KARNAVAL (
ANTARA HIBURAN ATAU SEBUAH PELECEHAN )
Oleh:
Riki Sugianto
Hai sahabat
penulis dimanapun kalian berada, pada kesempatan yang berbahagia ini penulis
akan menuliskan sebuah keresahan yang berhubungan dengan kegiatan karnaval,
kegiatan dimana banyak diselenggarakan ketika memasuki bulan kemerdekaan
seperti tahun ini.
Suatu kegembiraan
tersendiri bagi masyarakat khususnya bagi para pedagang dengan terselenggarakan kegiatan semacam ini.
Karnaval ibarat lirik lagunya mbak Via Vallen
yang berjudul Cinta Tak Terbatas Waktu “
Ibarat Sungai yang kering tiada air, menanti hujan turun dari langit “
seperti itulah masyarakat menantikan hadirnya kegiatan karnaval ini.
Bagi para
pedagang kegiatan ini juga merupakan sebuah kesempatan emas yang tidak boleh terlewatkan.
Ada istilah dikalangan mereka “ Wayahe Mbladere Duwek “ atau kalau di
terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah “ Waktunya Uang Bertebaran “.
kenapa seperti ini? karena kegiatan ini adalah moment-moment istimewa untuk
mendapatkan uang lebih banyak dari hari-hari biasanya.
Dan yang tak
boleh ketinggalan adalah orang yang paling berbahagia dengan adanya kegiatan
ini, siapa dia? sudah jelas adalah para jombloan.... wkwkwkwk... bagi mereka
para jombloan, kegiatan karnaval ini adalah kesempatan baik untuk unjuk gigi
dan mempromosikan dirinya. Caranya pun bervariasi dan tak tanggung-tanggung
mulai dari berpakaian menarik dan wangi bahkan sampai meminjam motor milik
kakaknya hanya untuk terlihat keren. wkwkwkwk... Ah jomblo mah gitu...
Kembali ke tema
sahabat, meninggalkan semua cerita di atas, ada sebuah keresahan yang ingin
penulis sampaikan. Apa itu? masalah
kostum yang dikenakan para peserta karnaval. Kegiatan yang diselenggarakan
untuk memeriahkan kemerdekaan NKRI ini di nodai oleh oknum-oknum “bodoh” dengan
sikap-sikap nya yang kurang pantas dan kalau boleh penulis mengatakan sikap
seperti itu adalah sikap yang “menjijikan” dimana para laki-laki memakai
pakaian wanita namun dengan gaya yang sangat tidak sopan. Anehnya sahabat, yang
memakai kostum “menjijikan” seperti ini tidak hanya satu atau dua orang saja,
akan tetapi banyak orang, dengan dalih
supaya rame dan seru.. Yaelah tong... Sehat loe...
Kemudian dari
sisi penyelenggara atau panitia seolah mengiyakan sikap peserta yang seperti
ini, tanpa ada seleksi atau himbauan kepada para peserta untuk bersikap lebih
baik. Sejujurnya, bagi penulis kalau hanya masalah bergoyang memakai baju-baju
lucu semisal baju dari koran atau palstik itu tidak masalah, justru ada nilai
kreatifitas dan seni di dalamnya.
Dari sini banyak
sekali pertanyaan yang muncul dalam benak penulis, sebenarnya apa sih yang
mereka kehendaki dari berpenampilan seperti itu? memakai make up yang super
aneh, memakai BH dan celana (CD) dalam milik wanita di luar baju yang mereka pakai.
sebenarnya ada apa ini... ada apa dengan masyarakat kita?
Dan parahnya
penulis juga menemukan, ada salah satu lembaga pendidikan dan di situ juga berdiri
seorang bapak guru yang melihat bahkan menikmati gaya aksi muridnya yang mohon
maaf, sangat tidak mencerminkan orang yang berpendidikan. ini apa sahabat?
Apa....
Dan yang
terakhir, ini yang menurut penulis pelecehan yang lebih parah dan sangat
“menjijikan” dimana penulis melihat sekelompok orang dengan memakai atribut
keagamaan Nahdlotul ‘Ulama (NU) berpenampilan aneh dan bergoyang kesana kemari
laki-laki dan perempuan. Percayalah sahabat, bahwa penulis adalah seorang warga
NU juga, walaupun tingkat keimanannya sangat rendah, namun setidaknya penulis
tidak pernah melakukan hal-hal seperti itu. Kelompok yang menamai dirinya
dengan istilah “Generasi Wali Songo “ juga “ Generasi Aswaja “ akan tetapi
sikapnya sungguh tidak mencerminkan slogan yang tertulis di seragamnya. Andai saja
bisa, ingin rasanya penulis menampar mereka-mereka yang urakan dan tidak sopan,
ingin bergaya aneh silahkan... ingin berjoget silahkan... tapi jangan memakai
atribut Nahdlatul ‘ulama (NU).
Sahabat penulis
yang super istimewa, kita tahu pada dasarnya kegiatan karnaval di selenggarakan
untuk memperingatiu HUT kemerdekaan RI, maka dari itu mari kita rayakan
kemerdekaan ini dengan penuh kegembiraan dan kebanggaan. Mari berkarnaval
dengan sejuta kreasi yang kita punya tanpa harus mengandung unsur SARA,
Politik, maupun pelecehan terhadap kaum tertentu. Seperti adanya peserta
karnaval pria yang berdandan perempuan dengan pakaian seronok yang sudah
dijelaskan di atas.
Tentu ini sangat
tidak mendidik, apalagi yang menonton semua umur dari anak kecil sampai yang
tua, penulis berharap untuk kedepannya kita menjauhi bentuk-bentuk kegiatan yang
mengandung unsur pelecehan seperti itu. Menciptakan hal-hal yang lucu itu bagus
dan sangat diperbolehkan karena untuk menghibur, tapi harus dengan
cara-cara yang santun, kita junjung budaya ketimuran. Yang masih kental dengan
budaya kesopanan.
Saalllammmmm,....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar