SEKILAS
TENTANG KESENIAN JARANAN (SAMBOYO)
Oleh:
Riki Sugianto
Berbicara mengenai kesenian
jaranan (samboyo) pasti akan menuai banyak pro dan kontra. Ada sebagian orang
yang sangat menggemari juga mencintai kesenian ini karena dianggap sebagai
warisan budaya yang harus dilestarikan. Ada pula yang sangat membenci seni ini dengan
dalih “melihat jaranan berarti dosa besar karena mereka bermain dengan syetan“.
Wkwkwkwk..... Pendapat yang sangat lucu menurut penulis.
Sahabat
penulis yang istimewa, pada dasarnya kesenian jaranan adalah sebuah kesenian
yang dimainkan dengan menaiki kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu
(jaran kepang). Dalam memainkan seni ini biasanya juga diiringi dengan musik
khusus yang sederhana seperti dengan kendang, gong, kenong, dan slompret
(semacam seruling).
Dalam buku yang berjudul “Seni
Jathilan: Bentuk, Fungsi dan Perkembangannya (1986-2013)” Kuswarsantyo menjelaskan
kesenian jaran kepang secara spesifik adalah penggambaran gerak tari prajurit
penunggang kuda yang menirukan tingkah laku penunggang kuda. Namun
kadang-kadang juga menirukan gerak kuda itu sendiri. Hentakan-hentakan kaki
yang serempak dan ritmis sangat menonjol, sementara tangan terpaku memegang
kuda dan sesekali memainkan sampur.
Di
Jawa Timur saja kesenian ini sangat akrab dengan masyarakat dibeberapa daerah,
sebut saja Kabupaten Blitar, Malang, Tulungagung dan Kabupaten Nganjuk tentunya.
Sebelum menilai kesenian ini jelek
atau tidak, yang harus pertama dipahami adalah mengerti alur cerita dari
kesenian jaranan ini. Seperti yang dijelaskan di atas kesenian ini sangatlah sederhana,
dalam pertunjukannya kesenian jaranan hanya menggunakan alat-alat musik
(gamelan) berupa kendang, gong, kenong dan selompret. Lagu-lagu yang dibawakan
ketika pertunjukan pun syarat akan makna, lagu yang berisikan ajakan kepada
manusia untuk senantiasa melakukan perbuatan baik dan untuk selalu ingat pada
Allah SWT.
Yang kedua adalah memahami kesenian
jaranan dari segi filosofinya. Alat-alat gamelan yang digunakan tidak hanya
dipakai untuk mengiringi para pemain menari, namun juga memiliki makna dan
arti. Semisal penulis ambil contoh gamelan kendang yang “tabuhan” nya berbunyi “ndang-ndang
tak ndlab“ bunyi ini mempunyai makna “yen wes titiwancine ndang-ndang o mangkat
ngadep marang Pengeran” (kalau sudah waktunya cepat-cepatlah bangun untuk
menghadap Tuhanmu). Dari sini diajarkan untuk tidak menunda-nunda dalam
melakukan ibadah kepada Tuhan.
Kesenian yang menghibur dan syarat
akan unsur religi ini juga mengandung unsur ritual sebelum memulai pertunjukan.
Ini yang sering dianggap salah oleh beberapa orang yang menganggap ritual itu
adalah ritual memanggil syetan. Salah! Itu salah... kegiatan itu sebenarnya dimaksudkan
untuk memohon kepada Tuhan supaya tidak turun hujan, karena kita tahu kesenian jaranan
ini acap kali dilakukan di lapangan atau tempat yang terbuka.
Pada pertunjukannya sendiri terdapat
beberapa kesatria yang menunggangi kuda kepang, mereka menari dengan iringan alunan
musik atau gamelan. Dalam tarian itu juga digambarkan mengenai kehidupan
manusia yang di dalamnya berisi tentang keserasian, keseimbangan juga perbedaan/permusuhan.
Kemudian digambarkan penari kuda
kepang ini diganggu oleh penari lain yang diwujudkan sebagai “celengan” yang
sengaja mengecoh penari kuda kepang. Dan sampai akhirnya penari kuda kepang itu
terbawa oleh “celengan” dan merekapun kesurupan. Sayangnya, kesurupan ini oleh
beberapa orang terkadang melibatkan “barang halus” untuk membuat pemainnya
dapat menjiwai tariannya, walaupun menurut penulis sebenarnya itu tidak perlu
seperti itu, cukup berpura-pura (acting) kesurupan saja sudah cukup.
Di bagian akhir kesenian ini, akan ada
tarian dengan menggunakan “caplok-an” (kepala naga). Yang menjadi sebuah simbol
ke angkara murkaan, tarian ini mengandung maksud untuk menggambarkan kehidupan
di hari pembalasan.
Nah.... itulah Sahabat, sekilas
tentang kesenian jaranan yang bisa penulis jelaskan. Mungkin tidak sepenuhnya
benar, tapi semoga bisa sedikit memberi wawasan kepada sahabat semua.
Terimakasih...
Salaaammm...................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar