Jumat, 15 April 2011

PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA REMAJA


PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN PADA REMAJA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
ILMU JIWA AGAMA

Dosen Pembimbing:
Ainna Amalia, M. Psi.

Fakultas Tarbiyah
Program Study PAI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
“MIFTAHUL ‘ULA”
NGLAWAK KERTOSONO NGANJUK

MARET 2011


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Secara psikologis kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri – ciri psikologis tertentu pada seseorang. Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, masa remaja menduduki tahap progesif.
Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya maka agama pada remaja turut dipengaruhi perkembangn itu. Penghayatan pada remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan factor – factor perkembangan tersebut.
Maka dari itu penulis ingin membahas lebih lanjut lagi mengenai masa remaja ini, dengan batas bahasan meliputi apa pengertian dari remaja, bagaimana psikologi remaja dan bagaimana perkembangan jiwa keagamaan para remaja itu sendiri. Dengan harapan supaya bias menambah pengetahuan mengenai hal ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa penertian dari remaja ?
2. Bagaimanakah perkembangan psikologi pada remaja ?
3. Bagaimanakah perkembangan jiwa keagamaan pada remaja

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari remaja
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan psikologi pada remaja
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan jiwa keagamaan pada remaja

BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN REMAJA

Konsep tentang “ remaja “, bukanlah berasal dari bidang hukum, melainkan berasal bidang ilmu – ilmu social lainnya seperti Antropologi, Sosiologi, Psikologi, dan Paedagogi. Konsep remaja juga merupakan konsep yang relative baru, yang muncul kira – kira setelah era industrialisasi merata di Negara – negara Eropa, Amerika Serikat dan Negara – negara maju lainnya.
Dalam ilmu kedokteran dan ilmu – ilmu lain yang terkait ( seperti biologi ) remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat – alat kelamin manusia mencapai kematangannya.
Remaja dalam arti adolescence ( inggris ) berasal dari kata latin adolescere tang artinya tumbuh kearah kematangan. Kematangan disini tidak hanya berarti kematangan fisik, terutama kematangan social – psikologis.
Remaja dalam arti Psikologis sangat berkaitan dengan kehidupan dan keadaan masyarakat dimana remajanya sangat panjang.

2. PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA
A. PEMBENTUKAN KONSEP DIRI
Remaja adalah masa transisisi dari priodik anak ke dewasa. Secara psikologis kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri – ciri psikologik tertentu pada seseorang.
Menurut G. W. Alport ciri – ciri psikologik adalah
1. Pemekaran diri sendiri ( extention of the self ) yang di tandai dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari dirinya sendiri juga. Perasaan egoisme berkurang, Sebaliknya tumbuh perasaan ikut memiliki. Salah satu tanda yang khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya. Ciri lain adalah berkembangnya ego ideal berupa cita – cita, idola dan sebagainya.
2. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara obyektif ( self objecttivication ) yang di tandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk menangkap humor termasuk yang menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran.
3. Memiliki falsafah hidup tertentu tanpa perlu merumuskannya dan mengucapkannya dalam kata – kata. Orang yang sudah dewasa tahu dengan tepat tempatnya dalam rangka susunan obyek – obyek lain di dunia.
Pada diri remaja proses perubahan merupakan hal yang harus terjadi karena dalam proses pematangan kepribadiannya remaja sedikit demi sedikit memunculkan ke permukaan sifat – sifatnya yang sesungguhnya harus berbenturan dengan rangsang – rangsang dari luar. Menurut Richmond dan sklansky inti dari tugas perkembangan seseorang dalam periode remaja awal dan menengah adalah memperjuangkan kebebasan, sedangkan menemukan bentuk kepribadian yang khas dalam periode itu belum menjadi sasaran utama.

3. PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN PADA REMAJA

Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki tahap progesif. Dalam pembagian yang terurai masa remaja mencakup masa juvenilitas ( adoleseantium ), pubertas dan nubilitas.
Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, maka agama pada remaja turut dipengaruhi perkembangan itu, maksudnya penghayatan pada masa remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan factor perkembangan tersebut.
Perkembangan agama para remaja ditandai oleh beberapa factor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan itu antara lain menurut W. Stobuck adalah :
a. Pertumbuhan Pikiran dan Mental
Ide dan dasar kenyakinan beragama yang di terima remaja dari masa kanak – kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama merekapun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi dan norma – norma kehidupan lainnya. Agama yang ajarannya bersifat konservatif lebih banyak berpengaruh bagi remaja untuk taat pada ajaran agamanya. Sebaliknya ajaran agama yang kurang konservatif – dogmatis dan agak liberal akan mudah merangsang perkembangan fikiran dan mental para remaja, sehingga mereka banyak meninggalkan ajaran agamanya.
b. Perkembangan Perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan social, etis dan estetis mendorong remaja untuk menghadapi perkehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya. Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya lebih didominasi dorongan seksua. Masa remaja merupakan masa kematangan seksual, didorong oleh perasaan ingin tahu, remaja lebih mudah terperosok kearah tindakan seksual yang negatif.
c. Pertimbangan Sosial
Corak keagamaan para remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan social, Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara pertimbangan moral dan material. Remaja sangat bingung menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan materi, maka para remaja lebih cenderung jiwanya untuk bersikap materialis.
d. Perkembangan Moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari proteksi. Tipe moral yang juga terlihat pada remaja juga mencakupi :
1. Self. Directif, taat terhadap agama atau moral berdasarkan pertimbangan pribadi.
2. Adaptive, Mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik
3. Sub missive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama.
4. Unadjusted, belum menyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral
5. Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat.
e. Sikap dan Minat
Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka.
f. Ibadah
Pandangan para remaja terhadap ajaran agama, ibadah dan masalah do’a sebagaimana yang di kumpulkan oleh Ross dan Oskar Kupky menunjukan :
1. Seratus empat puluh delapan siswi dinyatakan bahwa 20 orang diantara mereka tidak pernah mempunyai pengalaman keagamaan sedangkan sisanya ( 128 ) mempunyai pengalaman keagamaan, yang 68 diantaranya secara alami ( tidak melalui pengajaran resmi ).
2. Tiga puluh satu orang diantara yang mendapat pengalaman keagamaan melalui proses alami, mengungkapkan adanya perhatian mereka terhadap keajaiban yang menakjubkan dibalik keindahan alam yang mereka nikmati.
Tingkat keyakinan dan ketaatan beragama para remaja, sebenarnya banyak tergantung dari kemampuan mereka menyelesaikan keraguan dan konflik batin yang terjadi pada diri. Usia remaja memang dikenal sebagai usia rawan. Remaja memiliki karakteristik khusus dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Secara fisik remaja mengalami pertumbuhan yang pesat, dan sudah menyamai fisik orang dewasa. Namun, pesatnya pertumbuhan fisik itu belum diimbangi secara setara oleh perkembangan psikologisnya. Kondisi seperti itu menyebabkan remaja mengalami kelabilan.
Secara fisik remaja sudah berpenampilan dewasa, tetapi secara psikologis belum. Ketidakseimbangan ini menjadikan remaja menempatkan remaja dalam suasana kehidupan batin berombang – ambing. Untuk mengatasi kemelut batin itu mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan. Para remaja membutuhkan tokoh pelindung yang mampu diajak berdialog dan berbagi rasa. Selain itu, merekapun mengharapkan adanya pegangan hidup sebagai tempat bergantung.
Sikap kritis terhadap lingkungan memang sejalan dengan perkembangan intelektual yang dialami para remaja. Bila persoalan itu gagal diselesaikan, maka para remaja untuk memilih jalan sendiri. Dalam situasi bingung dan konflik batin menyebabkan para remaja berada di persimpangan jalan. Sulit untuk menentukan pilihan yang tepat. Dalam situasi yang seperti itu , maka peluang munculnya perilaku menyimpang terkuak lebar.
Adapun penyelesaian yang mungkin dilakukan sangat tergantung dari kemampuan memilih. Bila tingkat rasa bersalah dan berdosa yang dominan, biasanya remaja cenderung untuk kembali mencari jalan “ pengampunan “. Sebaliknya, bila perilaku menyimpang dianggap sebagai “ pembenaran “ maka keterlibatan mereka akan semakin besar. Tindakan yang di istilahkan “ sudah kepalang basah “ akan mendorong mereka terbiasa dengan pekerjaan tercela itu.
Menghadapi gejala seperti ini, nilai – nilai ajaran agama sebenarnya dapat difungsikan. Tokoh dan pemuka agama memiliki peran stategis dalam mengatasi kemelut batin remaja, bila mereka mampu melakukan pendekatan yang tepat. Sebaliknya bila gagal, maka kemungkinan yang terjadi adalah para remaja akan menjauhkan diri.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. Remaja dalam arti adolescence ( inggris ) berasal dari kata latin adolescere tang artinya tumbuh kearah kematangan. Kematangan disini tidak hanya berarti kematangan fisik, terutama kematangan social – psikologis.

2. Menurut G. W. Alport ciri – ciri psikologik adalah
- Pemekaran diri sendiri ( extention of the self ) yang di tandai dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari dirinya sendiri.
- Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara obyektif ( self objecttivication ) yang di tandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri
- Memiliki falsafah hidup tertentu tanpa perlu merumuskannya

3. Perkembangan agama para remaja ditandai oleh beberapa factor. Perkembangan rohani dan jasmaninya. Menurut W. Stobuct perkembangan itu antara lain :
- Pertumbuhan Pikiran dan Mental
- Perkembangan Perasaan
- Perkembangan Sosial
- Perkembangan Moral
- Sikap dan Minat
- Ibadah


DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah. 2003. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Bulan Bintang

Jalaluddin. 2008. Psikologi Agama. Jakarta: PT Grafindo Persada

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Grafindo Persada

1 komentar: