GERAKAN – GERAKAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pembimbing:
Drs.
Moh. Arif AM, MA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
( S T A I M )
FAKULTAS TARBIYAH PRODI S-1 PAI
Nglawak – Kertosono – Nganjuk
November
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia memerlukan wawasan yang
sangat luas, karena pendidikan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik
dalam pemikiran maupun dalam pengalamannya. Pengkajian filosofis terhadap
pendidikan mutlak diperlukan, karena kajian seperti ini akan melihat pendidikan
dalam suatu realitas yang komperhensip.
Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang kajian filosofis yang
berkaitan tentang gerakan – gerakan pembaharuan pendidikan yang di dalamnya
akan memuat gerakan developmentalisme, progresivisme, rekonstruksionalisme,
esensialisme, dan parenialisme, bagaimana pemikiran mereka dan siapa saja tokoh
– tokohnya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah
pemikiran dari gerakan developmentalisme dan siapa saja tokohnya?
2. Bagaimanakah
pemikiran dari gerakan progresivisme dan siapa saja tokohnya?
3. Bagaimanakah
pemikiran dari gerakan rekonstruksionalisme dan siapa saja tokohnya?
4. Bagaimanakah
pemikiran dari gerakan esensialisme dan siapa saja tokohnya?
5. Bagaimanakah
pemikiran dari gerakan perenialisme dan siapa saja tokohnya?
C.
Tujuan
Pembahasan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk memahami pemikiran dari gerakan
developmentalisme beserta tokohnya
2. Untuk memahami pemikiran dari gerakan progresivisme
beserta tokohnya
3. Untuk memahami pemikiran dari gerakan
rekonstruksionalisme beserta tokohnya
4. Untuk memahami pemikiran dari gerakan esensialisme
beserta tokohnya
5. Untuk memahami pemikiran dari gerakan perenialisme
beserta tokohnya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Gerakan
Developmentalisme
Developmentalisme
bukan merupakan bangunan filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan
suatu gerakan yang muncul pada abad ke – 19. Developmentalisme berpendapat,
proses pendidikan adalah proses perkembangan jiwa.[1]
Tokoh –
tokoh dalam gerakan ini adalah Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart, Fredrich
Wilhem Frobel ( Jerman ) dan Stanley Hall ( AS ).
Konsep
– konsep pendidikan yanng dicetuskan oleh gerakan ini adalah:
a) Mengaktualisasikan
semua potensi anak yang masih laten, membentuk watak susila dan kepribadian
yang harmonis, serta meningkatkan derajat sosial manusia.
b) Dengan
pengembangan yang dikontrol, membentuk tanggapan, mengembangkan insting anak
melalui indra dan emosional menjadi pengetahuan dan moral akan membuat anak
mengaktualisasi semua potensi.
c) Pengembangan
dilakukan sejalan dengan tingkat perkembangan anak.
B.
Gerakan
Progresivisme
1.
Latar
Belakang
Gerakan progresivisme didirikan
pada tahun 1918. Selama 20 tahunan gerakan ini merupakan suatu gerakan yang
kuat di Amerika Serikat. Kaum progresif mengkritik filsafat Dewey. Perubahan
masyarakat yang dilontarkan Dewey adalah perubahan secara evolusi, sedangkan
kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar lebih cepat
mencapai tujuan.[2]
Gerakan progresif terkenal luas
karena reaksinya terhadap formalisme dan sekolah tradisional yang membosankan,
yang menekankan disiplin keras, belajar keras, belajar pasif dan hal – hal yang
tidak bermanfaat dalam pendidikan.
Pada tahun 1944 gerakan ini
dibubarkan dan memilih ganti nama menjadi “ American Educational fellowship “.
2.
Strategi
progresif
Filsafat progresif berpendapat
bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar dimasa
mendatang. Untuk mempersiapkan siswa untuk suatu masa depan adalah membekali
mereka dengan strategi – strategi pemecahan masalah.
Orang – orang progresif merasa
bahwa kehidupan itu berkembang dalam satu arah positif dan bahwa umat manusia
dipercaya untuk bertindak dalam minat terbaik mereka sendiri.
3.
Pendidikan
Progresivisme
Progresivisme didasarkan pada
keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada anak ( child – centered )
bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Asumsi kaum progresif adalah
sebagai berikut:
a. Muatan
kurikulum harus diperoleh dari minat – minat siswa bukannya dari disiplin –
disiplin akademik.
b. Pengajaran
dikatakan efektif jika mempertimbangkan anak secara menyeluruh dan minat –
minat serta kebutuhan – kebutuhannya dalam hubungannya dengan bidang kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
c. Pembelajaran
pada pokoknya aktif bukan pasif
d. Tujuan
pendidikan adalah mengajar para siswa berfikir secara rasional sehingga mereka
menjadi cerdas, yang memberi kontribusi pada anggota masyarakat.
e. Disekolah,
para siswa mempelajari nilai personal dan nilai sosial.
f.
Umat manusia ada dalam suatu
keadaan yang berubah secara konstan, dan pendidikan memungkinkan masa depan
yang lebih baik.
4.
Perhatian
Terhadap Anak
Proses belajar terpusat kepada
anak, namun hal ini tidak berarti bahwa anak akan diizinkan untuk mengikuti
semua keinginannya, siswa membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru dalam melaksanakan
aktivitasnya.
5.
Kurikulum
dan Peranan Guru
Kurikulum disusun sekitar
pengalaman siswa, baik pengalaman pribadi maupun sosial. Kurikulum seharusnya
menggunakan pendekatan interdisipliner, buku
merupakan alat dalam proses belajar, bukan sumber pengetahuan.
Peranan guru adalah membimbing
siswa dalam kegiatan pemecahan masalah. Guru menolong siswa dalam menentukan
dan memilih masalah – masalah yang bermakna, menemukan sumber – sumber data
yang relevan, menafsirkan dan menilai akurasi data, serta merumuskan
kesimpulan. Guru dituntut untuk sabar, fleksibel, berfikir interdisipliner, kreatif dan cerdas.
6.
Tokoh
Progresif
George Axtelle, William O.
Stanley, Ernest Bayley adalah sebagian tokoh progresif
C.
Gerakan
Perenialisme
Perenialisme
adalah gerakan dalam pendidikan yang lahir pada abad ke – 20. Perenialisme
menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang
baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah jalan mundur ke belakang,
dengan menggunakan kembali nilai – nilai yang umum yang kuat pada zaman kuno
dan abad pertengahan. Pandangan Plato dan Aristoteles mewakili peradapan Yunani
kuno, serta Thomas Aquina dari abad pertengahan.[3]
1.
Pendidikan
Perenialisme
Perenialisme memandang
kebenaran sebagi hal yang konstan abadi dan perenial. Tujuan pendidikan menurut
pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa para siswa memperoleh pengetahuan
tentang gagasan besar yang tidak berubah.
Beberapa prinsip pendidikan
perenialisme secara umum yaitu:
a)
Walaupun perbedaan lingkungan,
namun pada hakikatnya manusia dimanapun dan kapanpun ia berada adalah sama.
Robert M. Hutckin sebagi pelopor perenialisme di Amerika Serikat, mengemukakan
bahwa manusia pada hakikatnya adalah hewan rasional ( ini adalah pandangan
Aristoteles ). Pendidikan harus sama bagi semua orang, dimanapun dan kapanpun
ia berada, begitu pula tujuan pendidikan harus sama, yaitu memperbaiki manusia
sebagai menusia.
b)
Rasio merupakan atribut manusia
yang paling tinggi. Manusia harus menggunakannya untuk mengarahkan sifat
bawaannya, sesuai dengan tujuan yang ditentukan.
c)
Tugas pendidikan adalah
memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi.
d)
Pendidikan bukan merupakan
peniruan dari hidup, melainkan persiapan untuk hidup.
e)
Siswa seharusnya mempelajari
karya – karya besar yang menyangkut sejarah, filsafat, seni dan literatur yang
berhubungan dengan kehidupan sosial, terutama politik dan ekonomi.
2.
Tokoh
Perenialisme
Tokoh perenialisme adalah
Robert Maynart Hutchins seorang rektor The
University of Chicago dan Mortimer
Adler.
D.
Gerakan
Essensialisme
Gerakan
esensialisme muncul pada awal tahun 1930. Tokoh aliran ini adalah william C.
Bayley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L, Kandell. Esensialisme
mengadakan protes terhadap progresivisme, namun dalam protes tersebut tidak
menentang secara keseluruhan pada progresivisme seperti yang dilakukan
perenialisme.
1.
Konsep
Pendidikan
a. Gerakan
Back to Basics
Gerakan
Back to Basics yang dimulai
dipertengahan tahun 1970-an adalah dorongan skala besar yang mutakhir untuk
menerapkan program – program esensialisme disekolah. Kaum esensialisme
berpendapat sekolah – sekolah harus melatih / mendidik siswa untuk
berkomunikasi dengan jelas dan logis.
b. Tujuan
Pendidikan
Tujuan
pendidikan adalah alat untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui
pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang
lama.
c. Kurikulum
Kurikulum
esensialisme menekankan pengajaran fakta – fakta, kurikulum esensialisme
seperti halnya perenialisme, yaitu kurikulum yang berpusat pada masa pelajaran
( Subject matter centered )
d. Peranan
sekolah dan Guru
Peranan
sekolah adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah pada
generasi pelajar dewasa ini.
Peranan
guru adalah sebagai seseorang yang menguasai lapangan dan merupakan model contoh
yang sangat baik untuk digugu dan ditiru.
e. Prinsip
– prinsip Pendidikan
1) Pendidikan
harus dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja timbul dari dalam siswa.
2) Inisiatif
pendidikan ditekankan pada guru bukan pada siswa.
3) Inti
proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
4) Sekolah
harus mempertahankan metode – metode tradisional yang bertautan dengan disiplin
mental.
5) Tujuan
akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
E.
Gerakan
Rekonstruksionalisme
Sebagaimana
yang dinyatakan oleh caroline Pratt ( 1948 ), seorang rekonstruksionis sosial
yang berpengaruh saat itu; “ nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan
manusia – manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja secara
konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik
dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya “.
Singkatnya,
sekolah – sekolah tidak hanya harus mentransmisikan pengetahuan mengenai
tatanan sosial yang ada, melainkan juga harus berusaha merekontruksinya.
Rekontruksionisme
merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasari
atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dal melibatkan diri
dengan masalah – masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Rekonstruksionisme
dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun
masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.
Aliran
ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi / mengarahkan perubahan atau
rekonstruksi pada tatanan sosial saat ini.
1)
Sekolah
Sebagai Agen Perubahan Sosial
George S. Counts sebagai
pelopor rekonstruksionisme dalam publikasinya “ Dare The School Buld a New Social Order “, mengemukakan bahwa
sekolah akan betul – betul berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan
masyarakat baru secara keseluruhan, membasmi kemelaratan, peperangan dan
kesukuan. Masyarakat yang menderita kesulitan ekonomi dan masalah – masalah
sosial yang besar merupakan tantangan bagi pendidikan untuk menjalankan
perannya sebagai agen pembaharuan dan rekonstruksi sosial.
2)
Teori
Pendidikan
a) Pendidikan
merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi
sosial.
b) Tujuan
pendidikan adalah bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal.
Transmisi budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk.
c) Kurikulum
sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang
ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai – nilai yang berhubungan berhak
untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
3)
Tokoh
– tokoh Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme
dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg
4)
Kedudukan
Siswa
Nilai – nilai budaya siswa yang dibawa ke
sekolah merupakan hal yang berharga.
5)
Metode
Metode sebagai kelanjutan dari pendidikan
progresif, metode aktivitas diberatkan.
6)
Peranan
Guru
Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati (
ikhlas ) terhadap semua budaya, baik dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus
mewakili budaya masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1) Gerakan
Developmentalisme
Gerakan ini muncul pada abad ke
– 19. Tokoh – tokohnya adalah Pestalozzi, Johan fredich Herbart, Fredrich
Wilhem Frobel dan Stanley Hall. Gerakan ini berpendapat dan mempunyai konsep
yaitu mengaktualisasikan semua potensi anak.
2) Gerakan
Progresivisme
Gerakan ini didirikan pada
tahun 1918. Tokoh – tokohnya adalah George Axtelle, William O. Stanley, Ernest
Bayley. Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar lebih
cepat mencapai tujuan.
3) Gerakan
Perenialisme
Gerakan ini lahir pada abad ke
– 20. Tokoh – tokohnya adalah Maynart Hutchins seorang rektor The University of Chicago dan Martimer Adler. Gerakan ini menentang
pandangan progresif yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang
ditempuh adalah jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali norma dan
nilai zaman kuno dan pertengahan.
4) Gerakan
Essensialisme
Gerakan ini muncul pada awal
tahun 1930. Tokoh – tokohnya adalah William Bagley, Thomas Briggs, Frederick
Breed, dan Isac L. Kandell. Menurut aliran ini tujuan pendidikan adalah alat
untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah.
5) Gerakan
Rekonstruksionalisme
Gerakan ini kelanjutan dari
gerakan progresivisme. Tokoh – tokohnya adalah George Count dan Harold Rugg.
Menurut gerakan ini, pendidikan adalah usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk
meningkatkan rekonstruksi sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar