Rabu, 27 April 2011
ALAM SEMESTA
ALAM SEMESTA
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Tafsir Tarbawy”
Dosen pembimbing:
Drs. H. M. Burhanuddin Ubaidillah, Lc, M. Ag.
Disusun oleh:
Riki Sugiarto
Ayu Azizatun
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
(STAIM)
FAKULTAS TARBIYAH PRODI S1-PAI
Nglawak Kertosono Nganjuk
November, 2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Alam semesta dan seisinya merupakan ciptaan Allah SWT sekaligus sebagai amanah yang harus dikelola dengan baik oleh manusia sebagai khalifatullah fil ardhi. Alam seisinya merupakan bukti keagungan Allah SWT serta sebagai tempat yang disediakan untuk para makhluk-Nya.
Al-Qur’an adalah kalamullah yang qodim, yang di dalamnya terdapat berbagai petunjuk dan cahaya terang bagi orang-orang yang mau berpedoman. Salah satu petunjuk yang ada di dalamnya adalah tentang adanya alam semesta ini, bagaimana penciptaannya, serta untuk apa alam semesta tersebut diciptakan. Menarik sekali bila kita coba membahas ayat-ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan alam semesta.
Maka dalam makalah ini akan dibahas tentang tafsir alam semesta, sehingga didapat pemahaman serta hikmah dari hal tersebut. Wallohul muyassir!!.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas, maka pada makalah ini dapat merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana terjadinya alam semesta ini?
2) Untuk siapakan alam semesta ini di ciptakan?
3) Apa pelajaran yang dapat diambil dari proses penciptaan alam semesta?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Dari uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan yang ingin dicapai pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui dan memahami bagimana proses terjadinya alam smesta ini
2) Untuk mengetahui dan memahami untuk siapakah alam ini diciptakan.
3) Untuk mengetahui pelajaran yang dapat diambil dari proses penciptaan alam semesta.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TERJADINYA ALAM SEMEATA
1. Terjadinya Alam Menurut Konsep Ilmuan
Dari bagan di atas dapat diketahui bahwa proses terbentuknya alam terjadi beraneka ragam menurut versi para ahli masing-masing. Aristoteles mengemukakan bahwa pada hakikatnya bumi adalah sebagai pusat tata surya, hingga muncullah konsep-konsep baru dari para ahli dengan berbagai kesimpulan mereka. Adapun konsep yang paling sesuai dengan Al-Qur’an adalah konsep atau teori ledakan besar yang sering disebut dengan “Teori Big Bang”.
Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Teori yang dihasilkan oleh para ilmuwan dan pakar, tentang bagaimana terbentuknya alam semesta ada dua, yaitu :
1. Teori Keadaan Tetap. Yaitu teori yang menyatakan bahwa alam ini ada tanpa awal dan ada selama-lamanya.
2. Teori Dentuman Besar. Yaitu teori yang menyatakan bahwa alam ini ada dari suatu ketiadaan.
Dan akan berakhir dengan ketiadaan pula. Dan teori menyatakan bahwasanya alam pada awalnya semua objek dialam semesta adalah satu dan kemudian terpisah karena suatu ledakan yang sangat dahsyat.
2. Konsep Alam dalam Al Quran
Dalam salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori big bang), disebutkan bahwa alam semesta tercipta dari sebuah ledakan kosmis sekitar 10-20 miliar tahun yang lalu yang mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam semesta. Sebelum terjadinya ledakan kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan energi terkumpul dalam sebuah titik. Mungkin banyak di antara kita yang telah membaca tentang teori tersebut.
Sekarang, mungkin ada di antara kita yang ingin tahu bagaimana Al-Quran menjelaskan tentang terbentuknya alam semesta ini. Dalam Quran surat Al-Anbiya (surat ke-21) ayat 30 disebutkan:
"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?"
Kata "ratq" yang di sini diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisahkan antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq". Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.
Lalu dalam Quran surat Fussilat (surat ke-41) ayat 11 Allah berfirman:
"Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
Kata asap dalam ayat tersebut di atas menurut para ahli tafsir adalah merupakan kumpulan dari gas-gas dan partikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair pada temperatur yang tinggi maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih atau kurang stabil, Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain.
Kita dapat menemukan tentang hal ini pada beberapa surat yaitu surat To-Ha (surat ke-20) ayat 6 yang artinya:
"Kepunyaan-Nya lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah"
Lalu dalam surat Al-Furqan (aurat ke-25) ayat 59 yang artinya:
"Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa..."
Juga dalam surat Al-Sajda (surat ke-32) ayat 4 yang artinya:
"Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa..." Dan surat Qaf (surat ke-50) ayat 58 yang artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun tidak ditimpa keletihan.
Dalam ayat laui di jelaskan proses pembenyukannya, yaitu:
Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27} Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}”
(Q.S. An-Nazi’at: 27-33)
Dari surat-surat tersebut di atas terlihat bahwa secara umum proses terciptanya jagat raya ini berlangsung dalam 6 periode atau masa dimana tahapan dalam proses tersebut saling berkaitan. Disebutkan pula bahwa terciptanya jagat raya terjadi melalui proses pemisahan massa yang tadinya bersatu. Selain itu disebutkan pula tentang lebih dari satu langit dan bumi dan keberadaan ciptaan di antara langit dan bumi.
Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa sebelum para ahli mengemukakan tentang teori big bang (yang dimulai sejak tahun 1920-an), ayat-ayat Al-Quran telah secara jelas menceritakan bagaimana alam semesta ini terbentuk.
Pembentukan alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan Al-Qur’an atau kitab lainnya, sering menimbulkan permasalahan. Sebab, enam masa tersebut ditafsirkan berbeda-beda, mulai dari enam hari, enam periode, hingga enam tahapan. Oleh karena itu, pembahasan berikut mencoba menjelaskan maksud enam masa tersebut dari sudut pandang keilmuan, dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Qur’an.
B. UNTUK SIAPAKAH ALAM INI?
Untuk siapakah alam ini? Adalah suatu pertanyaan yang tidak ppernah disinggung oleh kita. Dalam surat Al- Baqarah ayat 29 dijelaskan bahwa alam ini diciptakan untuk kita semua.
هو الذى خلق لكم ما فى الارض حميعا ثم استوى الى السماء فسواهن سبع سماوات وهو بكل شيء عليم
Artinya: "Dia-lah yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kalian, kemudian Dia berkehendak pula menciptakan langit, maka Dia menjadikannya tujuh lapis. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu
Menurut Syekh Ahmad Musthofa Al-Maraghi makna ayat:2
هو الذي خلق لكم ما في الأرض جميعا (Dialah Tuhan yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu) yaitu : Dalam memanfaatkan benda-benda di bumi ini dapat ditempuh melalui salah satu dari dua cara, yaitu:
1) Memanfaatkan benda-benda itu dalam kehidupan jasadi untuk memberikan potensi pada tubuh atau kepuasan padanya dalam kehidupan duniawi
2) Dengan memikirkan dan memperhatikan benda-benda yang tidak dapat diraih oleh tangan secara langsung, untuk digunakan sebagai bukti tentang kekuasaan penciptanya dan dijadikan santapan rohani.
Dengan ayat ini kita mengetahui bahwa pada dasarnya memanfaatkan segala benda di bumi ini dibolehkan. Tidak seorangpun mempunyai hak mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah kecuali dengan izin-Nya sebagaimana telah difirmankan pada ayat 10 surat Yunus.
ثم استوى إلى السماء (kemudian Dia menuju langit) yaitu:
Kata samaa artinya sesuatu yang jauh berada di atas kepala kita. Dan kata Istawaa berarti langsung menuju tujuan tanpa kecenderungan mengerjakan sesuatu yang lain di tengah-tengah menciptakannya.
فسواهن سبع سموات (lalu menciptakan tujuh langit) yaitu:
Maksud dari ayat tersebut, Allah menyempurnakan penciptaan langit hingga menjadi tujuh langit.
Menurut Quraisy Shihab makna ayat :
خلق لكم ما فى الارض حميعا yaitu: Dipahami oleh banyak Ulama’ menunjukkan bahwa pada dasarnya segala apa yang terbentang di bumi ini dapat digunakan oleh manusia, kecuali jika ada dalil yang melarangnya.
