Jumat, 15 April 2011

SOSIOLOGI AGAMA PERAN PESANTREN TERHADAP MASYARAKAT


MAKALAH
PERAN PONDOK PESANTREN TERHADAP MASYARAKAT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Ahir dari Mata Kuliah Sosiologi Agama

Dosen pembimbing:
H. Solihin Nasrudin, SH, M.HI

S1/ SMT II B
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
(STAIM)
NGLAWAK KERTOSONO NGANJUK
Juni, 2010

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok Pesantren adalah merupakan sistem pendidikan khas yang mempunyai tujuan untuk membentuk seorang Mukmin Muslim yang senantiasa taat dalam melaksanakan perintah agama serta menguasai ilmu tentang tata cara dalam melaksanakan perintah agama tersebut. Hal ini adalah sebagai perwujudan dalam upaya menyempurnakan fitrah manusia sebagai hamba Allah SWT di bumiNYA. Pondok Pesantren juga berusaha untuk mencetak para peserta didiknya menjadi insan yang mandiri, yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat dan kelompoknya, dimanapun dia berada, dan disektor apapun dia berkarya dan bekerja. Hal ini juga berkaitan dengan tugasnya sebagai pelaksana dan pencipta kemakmuran di Bumi Allah, yang senantiasa membuat kebaikan dan kemanfaatan bagi ummat dan lingkungan disekitarnya.
Missi lain Pondok Pesantren adalah membentuk manusia yang mampu berbuat kebajikan untuk tujuan amar makruf dan nahi munkar. Sosok yang diharapkan adalah sosok figur yang peka terhadap apa yang terjadi di masyarakat, serta mempunyai kemampuan dan kemauan untuk merubah hal yang tidak baik di masyarakat yang bersangkutan, sehingga tercipta keadilan, keamanan dan ketertiban di masyarakatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah munculnya podok pesantren?
2. Apa definisi dari pesantren?
3. Apa peran pondok pesantren bagi masyarakat?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui sejarah munculnya podok pesantren.
2. Untuk mengetahui definisi dari pesantren.
3. Untuk mengetahui peran pondok pesantren bagi masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Pondok Pesantren
Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya. Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah kyai. Pada zaman dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri. Kyai saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang didiami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana. Mereka menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kyai. Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan. Para santri selanjutnya mempopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal kemana-mana, contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman Walisongo.

B. Definisi Pesantren
Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai. Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok. Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.
Pendapat lainnya, pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan. Istilah santri juga dalam ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang C. C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.
Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar wilayah garapannya yang tidak melulu mengakselerasikan mobilitas vertical (dengan penjejelan materi-materi keagamaan), tetapi juga mobilitas horizontal (kesadaran sosial). Pesantren kini tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based curriculum) dan cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan kikian masyarakat (society-based curriculum). Dengan demikian, pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni, tetapi juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup yang terus merespons carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya.
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum kedatangan Islam. Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berurat akar di negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa.
Banyak pesantren di Indonesia hanya membebankan para santrinya dengan biaya yang rendah, meskipun beberapa pesantren modern membebani dengan biaya yang lebih tinggi. Meski begitu, jika dibandingkan dengan beberapa institusi pendidikan lainnya yang sejenis, pesantren modern jauh lebih murah. Organisasi massa (ormas) Islam yang paling banyak memiliki pesantren adalah Nahdlatul Ulama (NU). Ormas Islam lainnya yang juga memiliki banyak pesantren adalah Al-Washliyah dan Hidayatullah.

C. Peranan Pesantren Bagi Masyarakat
Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan agama inilah yang kemudain dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan Howard M. federspiel- salaseorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh dan Palembang (Sumatra), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah meng hasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk belajar.
Sebagai institusi sosial, pesantren telah memainkan peranan yang penting di Indonesia dan negara-negara lainnya yang penduduknya banyak memeluk agama Islam. Alumni pondok pesantren umumnya telah bertebaran di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa alumnus pesantren juga telah berkiprah di pentas nasional, yang terkenal antara lain:
Dr. Hidayat Nurwahid (mantan Ketua MPR RI)
KH. Hasyim Muzadi (Ketua PB Nahdlatul Ulama)
Prof. Nurkholish Madjid mantan (Rektor Universitas Paramadina)
Dr. Din Syamsuddin (Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
KH. Abdurrahman Wahid, salah seorang kyai yang terkenal, adalah mantan Presiden Republik Indonesia. Ia adalah putra KH. Wahid Hasyim, seorang kyai yang juga tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pernah dua kali menjabat Menteri Agama di Indonesia. Sementara kakeknya adalah KH. Hasyim Asy'ari, seorang pahlawan nasional Indonesia dan pendiri Nahdlatul Ulama, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Yang tak kalah pentingnya Pondok Pesantren memiliki peran penting dan strategis dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkung hidup, hal ini dapat dilihat dari beberapa hal yang melatar belakanginya, seperti, pertama: Pondok Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan tertua di Indonesia, sehingga keberadaanya sangat mengakar dan berpengaruh ditengah masyarakat; Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan generasi muda yang menggabungkan etika, moral dan agama, sehingga berperan dalam mencetak generasi muda yang berakhlak mulia.
Peran sosial adalah peran yang dimainkan seseorang dalam lingkungan sosialnya. Peran ini adalah merupakan tuntutan dari masyarakat terhadap individu untuk memberikan sumbangan sosial dari anggotanya dalam rangka menjaga keutuhan sosial dan meningkatkan kebaikan dalam masyarakat tersebut.
Peran sosial bisa berupa aktivitas individu dalam masyarakat dengan cara mengambil bagian dalam kegiatan yang ada di masyarakat dalam berbagai sektor, baik sosial, politik, ekonomi, keagamaan dan lain-lain. Pengambilan peran ini tergantung pada tuntutan masyarakat dan atau pada kemampuan individu bersangkutan serta kepekaannya dalam melihat keadaan masyarakatnya.
Peranan yang harus dimiliki seorang santri dalam proses pendidikannya, dan selanjutnya diharapkan menjadi bekal yang berguna dalam kehidupan santri yang bersangkutan kelak di masyarakat. Kemampuan dasar ini diharapkan akan menjadi lengkap dalam rentang masa pendidikan seorang santri yang biasa disebut Panca Kesadaran (الوعيات الخمس), yaitu: Kesadaran Beragama (الوعي الديني), Kesadaran Ilmiah (الوعي العلمي), Kesadaran Bernegara dan Berbangsa (الوعي الحكومي والشعبي), Kesadaran Bermasyarakat (الوعي الإجتماعي) dan Kesadaran Berorganisasi (الوعي النظامي).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan.
2. Pondok Pesantren memiliki peran yang sangat besar karena Pondok Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan tertua di Indonesia, sehingga keberadaanya sangat mengakar dan berpengaruh ditengah masyarakat; Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan generasi muda yang menggabungkan etika, moral dan agama, sehingga berperan dalam mencetak generasi muda yang berakhlak mulia.
3. Kemampuan dasar ini diharapkan akan menjadi lengkap dalam rentang masa pendidikan seorang santri yang biasa disebut Panca Kesadaran (الوعيات الخمس), yaitu: Kesadaran Beragama (الوعي الديني), Kesadaran Ilmiah (الوعي العلمي), Kesadaran Bernegara dan Berbangsa (الوعي الحكومي والشعبي), Kesadaran Bermasyarakat (الوعي الإجتماعي) dan Kesadaran Berorganisasi (الوعي النظامي).


Daftar Pustaka

HS, Mastuki, El-sha, M. Ishom.2006.Intelektualisme Pesantren, hal.1.Jakarta: Diva Pustaka.
Haedari, H.Amin. 2007.Transformasi Peasntren. hal.3.Jakarta: Media Nusantara.
Wahab, Rochidin. 2004. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.hal.153,154. Bandung: Alfabeta,CV.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar