Kamis, 03 November 2011

GERAKAN – GERAKAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN

GERAKAN – GERAKAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pembimbing:
Drs. Moh. Arif AM, MA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
( S T A I M )
FAKULTAS TARBIYAH PRODI S-1 PAI
Nglawak – Kertosono – Nganjuk
November 2011

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia memerlukan wawasan yang sangat luas, karena pendidikan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam pemikiran maupun dalam pengalamannya. Pengkajian filosofis terhadap pendidikan mutlak diperlukan, karena kajian seperti ini akan melihat pendidikan dalam suatu realitas yang komperhensip.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang kajian filosofis yang berkaitan tentang gerakan – gerakan pembaharuan pendidikan yang di dalamnya akan memuat gerakan developmentalisme, progresivisme, rekonstruksionalisme, esensialisme, dan parenialisme, bagaimana pemikiran mereka dan siapa saja tokoh – tokohnya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah pemikiran dari gerakan developmentalisme dan siapa saja tokohnya?
2.      Bagaimanakah pemikiran dari gerakan progresivisme dan siapa saja tokohnya?
3.      Bagaimanakah pemikiran dari gerakan rekonstruksionalisme dan siapa saja tokohnya?
4.      Bagaimanakah pemikiran dari gerakan esensialisme dan siapa saja tokohnya?
5.      Bagaimanakah pemikiran dari gerakan perenialisme dan siapa saja tokohnya?

C.     Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk  memahami pemikiran dari gerakan developmentalisme beserta tokohnya
2.      Untuk  memahami pemikiran dari gerakan progresivisme beserta tokohnya
3.      Untuk  memahami pemikiran dari gerakan rekonstruksionalisme beserta tokohnya
4.      Untuk  memahami pemikiran dari gerakan esensialisme beserta tokohnya
5.      Untuk  memahami pemikiran dari gerakan perenialisme beserta tokohnya


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Gerakan Developmentalisme
Developmentalisme bukan merupakan bangunan filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan yang muncul pada abad ke – 19. Developmentalisme berpendapat, proses pendidikan adalah proses perkembangan jiwa.[1]
Tokoh – tokoh dalam gerakan ini adalah Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart, Fredrich Wilhem Frobel ( Jerman ) dan Stanley Hall ( AS ).
Konsep – konsep pendidikan yanng dicetuskan oleh gerakan ini adalah:
a)      Mengaktualisasikan semua potensi anak yang masih laten, membentuk watak susila dan kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan derajat sosial manusia.
b)      Dengan pengembangan yang dikontrol, membentuk tanggapan, mengembangkan insting anak melalui indra dan emosional menjadi pengetahuan dan moral akan membuat anak mengaktualisasi semua potensi.
c)      Pengembangan dilakukan sejalan dengan tingkat perkembangan anak.

B.     Gerakan Progresivisme
1.      Latar Belakang
Gerakan progresivisme didirikan pada tahun 1918. Selama 20 tahunan gerakan ini merupakan suatu gerakan yang kuat di Amerika Serikat. Kaum progresif mengkritik filsafat Dewey. Perubahan masyarakat yang dilontarkan Dewey adalah perubahan secara evolusi, sedangkan kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar lebih cepat mencapai tujuan.[2]
Gerakan progresif terkenal luas karena reaksinya terhadap formalisme dan sekolah tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin keras, belajar keras, belajar pasif dan hal – hal yang tidak bermanfaat dalam pendidikan.
Pada tahun 1944 gerakan ini dibubarkan dan memilih ganti nama menjadi “ American Educational fellowship “.
2.      Strategi progresif
Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar dimasa mendatang. Untuk mempersiapkan siswa untuk suatu masa depan adalah membekali mereka dengan strategi – strategi pemecahan masalah.
Orang – orang progresif merasa bahwa kehidupan itu berkembang dalam satu arah positif dan bahwa umat manusia dipercaya untuk bertindak dalam minat terbaik mereka sendiri.
3.      Pendidikan Progresivisme
Progresivisme didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada anak ( child – centered ) bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Asumsi kaum progresif adalah sebagai berikut:
a.       Muatan kurikulum harus diperoleh dari minat – minat siswa bukannya dari disiplin – disiplin akademik.
b.      Pengajaran dikatakan efektif jika mempertimbangkan anak secara menyeluruh dan minat – minat serta kebutuhan – kebutuhannya dalam hubungannya dengan bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
c.       Pembelajaran pada pokoknya aktif bukan pasif
d.      Tujuan pendidikan adalah mengajar para siswa berfikir secara rasional sehingga mereka menjadi cerdas, yang memberi kontribusi pada anggota masyarakat.
e.       Disekolah, para siswa mempelajari nilai personal dan nilai sosial.
f.        Umat manusia ada dalam suatu keadaan yang berubah secara konstan, dan pendidikan memungkinkan masa depan yang lebih baik.
4.      Perhatian Terhadap Anak
Proses belajar terpusat kepada anak, namun hal ini tidak berarti bahwa anak akan diizinkan untuk mengikuti semua keinginannya, siswa membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru dalam melaksanakan aktivitasnya.
5.      Kurikulum dan Peranan Guru
Kurikulum disusun sekitar pengalaman siswa, baik pengalaman pribadi maupun sosial. Kurikulum seharusnya menggunakan pendekatan interdisipliner, buku merupakan alat dalam proses belajar, bukan sumber pengetahuan.
Peranan guru adalah membimbing siswa dalam kegiatan pemecahan masalah. Guru menolong siswa dalam menentukan dan memilih masalah – masalah yang bermakna, menemukan sumber – sumber data yang relevan, menafsirkan dan menilai akurasi data, serta merumuskan kesimpulan. Guru dituntut untuk sabar, fleksibel, berfikir interdisipliner, kreatif dan cerdas.
6.      Tokoh Progresif
George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley adalah sebagian tokoh progresif

C.     Gerakan Perenialisme
Perenialisme adalah gerakan dalam pendidikan yang lahir pada abad ke – 20. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali nilai – nilai yang umum yang kuat pada zaman kuno dan abad pertengahan. Pandangan Plato dan Aristoteles mewakili peradapan Yunani kuno, serta Thomas Aquina dari abad pertengahan.[3]
1.      Pendidikan Perenialisme
Perenialisme memandang kebenaran sebagi hal yang konstan abadi dan perenial. Tujuan pendidikan menurut pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa para siswa memperoleh pengetahuan tentang gagasan besar yang tidak berubah.
Beberapa prinsip pendidikan perenialisme secara umum yaitu:
a)      Walaupun perbedaan lingkungan, namun pada hakikatnya manusia dimanapun dan kapanpun ia berada adalah sama. Robert M. Hutckin sebagi pelopor perenialisme di Amerika Serikat, mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya adalah hewan rasional ( ini adalah pandangan Aristoteles ). Pendidikan harus sama bagi semua orang, dimanapun dan kapanpun ia berada, begitu pula tujuan pendidikan harus sama, yaitu memperbaiki manusia sebagai menusia.
b)      Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi. Manusia harus menggunakannya untuk mengarahkan sifat bawaannya, sesuai dengan tujuan yang ditentukan.
c)      Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi.
d)      Pendidikan bukan merupakan peniruan dari hidup, melainkan persiapan untuk hidup.
e)      Siswa seharusnya mempelajari karya – karya besar yang menyangkut sejarah, filsafat, seni dan literatur yang berhubungan dengan kehidupan sosial, terutama politik dan ekonomi.
2.      Tokoh Perenialisme
Tokoh perenialisme adalah Robert Maynart Hutchins seorang rektor The University of Chicago dan Mortimer Adler.
D.    Gerakan Essensialisme
Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930. Tokoh aliran ini adalah william C. Bayley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L, Kandell. Esensialisme mengadakan protes terhadap progresivisme, namun dalam protes tersebut tidak menentang secara keseluruhan pada progresivisme seperti yang dilakukan perenialisme.
1.    Konsep Pendidikan
a.       Gerakan Back to Basics
Gerakan Back to Basics yang dimulai dipertengahan tahun 1970-an adalah dorongan skala besar yang mutakhir untuk menerapkan program – program esensialisme disekolah. Kaum esensialisme berpendapat sekolah – sekolah harus melatih / mendidik siswa untuk berkomunikasi dengan jelas dan logis.
b.      Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah alat untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama.
c.       Kurikulum
Kurikulum esensialisme menekankan pengajaran fakta – fakta, kurikulum esensialisme seperti halnya perenialisme, yaitu kurikulum yang berpusat pada masa pelajaran ( Subject matter centered )
d.      Peranan sekolah dan Guru
Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah pada generasi pelajar dewasa ini.
Peranan guru adalah sebagai seseorang yang menguasai lapangan dan merupakan model contoh yang sangat baik untuk digugu dan ditiru.
e.       Prinsip – prinsip Pendidikan
1)    Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja timbul dari dalam siswa.
2)    Inisiatif pendidikan ditekankan pada guru bukan pada siswa.
3)    Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
4)    Sekolah harus mempertahankan metode – metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental.
5)    Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
E.     Gerakan Rekonstruksionalisme
Sebagaimana yang dinyatakan oleh caroline Pratt ( 1948 ), seorang rekonstruksionis sosial yang berpengaruh saat itu; “ nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia – manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya “.
Singkatnya, sekolah – sekolah tidak hanya harus mentransmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan juga harus berusaha merekontruksinya.
Rekontruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dal melibatkan diri dengan masalah – masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.
Aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi / mengarahkan perubahan atau rekonstruksi pada tatanan sosial saat ini.
1)      Sekolah Sebagai Agen Perubahan Sosial
George S. Counts sebagai pelopor rekonstruksionisme dalam publikasinya “ Dare The School Buld a New Social Order “, mengemukakan bahwa sekolah akan betul – betul berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat baru secara keseluruhan, membasmi kemelaratan, peperangan dan kesukuan. Masyarakat yang menderita kesulitan ekonomi dan masalah – masalah sosial yang besar merupakan tantangan bagi pendidikan untuk menjalankan perannya sebagai agen pembaharuan dan rekonstruksi sosial.
2)      Teori Pendidikan
a)      Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.
b)      Tujuan pendidikan adalah bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk.
c)      Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai – nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
3)      Tokoh – tokoh Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg
4)      Kedudukan Siswa
Nilai – nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga.
5)      Metode
Metode sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas diberatkan.
6)      Peranan Guru
Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati ( ikhlas ) terhadap semua budaya, baik dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus mewakili budaya masyarakat.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1)      Gerakan Developmentalisme
Gerakan ini muncul pada abad ke – 19. Tokoh – tokohnya adalah Pestalozzi, Johan fredich Herbart, Fredrich Wilhem Frobel dan Stanley Hall. Gerakan ini berpendapat dan mempunyai konsep yaitu mengaktualisasikan semua potensi anak.
2)      Gerakan Progresivisme
Gerakan ini didirikan pada tahun 1918. Tokoh – tokohnya adalah George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley. Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar lebih cepat mencapai tujuan.
3)      Gerakan Perenialisme
Gerakan ini lahir pada abad ke – 20. Tokoh – tokohnya adalah Maynart Hutchins seorang rektor The University of Chicago dan Martimer Adler. Gerakan ini menentang pandangan progresif yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh adalah jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali norma dan nilai zaman kuno dan pertengahan.
4)      Gerakan Essensialisme
Gerakan ini muncul pada awal tahun 1930. Tokoh – tokohnya adalah William Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kandell. Menurut aliran ini tujuan pendidikan adalah alat untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah.
5)      Gerakan Rekonstruksionalisme
Gerakan ini kelanjutan dari gerakan progresivisme. Tokoh – tokohnya adalah George Count dan Harold Rugg. Menurut gerakan ini, pendidikan adalah usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.




[1]Redja  Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002 ), h. 101
[2] Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat, ( Bandung: CV Alfabeta, 2003 ), h. 142
[3] Ibid, h. 151

Tidak ada komentar:

Posting Komentar