Makna استوى yaitu:Kata Istawaa pada mulanya berarti tegak lurus, tidak bengkok. Selanjutnya kata itu dipahami secara majazi dalam arti menuju ke sesuatu dengan cepat dan penuh takad bagaikan yang berjalan tegak lurus tidak menoleh ke kiri dan ke kanan.
استوى إلى السماء yaitu:Kehendak Allah untuk mewujudkan sesuatu seakan-akan kehendak tersebut serupa dengan seseorang yang menuju ke sesuatu untuk mewujudkannya dalam bentuk seagung dan sebaik mungkin.
فسواهن yaitu: Bahwa langit itu dijadikanNya dalam bentuk sebaik mungkin, tanpa sedikit aib/kekurangan apapun. Seperti dalam surat al-Mulk ayat 03.
Menurut Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasqy makna ayat:4
ثم استوى إلى السماء (kemudian Dia menuju langit) yaitu:
Summa dalam ayat ini menunjukkan ‘ataf khabar kepada khabar, bukan ‘ataf fi’il kepada fi’il yang lain.
Istawaa ilas samaa yaitu berkehendak atau bertujuan ke langit. Makna lafadz ini mengandung pengertian kedua lafadz tersebut, yakni berkehendak dan bertujuan, karena ia dimuta’addi-kan denagn memakai huruf ila
فسواهن سبع سموات (Lalu Dia menciptakan langit tujuh lapis) yakni:
Lafadz as-samaa dalam ayat ini merupakan isim jins, karena itu disebutkan sab’a samaawaat. Maksud ayat ini yaitu Sebagian dari langit berada di atas sebagian lainnya. Dikatakan sab’a samaawaati artinya tujuh lapis bumi, yakni sebagian berada dibawah yang lain. Ayat ini menunjukkan bahwa bumi diciptakan sebelum langit
وهو بكل شيء عليم (Dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu) yaitu:
Maksudnya, pengetahuan-Nya meliputi semua makhluk yang telah Ia ciptakan
POKOK BAHASAN
Dari beberapa pendapat tentang tafsir surat Al-Baqarah ayat 29, maka dapat diambil kesimpulan, pokok bahasan yang dapat diambil adalah bumi diciptakan untuk manusia, dimana Allah menciptakan bumi agar manusia berperan sebagai khalifah, berperan aktif dan utama dalam peristiwa-peristiwa serta pengembangannya. Dia adalah pengelola bumi dan pemilik alat, bukan dikelola oleh bumi dan menjadi hamba yang diatur atau dikuasai oleh alat. Tidak juga tunduk pada perubahan dan perkembangan yang dilahirkan oleh alat.
Allah telah menganugerahkan karunia yang besar kepada manusia, menciptakan langit dan bumi untuk manusia, untuk diambil manfaatnya, sehingga manusia dapat menjaga kelangsungan hidupnya dan agar manusia berbakti kepada Allah Penciptanya kepada keluarga dan masyarakat.
Seharusnya kita semua sebagai manusia yang lemah harus sadar. Allah lah yang menjadikan segala yang ada di muka bumi ini untuk kita kelola sebagai sebuah amanah.
Hanya Allah yang berhak menjadikan segala sesuatu sebgai sumber kenikmatan bagi manusia, bukan yang lain. Semua fasilitas yang dikaruniakan kepada manusia itu untuk kebaikan manusia
ASBABUN NUZUL
Asbabun nuzul atau sebab turunnya surat Al-Baqarah ini turun adalah Zaid bin Salam meriwayatkan, dari ayahnya, dari Umar bin Khotob RA, bahwa ada yang datang menemui Rasulullah SAW. Dia meminta agar beliau memberikan sesuatu kepadanya. Rasulullah SAW menjawab “ aku tidak memilikiapa-apa. Akan tetapi belilah keperluanmu atas tanggunganku. Jika ada uang, kami akan lunasi” Maka Umar berkata kepada Rasulullah SAW.
Engkau boleh memeberi kepada orang ini, jika Engkau punya. Padahal Allah tidak membeni Engkau dengan sesuatu yang Engkau tidak mampu”. Rasulullah tidak senang dengan perkataan Umar tersebut. Tiba- tiba ada seorang laki-laki dari kaum anshor, “wahai Rasuluallah, berinfaklah dan janganlah Engkau khawatir kekurangan karena masih ada Tuhan Yang memiliki Arasy”. Rasulullah tersenyum dan nampak kegirangan dari raut wajahnya saat mendengar uapan laki- laki anshor itu. Kemudian Rasulullah SAW bersabda “ seperti tulah aku perintahkan”
Selain surat Al-Baqarah ayat 29 Surat Ibrahim ayat 32 -34 juga menjelaskan untuk siapakah alam ini diciptakan yang berbunyi:
Allah-lah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, Kemudian dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan dia Telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
Semua itu tiada lain kecuali tulisan-tulisan yang terhampar dalam kenikmatan-kenikmatan yang luas pada setiap tulisan terdapat titik-titik yang tiada terhingga. Oleh karena itulah tulisan-tulisan itu dihimpun secara global dan relevan dengan hamparan yang dipertunjukkan dan suasana yang universal.
Surat Ibrahim ayat 32-34 berbunyi:
Allah-lah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, Kemudian dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan dia Telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
Dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan Telah menundukkan bagimu malam dan siang.
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa maksud kata tersebut adalah pengetahuan menyangkut sesuatu dari himpunan dan bilangannya, sehingga yang dapat menjangkau segala sesuatu hanyalah Tuhan
Ayat ini ditutup dengan mengemukakan dua sifat buruk manusia yaitu
sangat dzalim dan kafir. Sehingga kontek ayat 34 mengandung uraian tentang sikap manusia yang durhaka terhadap aneka anugerah Allah.
Menurut Prof. Syeikh Musthofa Al-Maraghy makna surat Ibrahim ayat 32-34 yaitu: لله الذي خلق السموات والأرض yaitu: Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi bagi kalian, keduanya lebih besar daripada kalian dan pada keduanya terdapat banyak manfaat, baik yang kalian ketahui maupun yang tidak diketahui. Dan semuanya itu menunjuk kepada kebesaran kodrat-Nya dan kesempurnaan nikmat-Nya atas wujud ini.
وأنزل من السماء ماء فأخرج به من الثمرات رزقا لكم yaitu: Dan Dialah Allah yang telah menurunkan air hujan dari langit, lalu dengan air hujan itu Dia menumbuhkan pohon-pohon dan tanaman, sehingga menghasilkan buah-buahan dan sayuran kepada kalian sebagai rizqi yang kamu makan dan menjadikan kalian hidup. Ayat ini juga sama dengan firman Allah dalam surat Thahaa ayat 53.
وسخر لكم الفلك لتجري في البحر بأمره yaitu: Dia menundukkan bahtera-bahtera bagi kamu, seperti dengan menjadikan kalian mampu membuatnya, menjadikannya mengapung di permukaan air, dan diatas lautan dengan perintah Tuhan. Kemudian, Dia menundukkan lautan membawa bahtera itu, agar para Musafir dapat menempuh jarak yang jauh untuk mengangkut dan menindahkan apa yang ada di suatu daerah ke daerah lain untuk menghasilkan manfaat yang mereka perlukan.
وسخر لكم الأنها yaitu: Dia menundukkan sungai-sungai bagi kamu yang membelah bumi dari satu belahan ke belahan lain, agar kamu memanfaatkannya untuk minum dan membuat selokan /saluran, untuk menyirami tanaman, taman/kebun dan lain sebagainya.
yaitu:
Dia menundukkan bagi kalian matahari dan bulan untuk selalu saling bergerak di dalam falaq-Nya, tidak berhenti-henti, untuk menerangi dunia dan memberikan daya hidup kepada binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan.
وءاتكم من كل ما سألتموه yaitu: Allah telah meyediakan bagi kalian segala apa yang kalian perlukan dalam seluruh keadaan kalian, dari segala yang berhak untuk kamu memohonnya, baik kamu memohonnya ataupun sebaliknya. Karena, Allah-lah yang telah meletakkan di dalam dunia ini berbagai manfaat yang tidak di ketahui oleh manusia, tetapi disediakan bagi mereka. Sehingga, tidak seorang pun dari umat dahulu memohon kepada Tuhan agar diberi kapal terbang magnit, dan listrik. Semua itu diberikan kepada manusia secara bertahap, dan masih ada keajaiban yang akan tampak bagi orang -orang sesudahnya.
إن الإنسان لظلوم كفار yaitu: Sesungguhnya manusia yang mengganti nikmat Allah dengan kekufuran benar-benar telah bersyukur kepada selain Tuhan yang melimpahkan nikmat kepadanya. Dengan demikian, dia telah menempatkan syukur bukan pada tempatnya.
Allah-lah yang telah melimpahkan nikmat kepadanya, dan Dia-lah yang berhak menerima ibadah yang ikhlas. Namun, manusia beribadah kepada selain-Nya dan menjadi sekutu bagi-Nya untuk menghalangi manusia dari jalan-Nya. Itulah kedzalimannya, dan itulah keingkaran terhadap nikmat yang dia limpahkan kepadanya. Dia telah memalingkan ibadah kepada selain Tuhan yang memberinya nikmat, dan tidak taat kepada-Nya.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa dalam surat Ibrahim ayat 32-34 ini, Tuhan menerangkan dalil yang terdapat dalam cakrawala yang menunjuk kepada kita agar wajib mensyukuri nikmat Allah dan mentaati-Nya.
C. PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
Dari ayat-ayat di atas sudah jelas bahwa Allah menciptakan bumi dan langit beserta isinya lalu menyerahkannya kepada manusia. Karena manusia adalah makhluk termulia diantara seluruh makhluk lain yang Allah ciptakan. Dan segala sesuatu, baik benda-benda mati,tumbuh-tumbuhan, hewan, tanah dan langit, semua diciptakan demi kepentingan manusia.
Oleh karena itu di dalam ayat ini dikatakan: Allah menciptakan segala yang ada di bumi untuk kalian". Allah menciptakan alam ini untuk kita. Oleh sebab itu hendaklah kita menempatkan diri kita hanya untuk Allah semata.
Tak ada satu pun ciptaan Allah di alam ini yang sia-sia, karena ia diciptakan untuk suatu kepentingan bagi manusia, meskipun manusia itu sendiri masih belum mengetahui letak kepentingan tersebut. Dunia diciptakan untuk manusia, bukan sebaliknya, manusia diciptakan untuk dunia. Dunia adalah sarana, bukan tujuan. Segala macam pemanfaatan nikmat-nikmat alam adalah halal bagi manusia, kecuali jika terdapat bukti khusus dari akal atau syare'at yang mengharamkannya.
Jadi bukan hanya bumi, tetapi langit dan segala isinya, Allah ciptakan untuk kepentingan manusia. Satu lagi diantara tanda-tanda tauhid atau keesaan Allah ialah adanya tatanan dan sistem yang amat rumit namun sangat teliti, yang telah mengatur langit dan segala isinya, dimana para ilmuwan di zaman teknologi modern dan serba canggih ini mengakui kelemahan mereka menghadapi kehebatan alam raya.
Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan segala kebesarannya, yang menguasai alam ini, mengaturnya dengan perintah-Nya ,mengendalikannya dengan kekuasaan-Nya. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat dalam putaran yang abadi ini. Yaitu, putaran malam mengikuti siang dalam peredaran planet ini. Dia menciptakan matahari, bulan dan bintang, yang semula tunduk kepada perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pencipta dan Tuhan sekalian alam.
Maka secara garis besar dapat diambil kesimpulan bahwa:
1) Alam semesta telah diciptakan Allah dari sesuatu yang satu kemudian terpisah
2) Alam semesta diciptakan oleh Allah untuk kemaslahatan manusia, dan manusia wajib merawat dan memakmurkan bumi sebagai konsekuensi khalifatullah fil ardhi.
3) Dengan adanya penciptaan alam semesta ini, maka tampak nyata lah keagungan Allah SWT sebagai Al-Khaliq Al-Qodir.
BAB III
KESIMPULAN
1. Teori penciptaan alam yang paling sesuai dengan konsep Al-Qur’an pada masa kini adalah teori “big bang” yang dipeloporkan oleh Hubble
2. Alam tercipta sebagai tanda kekuasaan Allah
3. Alam diciptakan untuk kemasalahatan manusia, sehingga manusia wajib memelihara dan memakmurkan bumi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar