mulai dari hari, tanggal sampai jam eksekusi nya penulis dengarkan. hihihiii....

Wkwkwkwkwk... Mungkin hanya tertawaan yang bisa penulis gambarkan ketika melihat strategi licik pendekar ndeso itu. Karena ini sungguh lucu menurut penulis, di satu sisi pendekar ndeso ini sangat cinta dan bangga akan “kebesaran nama” organisasinya, sampai-sampai tak rela siapapun menghina organisasinya. Namun di sisi yang lain mereka lupa atau mungkin tidak menyadari kalau sikap-sikap negatif yang selama ini mereka lakukan itu justru yang membuat citra organisasi mereka jelek di mata khalayak umum.

Coba sedikit “kita” berfikir sahabat, bagaimana mungkin “kita” menginginkan khalayak umum memberi nilai baik pada sebuah organisasi “kita”, sedangkan sikap “kita” sendiri tidak mencerminkan bagaimana luhurnya ajaran organisasi yang “kita” punya?

Minum-minuman keras, mabuk-mabukan, tawuran dan kenakalan-kenakalan remaja lainnya. Orang-orang tidak akan akan melihat siapa kita, kenal juga nggak... Namun yang akan dikenal oleh masyarakat adalah baju atau atribut yang kita pakai. Sungguh aneh.. seragamnya saja “Generasi Wali Songo“ tapi kok mabuk-mabuk an... Seragam nya saja “ Memayu Hayungin Bawono“ tapi menebar keributan dimana-mana.

Penulis disini hanya berharap, jika kalian ingin nakal silahkan... ingin mabuk silahkan.. ingin tawuran silahkan... namun sekali lagi penulis ingatkan... jangan memakai atribut organisasi kalian. Jangan sampai karena Nila setitik rusak susu sebelanga. (Bukan susu sebelahnya ndrooo...)

Sejujurnya penulis disini sangat rindu akan aksi-aksi nyata para pendekar di Nganjuk ini, yang tidak segan turun ke sungai untuk membersihkan sampah, bekerja bakti di lingkungan untuk sekedar mencabuti rumput. Selain itu penulis juga rindu akan indah nya jurus seni para pendekar yang di tampilkan sebagai pertunjukan dan bukannya ditampilkan pada saat perkelahian.

Penulis sepenuhnya percaya, sahabat-sahabat kita sesama pendekar yang kebetulan berada dalam lingkaran hitam juga menyadari akan kekeliruan sikap mereka, dan penulis yakin 100% mereka pun sebenarnya juga mempunyai harapan untuk berubah ke arah yang lebih baik. Tinggal menunggu waktu indah itu datang pada mereka.

Salam pencak silat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar