PENDIDKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
PEMBAHASAN
A.
Peran Kerajaan Islam Indonesia dalam proses pendidikan
Islam di Indonesia.
Salah satu tujuan adanya pendidikan Islam adalah terbentuknya masyarakat
muslim di Indonesia. Terbentuknya masyarakat muslim disuatu daerah adalah
melalui proses yang panjang, yang dimulai dari terbentuknya pribadi muslim
sebagai hasil dari upaya para da’i.
Dengan terbentuknya komunitas/ masyarakat muslim pada beberapa daerah di Indonesia
ini, mendorong untuk membentuk kerajaan Islam sebagai pusat kekuatan/ kekuaaan politik
didalam proses Islamisasi di Indonesia. Maka berdirilah kerajaan-kerajaan Islam
seperti Samudera Pasai dan Perlak di Aceh pulau Sumatera, Demak di pulau Jawa,
kerajaan Mataram, dan sebagainya. Dengan berdirinya kerajaan Islam di Indonesia
ini, maka fase perkembangan Islam berikutnya adalah fase perkembangan Islam dan
politik, yang artinya perkembangan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan
dari perkembangan politik.
Tumbuhnya kerajaan Islam sebagai pusat-pusat kekuasaan Islam di Indonesia
ini jelas sangat berpengaruh sekali dalam proses islamisasi/ pendidikan Islam
di Indonesia, yaitu sebagai suatu wadah/ lembaga yang dapat mempermudah
penyebaran Islam di Indonesia. Ketika kekuasaan politik Islam semakin kokoh
dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam, pendidikan semakin memperoleh
perhatian, karena kekuatan politik digabungkan dengan semangat para mubaligh
(pengajar agama pada saat itu) untuk mengajarkan Islam merupakan dua sayap
kembar yang mempercepat tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di Indonesia.
B.
Sistem Pendidikan di zaman kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia:
a.
Kerajaan Samudera Pasai
Dalam sebuah sejarah ada yang menyatakan bahwa kerajaan Islam yang
pertama di Indonesia
adalah Samudera Pasai, yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya
Malik Ibrahim bin Mahdum.
Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko sempat singgah di kerajaan Samudera
Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zahir pada abad ke-14 M untuk mengikuti
pengajian yang diadakan oleh raja dalam sebuah halaqoh setelah shalat Jum’at
sampai waktu Ashar. Menurut Ibnu Batutah, Pasai pada abad ke-14 M sudah
merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara dan menjadi tempat berkumpul
ulama-ulama dari negara-negara lslam. Seperti yang telah dinyatakan oleh Ibnu
Batutah, bahwa Sultan Malik Az-Zahir adalah orang yang terkenal alim dalam ilmu
agama juga cinta kepada para Ulama dan ilmu pengetahuan, sehingga bila hari
jum’at tiba, Sultan shalat di masjid dengan menggunakan pakaian Ulama, setelah
itu mengadakan diskusi dengan para Alim pengetahuan agama, antara lain: Amir
Abdullah dari Delhi, dan Tajudin dari Ispahan untuk membahas masalah-masalah
keagamaan dan keduniawian sekaligus. Dengan demikian, Samudera Pasai merupakan
tempat studi Islam yang paling tua yang dilakukan oleh sebuah kerajaan.
Sementara itu, untuk luar kerajaan, diskusi ajaran Islam diduga sudah dilakukan
di koloni-koloni tempat pedagang Islam berdatangan di pelabuhan-pelabuhan.
Pada abad ke-14 M merupakan zaman kejayaan kerajaan Samudera Pasai,
sehingga pada waktu itu pendidikan juga tentu mendapat tempat/ perhatian
tersendiri.
Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang berlaku
di zaman kerajaan Samudera Pasai, diantaranya:
·
Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang
syari’at adalah fiqh Syafi’i.
·
Sistem pendidikannya secara informal berupa
majelis ta’lim dan halaqah (diskusi).
·
Tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama.
·
Biaya pendidikan bersumber dari negara.
b.
Kerajaan Perlak.
Kerajaan Islam kedua di Indonesia
adalah Perlak di Aceh pulau Sumatera dengan raja pertamanya Sultan Alaudin pada
tahun 1161-1186 abad ke-12 M. Perlak merupakan daerah yang terkenal sangat
strategis di pantai selat Malaka dan bebas dari pengaruh hindu, sehingga
memudahkan perkembangan Islam dalam masyarakat Aceh.
Selain sebagai pusat politik Islam, kerajaan Perlak juga giat
melaksanakan pengajian dan pendidikan Islam. Belum didapatkan data bagaimana
pendidikan Islamdilangsungkan, namun diduga besar kemungkinan sebagaimana yang telah
berlaku di Samudera Pasai, yaitu pendidikan Islam dilangsungkan di masjid istana
bagi keluarga pembesar, di masjid-masjid, dirumah-rumah, serta surau-surau bagi
masyarakat umum. Materi pembelajaran pendidikan Islam dibagi menjadi dua
tingkatan: pertama yaitu tingkat dasar yang terdiri atas pelajaran membaca,
menulis, bahasa Arab, pengajian Al-Qur’an, dan ibadah praktis. Kedua yaitu
tingkat yang lebih tinggi dengan materi-materi ilmu fiqh, tasawuf, ilmu kalam,
dan lain sebagainya.
Sebagai peranannya dalam pendidikan Islam, kerajaan Islam Perlak juga
memiliki pusat pendidikan Islam Dayah cot kala, yang didirikan oleh Ulama
Pangeran Teungku chik M.Amin. Dayah disamakan dengan perguruan tinggi, materi
yang diajarkan yaitu bahasa Arab, tauhid, taswuf, akhlaq, ilmu bumi, ilmu
bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan
filsafat.
Rajanya yang ke enam bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin yang
memerintah antara tahun 1243-1267 M, terkenal sebagai Sultan yang arif
bijaksana lagi alim. Beliau adalah seorang Ulama yang mendirikan perguruan
tinggi Islam yaitu majelis ta’lim tinggi dihadiri khusus oleh para murid-murid
yang sudah alim. Lembaga tersebut juga mengajarkan dan membacakan kitab-kitab
agama yang berbobot pengetahuan tinggi, misalnya kitab Al-Umm karangan Imam
Syafi’i. Dengan demikian, pada zaman kerajaan Perlak ini proses pendidikan
Islam telah berjalan cukup baik.
c.
Kerajaan Demak
Kerajaan Demak berdiri kira-kira tahun 1478, hal itu didasarkan pada saat
jatuhnya Majapahit yang diperintah oleh Prabu Kertabumi (Brawijaya V) dengan
ditandai candrasengkala, sirna ilang kertaning bumi (artinya tahun 1400 Saka
atau 1478 Masehi). Para wali kemudian sepakat
untuk menobatkan Raden patah menjadi raja di kerajaan Demak dengan gelar Senapati
Jlimbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Raden patah
adalah putra brawijaya V dengan putrid dari Campa. Setelah tahta ayahnya jatuh
ketangan Girindra Wardhana dari Keling (Daha), Demak pun terancam. Akibatnya
terjadi peperangan antara Demak dan Majapahit pimpinan Girindra Wardhana dan
turunannya yang bernama Prabu Udara hingga tahun 1518. pada akhirnya kemenangan
berada di pihak Demak dan tampil sebagai Kerajaan Islam terbesar di Jawa.
Dengan begitu penyiaran agama Islam makin meluas, pendidikan dan pengajaran
Islam pun bertambah maju.
System pelaksanaan pendidikan dan pengajaran agama Islam di Demak
mempunyai kemiripan dengan pelaksanaannya di Aceh, yaitu dengan mendirikan
masjid di tempat-tempat sentral di suatu daerah. Disana diajarkan pendidikan
agama dibawah pimpinan seorang Badal untuk untuk menjadi guru, yang menjadi
pusat pendidikan dan pengajaran serta sumber agama Islam.
Pada dasarnya, memang ada hubungan khusus yang terjalin antara kerajaan
Demak dengan Walisongo, dimana peran Walisongo dibidang dakwah sangatlah besar.
Dalam hal ini Para Sunan dan kyai melaksanakan pendidikan dan penyiaran agama
Islam dengan mengikuti sistem yang telah diajarkan oleh Nabi, yaitu dengan
memberikan suri tauladan yang baik dalam perangai dan perbuatan nyata. Selain
itu, para Wali menyiarkan agama dan memasukkan anasir-anasir pendidikan dan pengajaran
Islam dalam segala cabang kebudayaan nasional membuat agama Islam dapat mudah
diterima sehingga dapat tersebar keseluruh kepulauan Indonesia.
KESIMPULAN
Dari keterangan yang terdapat dalam pembahasan, dapat diambil sebuah
kesimpulan:
a.
Proses dan sistem pendidikan Islam pada masa kerajaan Islam di
Indonesia sudah berlangsung cukup baik. Terbukti dengan adanya kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia sebagai pusat-pusat kekuasaan Islam di Indonesia ini sangat
berpengaruh bagi proses islamisasi di Indonesia sebagai peranannya didalam
penyiaran agama Islam, melalui para Ulama sebagai mubaligh/ pendidik dalam penyiaran agama Islam dan
kerajaan Islam sebagai wadah kekuasaan politik Islam, keduanya sangat berperan
dalam mempercepat tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di Indonesia.
b.
Selain mengikuti sistem yang telah diajarkan oleh Nabi,
maka sistem pelaksaan pendidikan Islam yang berlaku pada masa kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia hampir sama, yaitu dengan mendirikan masjid sebagai pusat
pendidikan, serta mengadakan halaqoh majelis ta’lim untuk mendiskusikan
ilmu-ilmu agama.
DAFTAR
PUSTAKA
Putra Daulay, Haidar, SEJARAH PERTUMBUHAN DAN
PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA,
Jakarta,
Kencana, 2007, Cet I
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta,
PT Raja Grafindo persada, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar