Senin, 18 September 2017

KARNAVAL ( ANTARA HIBURAN ATAU SEBUAH PELECEHAN )



KARNAVAL ( ANTARA HIBURAN ATAU SEBUAH PELECEHAN )
Oleh: Riki Sugianto

Hai sahabat penulis dimanapun kalian berada, pada kesempatan yang berbahagia ini penulis akan menuliskan sebuah keresahan yang berhubungan dengan kegiatan karnaval, kegiatan dimana banyak diselenggarakan ketika memasuki bulan kemerdekaan seperti tahun ini.

Suatu kegembiraan tersendiri bagi masyarakat khususnya  bagi para pedagang  dengan terselenggarakan kegiatan semacam ini. Karnaval ibarat lirik lagunya mbak Via Vallen  yang berjudul Cinta Tak Terbatas Waktu “  Ibarat Sungai yang kering tiada air, menanti hujan turun dari langit “ seperti itulah masyarakat menantikan hadirnya kegiatan karnaval ini.

Bagi para pedagang kegiatan ini juga merupakan sebuah kesempatan emas yang tidak boleh terlewatkan. Ada istilah dikalangan mereka “ Wayahe Mbladere Duwek “ atau kalau di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah “ Waktunya Uang Bertebaran “. kenapa seperti ini? karena kegiatan ini adalah moment-moment istimewa untuk mendapatkan uang lebih banyak dari hari-hari biasanya.

Dan yang tak boleh ketinggalan adalah orang yang paling berbahagia dengan adanya kegiatan ini, siapa dia? sudah jelas adalah para jombloan.... wkwkwkwk... bagi mereka para jombloan, kegiatan karnaval ini adalah kesempatan baik untuk unjuk gigi dan mempromosikan dirinya. Caranya pun bervariasi dan tak tanggung-tanggung mulai dari berpakaian menarik dan wangi bahkan sampai meminjam motor milik kakaknya hanya untuk terlihat keren. wkwkwkwk... Ah jomblo mah gitu...

Kembali ke tema sahabat, meninggalkan semua cerita di atas, ada sebuah keresahan yang ingin penulis  sampaikan. Apa itu? masalah kostum yang dikenakan para peserta karnaval. Kegiatan yang diselenggarakan untuk memeriahkan kemerdekaan NKRI ini di nodai oleh oknum-oknum “bodoh” dengan sikap-sikap nya yang kurang pantas dan kalau boleh penulis mengatakan sikap seperti itu adalah sikap yang “menjijikan” dimana para laki-laki memakai pakaian wanita namun dengan gaya yang sangat tidak sopan. Anehnya sahabat, yang memakai kostum “menjijikan” seperti ini tidak hanya satu atau dua orang saja, akan tetapi banyak orang,  dengan dalih supaya rame dan seru.. Yaelah tong... Sehat loe...

Kemudian dari sisi penyelenggara atau panitia seolah mengiyakan sikap peserta yang seperti ini, tanpa ada seleksi atau himbauan kepada para peserta untuk bersikap lebih baik. Sejujurnya, bagi penulis kalau hanya masalah bergoyang memakai baju-baju lucu semisal baju dari koran atau palstik itu tidak masalah, justru ada nilai kreatifitas dan seni di dalamnya.

Dari sini banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam benak penulis, sebenarnya apa sih yang mereka kehendaki dari berpenampilan seperti itu? memakai make up yang super aneh, memakai BH dan celana (CD) dalam milik wanita di luar baju yang mereka pakai. sebenarnya ada apa ini... ada apa dengan masyarakat kita?

Dan parahnya penulis juga menemukan, ada salah satu lembaga pendidikan dan di situ juga berdiri seorang bapak guru yang melihat bahkan menikmati gaya aksi muridnya yang mohon maaf, sangat tidak mencerminkan orang yang berpendidikan. ini apa sahabat? Apa....

Dan yang terakhir, ini yang menurut penulis pelecehan yang lebih parah dan sangat “menjijikan” dimana penulis melihat sekelompok orang dengan memakai atribut keagamaan Nahdlotul ‘Ulama (NU) berpenampilan aneh dan bergoyang kesana kemari laki-laki dan perempuan. Percayalah sahabat, bahwa penulis adalah seorang warga NU juga, walaupun tingkat keimanannya sangat rendah, namun setidaknya penulis tidak pernah melakukan hal-hal seperti itu. Kelompok yang menamai dirinya dengan istilah “Generasi Wali Songo “ juga “ Generasi Aswaja “ akan tetapi sikapnya sungguh tidak mencerminkan slogan yang tertulis di seragamnya. Andai saja bisa, ingin rasanya penulis menampar mereka-mereka yang urakan dan tidak sopan, ingin bergaya aneh silahkan... ingin berjoget silahkan... tapi jangan memakai atribut Nahdlatul ‘ulama (NU).

Sahabat penulis yang super istimewa, kita tahu pada dasarnya kegiatan karnaval di selenggarakan untuk memperingatiu HUT kemerdekaan RI, maka dari itu mari kita rayakan kemerdekaan ini dengan penuh kegembiraan dan kebanggaan. Mari berkarnaval dengan sejuta kreasi yang kita punya tanpa harus mengandung unsur SARA, Politik, maupun pelecehan terhadap kaum tertentu. Seperti adanya peserta karnaval pria yang berdandan perempuan dengan pakaian seronok yang sudah dijelaskan di atas.

Tentu ini sangat tidak mendidik, apalagi yang menonton semua umur dari anak kecil sampai yang tua, penulis berharap untuk kedepannya kita menjauhi bentuk-bentuk kegiatan yang mengandung unsur pelecehan seperti itu. Menciptakan hal-hal yang lucu itu bagus dan sangat diperbolehkan karena untuk menghibur,  tapi harus dengan cara-cara yang santun, kita junjung budaya ketimuran. Yang masih kental dengan budaya kesopanan.

Saalllammmmm,....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar