Sabtu, 15 Oktober 2011

PENDIDKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

PENDIDKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
PEMBAHASAN

A.     Peran Kerajaan Islam Indonesia dalam proses pendidikan Islam di Indonesia.
Salah satu tujuan adanya pendidikan Islam adalah terbentuknya masyarakat muslim di Indonesia. Terbentuknya masyarakat muslim disuatu daerah adalah melalui proses yang panjang, yang dimulai dari terbentuknya pribadi muslim sebagai  hasil dari upaya para da’i.
Dengan terbentuknya komunitas/ masyarakat muslim pada beberapa daerah di Indonesia ini, mendorong untuk membentuk kerajaan Islam sebagai pusat kekuatan/ kekuaaan politik didalam proses Islamisasi di Indonesia. Maka berdirilah kerajaan-kerajaan Islam seperti Samudera Pasai dan Perlak di Aceh pulau Sumatera, Demak di pulau Jawa, kerajaan Mataram, dan sebagainya. Dengan berdirinya kerajaan Islam di Indonesia ini, maka fase perkembangan Islam berikutnya adalah fase perkembangan Islam dan politik, yang artinya perkembangan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan politik.
Tumbuhnya kerajaan Islam sebagai pusat-pusat kekuasaan Islam di Indonesia ini jelas sangat berpengaruh sekali dalam proses islamisasi/ pendidikan Islam di Indonesia, yaitu sebagai suatu wadah/ lembaga yang dapat mempermudah penyebaran Islam di Indonesia. Ketika kekuasaan politik Islam semakin kokoh dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam, pendidikan semakin memperoleh perhatian, karena kekuatan politik digabungkan dengan semangat para mubaligh (pengajar agama pada saat itu) untuk mengajarkan Islam merupakan dua sayap kembar yang mempercepat tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di Indonesia.

B.     Sistem Pendidikan di zaman kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia:
a.      Kerajaan Samudera Pasai
Dalam sebuah sejarah ada yang menyatakan bahwa kerajaan Islam yang pertama di Indonesia adalah Samudera Pasai, yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin Mahdum.
Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko sempat singgah di kerajaan Samudera Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zahir pada abad ke-14 M untuk mengikuti pengajian yang diadakan oleh raja dalam sebuah halaqoh setelah shalat Jum’at sampai waktu Ashar. Menurut Ibnu Batutah, Pasai pada abad ke-14 M sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara dan menjadi tempat berkumpul ulama-ulama dari negara-negara lslam. Seperti yang telah dinyatakan oleh Ibnu Batutah, bahwa Sultan Malik Az-Zahir adalah orang yang terkenal alim dalam ilmu agama juga cinta kepada para Ulama dan ilmu pengetahuan, sehingga bila hari jum’at tiba, Sultan shalat di masjid dengan menggunakan pakaian Ulama, setelah itu mengadakan diskusi dengan para Alim pengetahuan agama, antara lain: Amir Abdullah dari Delhi, dan Tajudin dari Ispahan untuk membahas masalah-masalah keagamaan dan keduniawian sekaligus. Dengan demikian, Samudera Pasai merupakan tempat studi Islam yang paling tua yang dilakukan oleh sebuah kerajaan. Sementara itu, untuk luar kerajaan, diskusi ajaran Islam diduga sudah dilakukan di koloni-koloni tempat pedagang Islam berdatangan di pelabuhan-pelabuhan.
Pada abad ke-14 M merupakan zaman kejayaan kerajaan Samudera Pasai, sehingga pada waktu itu pendidikan juga tentu mendapat tempat/ perhatian tersendiri.
Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Samudera Pasai, diantaranya:
·        Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah fiqh Syafi’i.
·        Sistem pendidikannya secara informal berupa majelis ta’lim dan halaqah (diskusi).
·        Tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama.
·        Biaya pendidikan bersumber dari negara.
b.      Kerajaan Perlak.
Kerajaan Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh pulau Sumatera dengan raja pertamanya Sultan Alaudin pada tahun 1161-1186 abad ke-12 M. Perlak merupakan daerah yang terkenal sangat strategis di pantai selat Malaka dan bebas dari pengaruh hindu, sehingga memudahkan perkembangan Islam dalam masyarakat Aceh.
Selain sebagai pusat politik Islam, kerajaan Perlak juga giat melaksanakan pengajian dan pendidikan Islam. Belum didapatkan data bagaimana pendidikan Islamdilangsungkan, namun diduga besar kemungkinan sebagaimana yang telah berlaku di Samudera Pasai, yaitu pendidikan Islam dilangsungkan di masjid istana bagi keluarga pembesar, di masjid-masjid, dirumah-rumah, serta surau-surau bagi masyarakat umum. Materi pembelajaran pendidikan Islam dibagi menjadi dua tingkatan: pertama yaitu tingkat dasar yang terdiri atas pelajaran membaca, menulis, bahasa Arab, pengajian Al-Qur’an, dan ibadah praktis. Kedua yaitu tingkat yang lebih tinggi dengan materi-materi ilmu fiqh, tasawuf, ilmu kalam, dan lain sebagainya.
Sebagai peranannya dalam pendidikan Islam, kerajaan Islam Perlak juga memiliki pusat pendidikan Islam Dayah cot kala, yang didirikan oleh Ulama Pangeran Teungku chik M.Amin. Dayah disamakan dengan perguruan tinggi, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, tauhid, taswuf, akhlaq, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat.
Rajanya yang ke enam bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin yang memerintah antara tahun 1243-1267 M, terkenal sebagai Sultan yang arif bijaksana lagi alim. Beliau adalah seorang Ulama yang mendirikan perguruan tinggi Islam yaitu majelis ta’lim tinggi dihadiri khusus oleh para murid-murid yang sudah alim. Lembaga tersebut juga mengajarkan dan membacakan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahuan tinggi, misalnya kitab Al-Umm karangan Imam Syafi’i. Dengan demikian, pada zaman kerajaan Perlak ini proses pendidikan Islam telah berjalan cukup baik.
c.       Kerajaan Demak
Kerajaan Demak berdiri kira-kira tahun 1478, hal itu didasarkan pada saat jatuhnya Majapahit yang diperintah oleh Prabu Kertabumi (Brawijaya V) dengan ditandai candrasengkala, sirna ilang kertaning bumi (artinya tahun 1400 Saka atau 1478 Masehi). Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden patah menjadi raja di kerajaan Demak dengan gelar Senapati Jlimbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Raden patah adalah putra brawijaya V dengan putrid dari Campa. Setelah tahta ayahnya jatuh ketangan Girindra Wardhana dari Keling (Daha), Demak pun terancam. Akibatnya terjadi peperangan antara Demak dan Majapahit pimpinan Girindra Wardhana dan turunannya yang bernama Prabu Udara hingga tahun 1518. pada akhirnya kemenangan berada di pihak Demak dan tampil sebagai Kerajaan Islam terbesar di Jawa. Dengan begitu penyiaran agama Islam makin meluas, pendidikan dan pengajaran Islam pun bertambah maju.
System pelaksanaan pendidikan dan pengajaran agama Islam di Demak mempunyai kemiripan dengan pelaksanaannya di Aceh, yaitu dengan mendirikan masjid di tempat-tempat sentral di suatu daerah. Disana diajarkan pendidikan agama dibawah pimpinan seorang Badal untuk untuk menjadi guru, yang menjadi pusat pendidikan dan pengajaran serta sumber agama Islam.
Pada dasarnya, memang ada hubungan khusus yang terjalin antara kerajaan Demak dengan Walisongo, dimana peran Walisongo dibidang dakwah sangatlah besar. Dalam hal ini Para Sunan dan kyai melaksanakan pendidikan dan penyiaran agama Islam dengan mengikuti sistem yang telah diajarkan oleh Nabi, yaitu dengan memberikan suri tauladan yang baik dalam perangai dan perbuatan nyata. Selain itu, para Wali menyiarkan agama dan memasukkan anasir-anasir pendidikan dan pengajaran Islam dalam segala cabang kebudayaan nasional membuat agama Islam dapat mudah diterima sehingga dapat tersebar keseluruh kepulauan Indonesia.

KESIMPULAN

Dari keterangan yang terdapat dalam pembahasan, dapat diambil sebuah kesimpulan:
a.       Proses dan sistem  pendidikan Islam pada masa kerajaan Islam di Indonesia sudah berlangsung cukup baik. Terbukti dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia sebagai pusat-pusat kekuasaan Islam di Indonesia ini sangat berpengaruh bagi proses islamisasi di Indonesia sebagai peranannya didalam penyiaran agama Islam, melalui para Ulama sebagai mubaligh/  pendidik dalam penyiaran agama Islam dan kerajaan Islam sebagai wadah kekuasaan politik Islam, keduanya sangat berperan dalam mempercepat tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di Indonesia.
b.      Selain mengikuti sistem yang telah diajarkan oleh Nabi, maka sistem pelaksaan pendidikan Islam yang berlaku pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia hampir sama, yaitu dengan mendirikan masjid sebagai pusat pendidikan, serta mengadakan halaqoh majelis ta’lim untuk mendiskusikan ilmu-ilmu agama.

DAFTAR PUSTAKA

Putra Daulay, Haidar, SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA, Jakarta, Kencana, 2007, Cet I
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta, PT Raja Grafindo persada, 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar