Sabtu, 15 Oktober 2011

TEORI BELAJAR KOGNITIF TEORI GESTALT

TEORI BELAJAR KOGNITIF TEORI GESTALT


A.     Pengertian Teori Gestalt
Istilah ‘Gestalt’ sendiri merupakan istilah bahasa Jerman yang sukar dicari terjemahannya dalam bahasa-bahasa lain. Arti Gestalt bisa bermacam-macam sekali, yaitu ‘form’, ‘shape’ (dalam bahasa Inggris) atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi, totalitas. Terjemahannya dalam bahasa Inggris pun bermacam-macam antara lain ‘shape psychology’, ‘configurationism’, ‘whole psychology’ dan sebagainya. Karena adanya kesimpangsiuran dalam penerjemahannya, akhirnya para sarjana di seluruh dunia sepakat untuk menggunakan istilah ‘Gestalt’ tanpa menerjemahkan kedalam bahasa lain.
Teori belajar Gestalt (Gestalt Theory) ini lahir di Jerman tahun 1912 dipelopori dan dikembangkan oleh Max Wertheimer (1880 – 1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving, dari pengamatannya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis. Sumbangannya ini diikuti tokoh-tokoh lainnya, seperti Wolfgang Kohler (1887 – 1959) yang meneliti tentang “insight” pada simpanse yaitu mengenai mentalitas simpanse (ape) di pulau Canary. Kurt Koffka (1886 – 1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan, dan Kurt Lewin (1892 – 1947) yang mengembangkan suatu teori belajar (cognitif field) dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial.
Penelitian – penelitian mereka menumbuhkan psikologi Gestalt yang menekankan bahasan pada masalah konfigurasi, struktur, dan pemetaan dalam  pengalaman.
Aliran Gestalt muncul di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme Wundt. Pandangan Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya juga hilang.
Para ahli dari teori gestalt, di antaranya Kohler, berupaya menciptakan eksperimen dengan objek simpanse,. Adapun kronologi eksperimennya dalah sebagai berikut:
o       Step-1
Simpanse dimasukkan sangkar dan di luar sangkar diletakkan pisang yang tidak akan mungkin dapat diraih jika hanya dengan tangan kosong. Dalam sangkar tersebut diletakkan tongkat, sehingga lama kelamaan simpanse dapat meraih pisang tersebut dengan bantuan tongkat.
o       Step-2
Sama dengan step-1, namun kali ini pisang diletakkan lebih jauh. Selain tongkat tadi diberikan tongkat tambahan yang dapat disambung. Dengan insight yang dimiliki, maka simpanse dapat meraih pisang tadi dengan bantuan tongkat yang disambung dengan tongkat kedua.
o       Step-3
Pisang diletakkan di atas sangkar dengan asumsi simpanse tidak akan dapat meraih dengan tinggi loncatnya. Lalu di sudut ruangan disediakan kotak, sehingga dengan kotak itu simpanse dapat meraih pisang.


o       Step-4
Sama dengan step-3, hanya jaraknya diperjauh dan disediakan kotak tambahan, sehingga simpanse dapat meraih pisang dengan bantuan kotak tambahan tersebut.
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.

B.     Tokoh-tokoh Aliran Gestalt
  1. Max Wertheimer (1880-1943)
Belajar pada Kuelpe, seorang tokoh aliran Wuerzburg. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana.
Konsep pentingnya : phi phenomenon (bergeraknya obyek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi).
Dengan konsep ini, Wertheimer menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik, tetapi proses mental. Ia menentang pendapat Wundt yang menunjuk pada proses fisik sebagai penjelasan phi phenomenon.
  1. Kurt Lewin (1890-1947)
Pandangan Gestalt diaplikasikan dalam field psychology dari Kurt Lewin. Lewin adalah salah seorang ahli yang sangat kuat menganjurkan pemahaman tentang lapangan psikologis seseorang.
Konsep utama Lewin adalah Life Space, yaitu lapangan psikologis tempat individu berada dan bergerak. Lapangan psikologis ini terdiri dari fakta dan obyek psikologis yang bermakna dan menentukan perilaku individu (B=f L). Tugas utama psikologi adalah meramalkan perilaku individu berdasarkan semua fakta psikologis yang eksis dalam lapangan psikologisnya pada waktu tertentu. Life space terbagi atas bagian-bagian memiliki batas-batas. Batas ini dapat dipahami sebagai sebuah hambatan individu untuk mencapai tujuannya. Gerakan individu mencapai tujuan (goal) disebut locomotion.
Dalam lapangan psikologis ini juga terjadi daya (forces) yang menarik dan mendorong individu mendekati dan menjauhi tujuan. Apabila terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium), maka terjadi ketegangan (tension). Perilaku individu akan segera tertuju untuk meredakan ketegangan ini dan mengembalikan keseimbangan.
Apabila individu menghadapi suatu obyek, maka bagaimana valensi dari nilai tersebut bagi si individu akan menentukan gerakan individu. Pada umumnya individu akan mendekati obyek yang bervalensi positif dan menjauhi obyek yang bervalensi negatif. Dalam usahanya mendekati obyek bervalensi positif, sangat mungkin ada hambatan. Hambatan ini mungkin sekali menjadi obyek yang bervalensi negatif bagi individu. Arah individu mendekati/menjauhi tujuan disebut vektor. Vektor juga memiliki kekuatan dan titik awal berangkat.
Dengan konsep vektor, daya, dan valensi ini Lewin menjelaskan teorinya mengenai tiga jenis konflik (approach-approach, approach-avoidance, dan avoidance-avoidance).
Kritik untuk teori Lewin berfokus pada konstruk-konstruknya yang dianggap hipotetis dan sulit dikongkritkan dalam situasi eksperimental. Implikasinya adalah penjelasan Lewin sulit sampai pada level explanatory dan sifatnya deskriptif.


C.     Prinsip-prinsip Teori Gestalt
1.      Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.
2.      Prinsip-prinsip pengorganisasian:
·        Principle of Proximity: bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
·        Principle of Similarity: bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
·        Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya
·        Principle of Continuity: Organisasi berdasarkan kesinambungan pola
·        Principle of Closure/ Principle of Good Form: bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
·        Principle of Figure and Ground: yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang.
Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warnadan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, makaakan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure. Contoh: perubahan nada tidak akan merubah persepsi tentang melodi.
·        Principle of Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.
Selain itu terdapat pula hukum-hukum pokok Gestalt, yakni:


1)      Pragnaz (Jerman)/Pregnance (Inggris)
Yakni menuju kepada kejelasan. Hukum ini menyatakan bahwa organisasi psikologis selalu cenderung untuk bergerak kearah keadaan penuh arti/kejelasan (pragnanz). Misalnya; jika seseorang mengamati sekelompok obyek, maka orang tadi mengamatinya dalam ati tertentu yang diperoleh ari kesan-kesan obyek yang diamati baik menurut bentuknya, warnannya, ukuran panjangnya, dan lain sebagainya.
2)      Hukum kesamaan (the law of similarity)
Bahwa hal-hal yang sama cenderung untuk membentuk Gestalt, jika ada perangsang pengamatan penglihatan seperti dibawah ini, orang pada umumnya cenderung untuk mengamati (melihat) deretan mendatar sebagai kesatuan (gestalt)
X                 X                 X                X                 X                 X                X
O                O                 O                O                 O                 O               O
a                  a                  a                  a                 a                  a                 a
3)      Hukum keterdekatan (the law of prozimity)
Bahwa hal-hal yang saling berdekatan cenderung untuk membentuk kesatuan (Gestalt). Contoh gambar garis-garis ini, a-b, c-d, e-f, g-h akan diamati menjadi kesatuan atau Gestalt.
a               b           c            d            e            f              g                h
4)      Hukum ketertutupan (the law of closure)
Bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk Gestalt.
5)      Hukum kontinyuitas
Bahwa hal-hal yang kontiyu atau yang merupakan kesinambungan (kontinyuitas) yang baik akan mempunyai tendensi untuk membentuk kesatuan atau Gestalt.
Keseluruhan ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain :
1)      Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya
2)      Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
3)      Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
4)      Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi ynag lebih luas.
5)      Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.
6)      Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang mengerakan seluruh organisme.
7)      Belajar akan berhasil kalau ada tujuan
8)      Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.

D.    Aplikasi Teori Gestalt
Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1)      Pengalaman tilikan; bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2)      Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan  dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna  yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3)      Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah  aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4)      Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5)      Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek  dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi  apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.  Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi.
Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Koehler dalam eksperimen yang sistematis.

Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor.
Pandangan Gestalt cukup luas diakui di Jerman namun tidak lama exist di Jerman karena mulai didesak oleh pengaruh kekuasaan Hitler yang berwawasan sempit mengenai keilmuan. Para tokoh Gestalt banyak yang melarikan diri ke AS dan berusaha mengembangkan idenya di sana. Namun hal ini idak mudah dilakukan karena pada saat itu di AS didominasi oleh pandangan behaviorisme. Akibatnya psikologi gestalt diakui sebagai sebuah aliran psikologi namun pengaruhnya tidak sekuat behaviorisme.

PENDIDKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

PENDIDKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
PEMBAHASAN

A.     Peran Kerajaan Islam Indonesia dalam proses pendidikan Islam di Indonesia.
Salah satu tujuan adanya pendidikan Islam adalah terbentuknya masyarakat muslim di Indonesia. Terbentuknya masyarakat muslim disuatu daerah adalah melalui proses yang panjang, yang dimulai dari terbentuknya pribadi muslim sebagai  hasil dari upaya para da’i.
Dengan terbentuknya komunitas/ masyarakat muslim pada beberapa daerah di Indonesia ini, mendorong untuk membentuk kerajaan Islam sebagai pusat kekuatan/ kekuaaan politik didalam proses Islamisasi di Indonesia. Maka berdirilah kerajaan-kerajaan Islam seperti Samudera Pasai dan Perlak di Aceh pulau Sumatera, Demak di pulau Jawa, kerajaan Mataram, dan sebagainya. Dengan berdirinya kerajaan Islam di Indonesia ini, maka fase perkembangan Islam berikutnya adalah fase perkembangan Islam dan politik, yang artinya perkembangan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan politik.
Tumbuhnya kerajaan Islam sebagai pusat-pusat kekuasaan Islam di Indonesia ini jelas sangat berpengaruh sekali dalam proses islamisasi/ pendidikan Islam di Indonesia, yaitu sebagai suatu wadah/ lembaga yang dapat mempermudah penyebaran Islam di Indonesia. Ketika kekuasaan politik Islam semakin kokoh dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam, pendidikan semakin memperoleh perhatian, karena kekuatan politik digabungkan dengan semangat para mubaligh (pengajar agama pada saat itu) untuk mengajarkan Islam merupakan dua sayap kembar yang mempercepat tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di Indonesia.

B.     Sistem Pendidikan di zaman kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia:
a.      Kerajaan Samudera Pasai
Dalam sebuah sejarah ada yang menyatakan bahwa kerajaan Islam yang pertama di Indonesia adalah Samudera Pasai, yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin Mahdum.
Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko sempat singgah di kerajaan Samudera Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zahir pada abad ke-14 M untuk mengikuti pengajian yang diadakan oleh raja dalam sebuah halaqoh setelah shalat Jum’at sampai waktu Ashar. Menurut Ibnu Batutah, Pasai pada abad ke-14 M sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara dan menjadi tempat berkumpul ulama-ulama dari negara-negara lslam. Seperti yang telah dinyatakan oleh Ibnu Batutah, bahwa Sultan Malik Az-Zahir adalah orang yang terkenal alim dalam ilmu agama juga cinta kepada para Ulama dan ilmu pengetahuan, sehingga bila hari jum’at tiba, Sultan shalat di masjid dengan menggunakan pakaian Ulama, setelah itu mengadakan diskusi dengan para Alim pengetahuan agama, antara lain: Amir Abdullah dari Delhi, dan Tajudin dari Ispahan untuk membahas masalah-masalah keagamaan dan keduniawian sekaligus. Dengan demikian, Samudera Pasai merupakan tempat studi Islam yang paling tua yang dilakukan oleh sebuah kerajaan. Sementara itu, untuk luar kerajaan, diskusi ajaran Islam diduga sudah dilakukan di koloni-koloni tempat pedagang Islam berdatangan di pelabuhan-pelabuhan.
Pada abad ke-14 M merupakan zaman kejayaan kerajaan Samudera Pasai, sehingga pada waktu itu pendidikan juga tentu mendapat tempat/ perhatian tersendiri.
Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Samudera Pasai, diantaranya:
·        Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah fiqh Syafi’i.
·        Sistem pendidikannya secara informal berupa majelis ta’lim dan halaqah (diskusi).
·        Tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama.
·        Biaya pendidikan bersumber dari negara.
b.      Kerajaan Perlak.
Kerajaan Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh pulau Sumatera dengan raja pertamanya Sultan Alaudin pada tahun 1161-1186 abad ke-12 M. Perlak merupakan daerah yang terkenal sangat strategis di pantai selat Malaka dan bebas dari pengaruh hindu, sehingga memudahkan perkembangan Islam dalam masyarakat Aceh.
Selain sebagai pusat politik Islam, kerajaan Perlak juga giat melaksanakan pengajian dan pendidikan Islam. Belum didapatkan data bagaimana pendidikan Islamdilangsungkan, namun diduga besar kemungkinan sebagaimana yang telah berlaku di Samudera Pasai, yaitu pendidikan Islam dilangsungkan di masjid istana bagi keluarga pembesar, di masjid-masjid, dirumah-rumah, serta surau-surau bagi masyarakat umum. Materi pembelajaran pendidikan Islam dibagi menjadi dua tingkatan: pertama yaitu tingkat dasar yang terdiri atas pelajaran membaca, menulis, bahasa Arab, pengajian Al-Qur’an, dan ibadah praktis. Kedua yaitu tingkat yang lebih tinggi dengan materi-materi ilmu fiqh, tasawuf, ilmu kalam, dan lain sebagainya.
Sebagai peranannya dalam pendidikan Islam, kerajaan Islam Perlak juga memiliki pusat pendidikan Islam Dayah cot kala, yang didirikan oleh Ulama Pangeran Teungku chik M.Amin. Dayah disamakan dengan perguruan tinggi, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, tauhid, taswuf, akhlaq, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat.
Rajanya yang ke enam bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin yang memerintah antara tahun 1243-1267 M, terkenal sebagai Sultan yang arif bijaksana lagi alim. Beliau adalah seorang Ulama yang mendirikan perguruan tinggi Islam yaitu majelis ta’lim tinggi dihadiri khusus oleh para murid-murid yang sudah alim. Lembaga tersebut juga mengajarkan dan membacakan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahuan tinggi, misalnya kitab Al-Umm karangan Imam Syafi’i. Dengan demikian, pada zaman kerajaan Perlak ini proses pendidikan Islam telah berjalan cukup baik.
c.       Kerajaan Demak
Kerajaan Demak berdiri kira-kira tahun 1478, hal itu didasarkan pada saat jatuhnya Majapahit yang diperintah oleh Prabu Kertabumi (Brawijaya V) dengan ditandai candrasengkala, sirna ilang kertaning bumi (artinya tahun 1400 Saka atau 1478 Masehi). Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden patah menjadi raja di kerajaan Demak dengan gelar Senapati Jlimbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Raden patah adalah putra brawijaya V dengan putrid dari Campa. Setelah tahta ayahnya jatuh ketangan Girindra Wardhana dari Keling (Daha), Demak pun terancam. Akibatnya terjadi peperangan antara Demak dan Majapahit pimpinan Girindra Wardhana dan turunannya yang bernama Prabu Udara hingga tahun 1518. pada akhirnya kemenangan berada di pihak Demak dan tampil sebagai Kerajaan Islam terbesar di Jawa. Dengan begitu penyiaran agama Islam makin meluas, pendidikan dan pengajaran Islam pun bertambah maju.
System pelaksanaan pendidikan dan pengajaran agama Islam di Demak mempunyai kemiripan dengan pelaksanaannya di Aceh, yaitu dengan mendirikan masjid di tempat-tempat sentral di suatu daerah. Disana diajarkan pendidikan agama dibawah pimpinan seorang Badal untuk untuk menjadi guru, yang menjadi pusat pendidikan dan pengajaran serta sumber agama Islam.
Pada dasarnya, memang ada hubungan khusus yang terjalin antara kerajaan Demak dengan Walisongo, dimana peran Walisongo dibidang dakwah sangatlah besar. Dalam hal ini Para Sunan dan kyai melaksanakan pendidikan dan penyiaran agama Islam dengan mengikuti sistem yang telah diajarkan oleh Nabi, yaitu dengan memberikan suri tauladan yang baik dalam perangai dan perbuatan nyata. Selain itu, para Wali menyiarkan agama dan memasukkan anasir-anasir pendidikan dan pengajaran Islam dalam segala cabang kebudayaan nasional membuat agama Islam dapat mudah diterima sehingga dapat tersebar keseluruh kepulauan Indonesia.

KESIMPULAN

Dari keterangan yang terdapat dalam pembahasan, dapat diambil sebuah kesimpulan:
a.       Proses dan sistem  pendidikan Islam pada masa kerajaan Islam di Indonesia sudah berlangsung cukup baik. Terbukti dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia sebagai pusat-pusat kekuasaan Islam di Indonesia ini sangat berpengaruh bagi proses islamisasi di Indonesia sebagai peranannya didalam penyiaran agama Islam, melalui para Ulama sebagai mubaligh/  pendidik dalam penyiaran agama Islam dan kerajaan Islam sebagai wadah kekuasaan politik Islam, keduanya sangat berperan dalam mempercepat tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di Indonesia.
b.      Selain mengikuti sistem yang telah diajarkan oleh Nabi, maka sistem pelaksaan pendidikan Islam yang berlaku pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia hampir sama, yaitu dengan mendirikan masjid sebagai pusat pendidikan, serta mengadakan halaqoh majelis ta’lim untuk mendiskusikan ilmu-ilmu agama.

DAFTAR PUSTAKA

Putra Daulay, Haidar, SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA, Jakarta, Kencana, 2007, Cet I
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta, PT Raja Grafindo persada, 2005

DASAR FILOSOFIS PERENCANAAN PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
Suatu pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas, arah, tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efesien metode dan cara – cara pelaksanaannya harus sesuai dengan perencanaan pendidikan yang apabila dilakukan dengan mengacu pada suatu dasar atau landasan. Yakni dasar yang kokoh untuk pendidikan. Mengetahui akan sengat pentingnya perencanaan pendidikan untuk mengembangkan serta memicu keberhasilan suatu kemaksimalan tujuan yakni dalm pendidikan, maka betapa perlunya mengetahui pula akan dasar filosofinya. Yang mana akan menentukan suatu tujuan perencanaan pendidikan itu dapat berjalan dengan lancar dan sesuai.
Dan dasar filosofis itu sangatlah berperan penting guna proses di dalam perencanaan pendidikan untuk menuju arah, tujuan dan suatu perkembangan perubahan pada pendidikan. Dimana dasar filosofis ini bersumber pada filsafat pendidikan.
Untuk itu lebih jelasnya maksud dan pentingnya dasar filosofis perencanaan pendidikan, maka dari itu di dalam makalah ini akan membahasnya, agar dapat mengerti serta memahami dasar filosofi dari suatu perencanaan pendidikan di dalam pendidikan dari pengertian dan yang termasuk macam – macamnya dasar filosofis.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa definisi dari dasar filosofi perencanaan pendidikan?
2.      Bagaimana dan apa sajakah yang termasuk dari macam – macamnya dasar filosofis perencanaan pendidikan?
3.      Apa peranan dari dasar filosofis perencanaan pendidikan?
C.     Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka bertujuan untuk:
1.      Dapat memahami arti pemahaman dari dasar filosofi perencanaan pendidikan.
2.      mengetahui arti pemahaman dari macamnya dasar filosofi perencanaan pendidikan.
3.      Memahami dari pentingnya peranandasar filosofi pada perencanaan pendidikan.




BAB II
PEMBAHASAN


1.      Dasar Filosofi Perencanaan Pendidikan
Pada dasarnya suatu perencanaan pendidikan / managemen pendidikan itu dapat dilaksanakan dengan cara yang sesuai jelas arah dan tujuan serta efektif dan efesien atas relevan isi kurikulumnya, apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu dasar tertentu. Yakni dasar yang kokoh, sebab adanya dasar yang kokoh itu dapat mengembangkan serta memberi perubahan pada pendidikan untuk menuju atau mencapai suatu tujuan dan arah yang jelas secara maksimal. Dan dengan adanya suatu dasar yang kokoh di dalam perencanaan itu merupakan pilar utama terhadap perkembangan dalam pendidikan profesional. Pada suatu dasar perencanaan ini yaitu yang berdasarkan filosofis / filsafat. Karena dasar filosofis / filsafat ini sangat memicu sekali pada perencanaan pendidikan. Istilah dasar pada kamus besar bahasa Indonesia itu adalah landasan atau alas yaitu dikenal dengan pula sebagai fondasi, yang mana sebagai pengkokoh di dalam perencanaan pendidikan, hingga sampai pada evaluasi pendidikan ( awal hingga akhir ).[1] Jadi dasar filosofis adalah landasan yang bersumber dalam filsafat pendidikan yang menyangkut dalam segala aspek dari keyakinan hakekat manusia, hakekat pengetahuan, sumber nilai serta kehidupan lebih baik dijalankan.[2] Itu dikarenakan dari pengertian filosofis adalah berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari suku kata philein / philos arinya cinta dan sophos / sophia yang artinya kebijaksanaan, dan secara maknawi filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang mencoba untuk memahami hakekat segala sesuatu.
Dimana landasan filosofis di dalam perencanaan pendidikan ini sangatlah penting pada kehidupan, yaitu pada pandangan hidup seseorang atau masyarakat yang merupakan sebagai suatu konsep dasar, mengenai dengan apa yang diinginkan dan dicita – citakan di dalam kehidupannya. Yang mana adalah suatu sikap sadar dan dewasa di dalam pemikiran untuk mengembangkan potensi, baik secara fisik maupun cipta dan karsa sebagai wujud nyata pengembangan itu dan dapat berfungsi guna perjalanan hidup sampai masa depan. Karena dasar perencanaan itu adalah suatu cita – cita manusia secara universal.[3]
Dasar atau landasan filosofis perencanaan pendidikan ini juga berkembang pada masa sebelumnya yaitu pada abad ke 18 – 25 lalu, dimana dasar filosofis pendidikan perencanaan ini bersumber pada filsafat pendidikan yakni yang menyangkut pada segala aspek ( keyakinan, hakekat, sumber pengetahuan ) dan cenderung untuk menuju pada masa depan yang akan datang. Akan tetapi pada zaman sekarang ini sangatlah berbeda dengan yang dahulu ataupun terdahulu. Dikarenakan pendidikan kini sudah berkembang jauh lebih canggih dengan adanya IPTEK serta pengaruhnya globalitas dunia, perkembangan pendidikan ini berkembang dengan pesat. Dari pemikiran – pemikiran perencanaan atas dasar filosofis yang secara efektif dan efesien serta arah tujuan yang tepat dan didasari oleh suatu konsep interaksi / timbal balik antara satu dengan yang lainnya, baik pada lingkungan sekolah maupun masyarakat, maka dapat menimbulkan juga sebagai faktor pengembangan suatu pendidikan yang lebih baik. Pada dasar filosofis perencanaan pendidikain itu juga termasuk pada dasar yuridis. Dan dasar yuridis memiliki arti sebagai suatu peraturan baku, yakni sebagai tempat berpijak / tolak dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu. Sama hal ini dengan dasar filosofis perencanaan yang juga mengacu pada pemahaman dari landasan yaitu pijakan dari suatu hal titik tumpu tolak dari suatu hal yang sebagai fundasi dari perencanaan pendidikan. Karena apabila tanpa adanya atau tidak adanya suatu landasan atau dasar perencanaan pendidikan. Khususnya pada dasar filosofis ini, maka akan terjadi kerusakan atau tujuan dari perencanaan pasti terjadi suatu tidak keberhasilan. Yang mana begitu sangat pentingnya dasar filosofis pada perencanaan pendidikan.
Jadi seakan - akan dasar filosofis pada perencanaan pendidikan itu tidak bisa di ganggu gugat sudah menjadi rumusan, begitu pula hukum dasar yuridis yang dipandang sebagai aturan baku dan harus ditaati.[4] Dengan dasar filosofis dan dasar yuridis itu dapat di contohkan, sebab memiliki suatu sifat material yakni sebagai suatu fondasi. Dimana fundasi itu sebagai pengokoh suatu hal yaitu pada perencanaan pendidikan khususnya. Sebagai contoh adalah Pancasila dan UUD yang mana bersifat konseptual sebagai dasar Negara Indonesia.[5]

2.      Macam – macam Dasar Filosofis
Dasar filosofis ini sama akan obyek di dalam filsafat ilmu. Yaitu terdapat beberapa macam dengan melihat dari tingkat kebenaran secara rasio / logika / akal. Dan pada dasar filosofis dibagi menjadi 3 macam bagian, antara lain:
1)      Ontologi ( Apa )
Yaitu azas dalam menetapkan ruang lingkup, wujud yang menjadi obyek penelaahan / obyek formal serta penafsiran tentang hakekat realitas dari obyek tersebut.
2)      Epistimologi ( Bagaimana )
Yaitu azas mengenai cara, bagaimana matei pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan ( obyek formal dan material ilmu pendidikan ).
3)      Aksiologi ( Untuk Apa )
Yaitu azas yang menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut ( tentang hakekat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu pendidikan ).[6]
Itulah macam – macam dari dasar filosofi serta sebagai obyek dari dalam filsafat ilmu pendidikan. Yang mana pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang sangat mendasar dan mendalam, sehingga diperlakukan analisa dan pemikiran filosofis.
Selain itu semua perumusan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran yang filosofis[7]. Sebab dari dasar filosofis itu mengemukakan suatu kebenaran, maksudnya adalah yang sesuai dan yang dapat dimengerti. Dengan adanya suatu pengungkapan kebenaran itu, maka timbullah dasar filosofis dengan macam-macamnya sebagai pertanyaan 3 dasar (Apa. Bagaimana, Untuk Apa).
Pertanyaan dari dasar filosofis ini sangatlah penting untuk acuan sebagai konsep perkembangan suatu perencanaan dalam pendidikan. Filosofis atau filsafat itu lebih mengandung isi studi tentang pertanyaan daripada jawaban. Di mana filsafat ini banyak mencakup di segala aspek di kehidupan dari pendidikan, pribadi manusia, masyarakat, masalah kosmos, dan lain sebagainya. Untuk suatu kebenaran hingga sampai masa depan yang akan datang.[8]

3.      Peranan dasar Filosofis Perencanaan Pendidikan
Dari pemahaman pada pemaparan dasar filosofis ini terdapat suatu peranan penting untuk suatu perencanaan pendidikan di dalam pendidikan. Peranannya dalam pendidikan antara lain:
  1. Asumsi –asumsi yang menjadi titik tumpu / tolak dalam rangka studi dan praktk teori pada pendidikan.
  2. Memberikan suatu rambu – rambu, yang mana seharusnya dilakukan pada pendidikan.
  3. Bersifat filsafiah yaitu suatu pendekatan yang lebih konprehensif, spekulatif dan normatif.
  4. Untuk menuju pencapaian sasaran pada perencanaan pendidikan secara tepat apa yang telah ditetapkan pada pendidikan.
  5. Untuk memperkuat pada pengendalian sebagai alat pengembangan perubahan pendidikan dalam perencanaan.
Pentingnya peranaan dasar filosofis pada perencanaan pendidikan itu perlu diperhatikan. Dari berbagai asumsi itu berasal dari suatu sumber yaitu agama, filsafat dan juga hukum atau biasa disebut yuridis. Dilihat dari jenis dasarnya filosofis itu juga sama dan termasuk pada dasar hukum / yuridis, seperti apa yang telah dipaparkan pada paragraf satu, peranan akan dasar yuridis di dalam pendidikan. Yang memberikan rambu-rambu tentang bagaimana pelaksanaan sistem pendidikan dan manajemen pendidikan dilaksanakan selaras dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh sebab itu demi terwujud tercapainya suatu manajemen/proses perencanaan pendidikan sangat diperlukan dasar/landasan filosofis untuk mencapai sasaran, tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

PENUTUP


Kesimpulan
1.      Dasar filosofi adalah suatu dasar yang bersumber dari dalam filsafat pendidikan dengan menyangkut suatu keyakinan, nilai, hakikat pengetahuan dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan dengan dari suatu kebenaran logika, akal.
2.      Dasar filosofis ini terbagi tiga macam, yaitu ontologi, epistimologi, dan aksiologi.
3.      Dasar filosofis itu sangat penting sert memberi peranan yang sangat penting pula untuk mengacu perkembangan pada perubahan pendidikan yang lebih baik didalam perencanannya. Agar pada perencanaan itu berjalan lancar serta tepat pada sasaran, tujuan yang mempunyai arah jelas bagi pendidikan yang akan datang lebih baik dan berkembang.

DAFTAR PUSTAKA


1.      Abdullah. 2001. Filsafat Ilmu. Bandung: Rosdakarya
2.      Arif, Muhammad. 2010. Teknologi Pendidikan. Kediri: STAIN Press
3.      Prasetya. 2003. Filsafat Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia
4.      Suyitno, Y. 2009. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.


[1] Suyitno. Y. 2009. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia. hlm: 29
[2] Mohammad Arif.  2010. Teknologi Pendidikan. Kediri: STAIN Kediri Press. hlm: 24
[3] Saefudin Sa’ud. 2005. Perencanaan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. hlm 23
[4] Made Pirdata. 1997. Landasan Pendidikan. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia. hlm 40
[5] Suyitno. Y. Op Cit hlm 99
[6] Mohammad Arif. Op Cit. Hlm. 26
[7] Abdullah. 2001. filsafat Ilmu. Bandung: Rosdakarya, hlm 80
[8]  Prasetia. 2003. filsafat Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia, hlm 85

FUNGSI DAN PENTINGNYA PERENCANAAN DAN DESAIN PEMBELAJARAN PAI

FUNGSI DAN PENTINGNYA PERENCANAAN DAN DESAIN PEMBELAJARAN PAI
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya pendidikan dan sistem pendidikan di Indonesia, seluruh elemen masyarakat, utamanya yang terkait langsung dengan pendidikan dituntut untuk lebih kreatif dan profesional untuk mengembangkan pendidikan. Selain itu, para pelaku pendidikan juga diharapkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan bersama sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pendidikan.
Untuk itulah perlu adanya cara atau metode untuk menjawab tangtangan – tantangan yang muncul seiring dengan berkembangnya waktu, maka muncullah cara atau metode yang disebut perencanaan dan desain pembelajaran yang diharapkan akan lebih memudahkan proses belajar mengajar, dan khususnya yang berkaitan dengan pendidikan agama islam.
Maka dari itu pada makalah ini akan dibahas mengenai fungsi juga pentingnya akan sebuah perencanaan dan desain pembelajaran PAI.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumuskan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah fungsi perencanaan dan desain pembelajaran PAI?
2.      Bagaimanakah manfaat perencanaan dan desain pembelajaran PAI?

C.     Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk memahami fungsi dari perencanaan dan desain pembelajaran PAI
2.      Untuk memahami pentingnya dari perencanaan dan desain pembelajaran PAI.




FUNGSI DAN PENTINGNYA PERENCANAAN DAN DESAIN PEMBELAJARAN PAI
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Fungsi perencanaan dan desain pembelajaran PAI
Sebelum kita membicarakan tentang apa saja fungsi dari perencanaan dan desain pembelajaran PAI, terlebih ahulu kita akan sedikit menyinggung tentang apa sebenarnya perencanaan dan desain pembelajaran PAI itu. Perencanaan merupakan kegiatan menentukan tujuan dan merumuskan serta mengatur pendayagunaan sumber-sumber daya: informasi, finansial, metode dan waktu yang diikuti dengan pengambilankepustusan serta penjelasannya tentang pencapaian tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan jadwal pelaksanaan program.
Menurut Comb dan Harjanto mendifinisikan Perencanaan pengajaran dalam arti luas adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan murid dan masyarakat.
Dengan kata lain, perencanaan pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar serta mencapi tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dengan langkah-langkah penyusunan ateri pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan metode dan pendekatan pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan dalam waktu tertentu.
Sedangkan Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang “perlakuan” berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan hanya berupa asumsi.
Desain Pembelajaran menurut Istilah dapat didefinisikan:
  1. Menurut Reigeluth Desain pembelajaran adalah Proses untuk menentukan metode pembelajaran apa yang paling baik dilaksanakan agar timbul perubahan pengetahuan dan ketrampilan pada diri pemelajar ke arah yang dikehendaki.
  2. Menurut Briggs Desain pembelajaran adalah Rencana tindakan yang terintegrasi meliputi komponen tujuan, metode dan penilaian untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan.
  3. Menurut Seels dan Richey Desain pembelajaran adalah Proses untuk merinci kondisi untuk belajar, dengan tujuan makro untuk menciptakan strategi dan produk, dan tujuan mikro untuk menghasilkan program pelajaran atau modul.
Setelah kita mengetahui mengenai pengertian perencanaan dan desain pembelajaran PAI, maka dapat diketahui fungsi – fungsinya. Fungsi dari perencanaan dan desain pembelajran PAI adalah sebagai berikut:
  1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
  2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
  3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun murid.
  4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketetapan dan kelambatan kerja.
  5. Sebagai bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
  6. Menghemat waktu, tenaga, alat dan biaya.
  7. Meningkatkan kemampuan Pembelajar (instruktur, guru, widya iswara, dosen, dan lain-lain).
  8. Sebagai sarana menghasilkan sumber belajar.
  9. Sebagai sarana mengembangkan sistem belajar mengajar.
  10. Sebagai sarana mengembangkan Organisasi menjadi organisasi belajar.

2.      Pentingnya perencanaan dan desain pembelajaran PAI
Setelah kita mengetahui mengenai fungsinya, maka dapat diketahui pentingnya dari perencanaan dan desain pembelajaran PAI. pentingnya dari perencanaan dan desain pembelajran PAI adalah sebagai berikut:
  1. Diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan dengan adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan.
  2. Dapat dilakukan suatu perkiraan ( fore casting ) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui, mengenai potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan, juga tentang hambatan-hambatan dan risiko-risiko yang mungkin dihadapi.
  3. Memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara terbaik ( the best alternatif ) atau kesempatan memilih kombinasi cara yang terbaik ( the best combination ).
  4. Dilakukan penyusunan skala prioritas, memilih urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya.
  5. Ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau organisasi, termasuk pendidikan.
  6. Dapat lebih bisa meningkatkan kemampuan pembelajaran baik guru maupun kemampuan murid.
  7. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pembelajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan.
  8. Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa, minat-minat siswa, dan mendorong motivasi belajar.
  9. Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pembelajaran yang diberikan dan prosedur yang dipergunakan.



FUNGSI DAN PENTINGNYA PERENCANAAN DAN DESAIN PEMBELAJARAN PAI
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Fungsi perencanaan dan desain pembelajran PAI adalah Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
2.      Pentingnya perencanaan dan desain pembelajran PAI adalah Diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan dengan adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan.



DAFTAR PUSTAKA

B. Uno, Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Harijanto. 2006. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Sa'ud, Udin Saefudin dan Makmun, Abin Syamsuddin. 2006, Perencanaan
Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif.  Bandung,: PT Remaja Rosda Karya