Rabu, 28 Desember 2011

MAKALAH PONDOK PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam, prosentasenya mencapai 88%. Bahkan merupakan jumlah muslim terbesar di dunia. Berkaitan dengan itu pendidikan yang ada di Indonesia tidak hanya di sekolah umum, ataupun di madrasah, melainkan ada juga pondok pensantren. Tetapi masih banyak masyarakat yang belum memehami betul tentang pondok pesantren.
Maka dalam makalah ini akan dibahas tentang pondok pesantren, mulai dari pengertian, tujuan, bagaimana karakteristik pondok pesantren, tipologi atau model-model pondok pesantren dan juga dibahas pula tentang sistem pendidikan yang ada dipondok pesantren. Sehingga  masyarakat mengenal betul tentang pondok pesantren, dan tidak lagi menganggap sebelah mata tentang pondok pesantren.

B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.                Bagaimana pengertian pondok pesantren?
2.                Apa tujuan pendidikan pondok pesantren?
3.                Apa karakteristik pondok pesantren?
4.                Bagaimana tipologi pondok pesantren?
5.                Bagaimana sistem pendidikan pondok pesantren?


 C.      Tujuan Pembahasan
Dari rumusan masalah diatas, maka makah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1.                Memahami tentang pengertian pondok pesantren.
2.                Mengetahui tujuan pendidikan pndok pesantren.
3.                Mengetahu karakteristik pondok pesantren.
4.                Memahami tipologi pndok pesantren.
5.                Memahami sistem pendidikan pondok pesantren.

 

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pondok Pesantren
Kehadiran kerajaan Bani Umayah menjadikan pesatnya ilmu pengetahuan, sehingga anak-anak masyarakat islam tidak hanya belajar dimasjid tetapi juga pada lembaga-lembaga yaitu “kuttab” (pondok pesantren). Kuttab, dengan karakteristik khasnya, merupakan wahana dan lembaga pendidikan islam yang semula sebagai lembaga baca dan tulis dengan sistem halaqah (sistem wetonan). Pada tahap berikutnya kuttab mengalami perkembangan yang sangat pesat karena dengan didukung oleh dana dari iuran masyarakat serta adanya rencana-rencana yang harus dipatuhi oleh pendidik dan peserta didik.
Di Indonesia istilah kuttab lebih dikenal dengan istilah “pondok pesantren”, yaitu suatu lembaga pendidikan islam yang didalamnya terdapat seorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (peserta didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan terebut, serta didukung adanya pemondokan atau asrama sebagai tempat tinggal para santri.[1]
Dalam kamus besar bahas Indonesia, pesantren diartikan sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.

B.     Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren
Tujuan pendidikan pesantren menurut Mastuhu adalah menciptakan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia bermanfaat bagi masyarakat atau berhikmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau menjadi abdi masyarakat mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia. Idealnya pengembangan kepribadian yang ingin di tuju ialah kepribadian mukhsin, bukan sekedar muslim.[2]
 Sedangkan menurut M.Arifin bahwa tujuan didirikannnya pendidikan pesantren pada dasarnya terbagi pada dua[3] yaitu:
a.         Tujuan Khusus
Yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang ‘alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh Kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat.
b.                            Tujuan Umum
Yakni membimbing anak didik agar menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar dan melalui ilmu dan amalnya.

C.      Karakteristik Pondok Pesantren
Karakteristik atau ciri-ciri umum pondok pesantren[4] adalah
a.        Adanya kiai
b.      Adanya santri
c.       Adanya masjid
d.      Adanya pondok atau asrama
Sedangkan ciri-ciri  khusus pondok pesantren adalah isi kurikulum yang dibuat terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu sintaksis Arab, morfologi arab,hukum islam, tafsir Hadis, tafsir Al-Qur’an dan lain-lain.
Dalam penjelasan lain juga dijelaskan tentang ciri-ciri pesantren dan juga pendidikan yang ada didalamnya, maka ciri-cirinya adalah
a.       Adanya hubungan akrab antar santri dengan kiainya.
b.      Adanya kepatuhan santri kepada kiai.
c.       Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam lingkungan pesantren.
d.      Kemandirian sangat terasa dipesantren.
e.       Jiwa tolong-menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai pergaulan di pesantren.
f.       Disiplin sangat dianjurkan.
g.      Keprihatinan untuk mencapai tujuan mulia. Hal ini sebagai akibat kebiasaan puasa sunat, zikir, dan i’tikaf, shalat tahajud dan lain-lain.
h.      Pemberian ijazah, yaitu pencantuman nama dalam satu daftar rantai pengalihan pengetahuan yang diberikan kepada santri-santri yang berprestasi.[5]

Ciri-ciri diatas menggambarkan pendidikan pesantren dalam bentuknya yang masih murni (tradisional). Adapun penampilan pendidikan pesantren sekarang yang lebih beragam merupakan akibat dinamika dan kemajuan zaman telah mendorong terjadinya perubahan terus-menerus, sehingga lembaga tersebut melakukan berbagai adopsi dan adaptasi sedemikian rupa. Tetapi pada masa sekarang ini, pondok pesantren kini mulai menampakan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan islam yang mumpuni, yaitu didalamnya didirikan sekolah, baik formal maupun nonformal.
Dengan adanya tranformasi, baik kultur, sistem dan nilai yang ada di pondok pesantren, maka kini pondok pesantren yang dikenal dengan salafiyah (kuno) kini telah berubah menjadi khalafiyah (modern). Transformasi tersebut sebagai jawaban atas kritik-kritik yang diberikan pada pesantren dalam arus transformasi ini, sehingga dalam sistem dan kultur pesantren terjadi perubahan yang drastis, misalnya
1.      Perubahan sistem pengajaran dari perseorangan atau sorogan menjadi sistem klasikal yang kemudian kita kenal dengan istilah madrasah (sekolah).
2.      Pemberian pengetahuan umum disamping masih mempertahankan pengetahuan agama dan bahasa arab.
3.      Bertambahnya komponen pendidikan pondok pesantren, misalnya keterampilan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat, kesenian yang islami.
4.      Lulusan pondok pesantren diberikan syahadah (ijazah) sebagai tanda tamat dari pesantren tersebut dan ada sebagian syahadah tertentu yang nilainya sama dengan ijazah negeri.[6]

D.      Tipologi Pondok Pesantren
Seiring dengan laju perkembangan masyarakat maka pendidikan pesantren baik tempat, bentuk, hingga substansi telah jauh mengalami perubahan. Pesantren tak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang, akan tetapi pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman.
Menurut Yacub ada beberapa pembagian tipologi pondok pesantren[7] yaitu :
·       Pesantren Salafi yaitu pesantren yang tetap mempertahankan pelajaran dengan kitab-kitab klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum. Model pengajarannya pun sebagaimana yang lazim diterapkan dalam pesantren salaf yaitu dengan metode sorogan dan weton.
·       Pesantren Khalafi yaitu pesantren yang menerapkan sistem pengajaran klasikal (madrasi) memberikan ilmu umum dan ilmu agama serta juga memberikan pendidikan keterampilan.
·       Pesantren Kilat yaitu pesantren yang berbentuk semacam training dalam waktu relatif singkat dan biasa dilaksanakan pada waktu libur sekolah. Pesantren ini menitik beratkan pada keterampilan ibadah dan kepemimpinan. Sedangkan santri terdiri dari siswa sekolah yang dipandang perlu mengikuti kegiatan keagamaan dipesantren kilat.
·       Pesantren terintegrasi yaitu pesantren yang lebih menekankan pada pendidikan vocasional atau kejuruan sebagaimana balai latihan kerja di Departemen Tenaga Kerja dengan program yang terintegrasi. Sedangkan santri mayoritas berasal dari kalangan anak putus sekolah atau para pencari kerja.
Sedangkan menurut Mas’ud dkk ada beberapa tipologi atau model pondok pesantren yaitu :
  • Pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas asli sebagai tempat mendalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fiddin) bagi para santrinya. Semua materi yang diajarkan dipesantren ini sepenuhnya bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab (kitab kuning) yang ditulis oleh para ulama’ abad pertengahan. Pesantren model ini masih banyak kita jumpai hingga sekarang seperti pesantren Lirboyo di Kediri Jawa Timur beberapa pesantren di daerah Sarang Kabupaten Rembang Jawa tengah dan lain-lain.
  • Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam pengajaran namun dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut kebutuhan dan tak mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah secara nasional sehingga ijazah yang dikeluarkan tak mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai ijazah formal.
  • Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum di dalam baik berbentuk madrasah (sekolah umum berciri khas Islam di dalam naungan DEPAG) maupun sekolah (sekolah umum di bawah DEPDIKNAS) dalam berbagai jenjang bahkan ada yang sampai Perguruan Tinggi yang tak hanya meliputi fakultas-fakultas keagamaan meliankan juga fakultas-fakultas umum. Contohnya adalah Pesantren Tebu Ireng di Jombang Jawa Timur.
  • Pesantren yang merupakan asrama pelajar Islam dimana para santri belajar disekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi diluarnya. Pendidikan agama dipesantren model ini diberikan diluar jam-jam sekolah sehingga bisa diikuti oleh semua santrinya. Diperkirakan pesantren model inilah yang terbanyak jumlahnya.[8]
E.       Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Sistem yang ditampilkan dalam pondok pesantren mempunyai keunikan dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam lembaga pendidikan pada umumnya, yaitu:
1.    Memakai sistem tradisional, yang memiliki kebebasan penuh dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan 2 arah antara kiai dan santri.
2.    Kehidupan dipesantren menampakkan semangat demokrasi, karena mereka praktis bekerjasama mengatasi problem non kurikuler mereka sendiri.
3.    Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar dan ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanyaijazah tersebut. Hal itu karena tujuan utama mereka hanya ingin mencari keridhoan Allah SWT semata.
4.    Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme, persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri, dan keberanian hidup.
5.    Alumni pondok pesantren tak ingin menduduki jabatan pemeritahan, sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.[9]
Adapun metode yang lazim digunakan dalam pendidikan pesantren adalah wetonan, sorogan, dan hafalan. Metode wetonan merupakan metode kuliah dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk disekeliling kiai yang menerangkan pelajaran. Santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat jika perlu. Metode sorogan sedikit berbeda dari metode weronan dimana santri menghadap guru satu-persatu dengan membawa kitab yang dipelajari sendiri. Kiai membacakan dan menerjemahkan kalimat demi kalimat, kemudian menerangkan maksudnya, atau kiai cukup menunjukan cara membaca yang benar, tergantung materi yang diajukan dan kemampuan ssantri.
Adapun metode hafalan berlangsung dimana santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya. Materi hafalan biasanya dalam bentuk syair atau nazham. Sebagai pelengkap metode hafalan sangat efektif untuk memelihara daya ingat (memorizing) santri terhadap materi yang dipelajarinya, karena dapat dilakukan baik didalan maupun diluar kelas.[10]
Sedangkan jenjang pendidikan dalam pesantren tidak dibatasi seperti dalam lembaga-lembaga pendidikan yang memakai sistem klasikal. Umumnya, kenaikan tingkat seorang santri didasarkan isi mata pelajaran tertentu yang ditandai dengan tamat dan bergantinya kitab yang dipelajarinya. Apabila seorang santri telah menguasai satu kitab atau beberapa kitab dan telah lulus ujian (imtihan) yang diuji oleh kiainya, maka ia berpindah kekitab lain yang lebih tinggi tingkatannya. Jelasnya, penjenjangan pendidikan pesantren tidak berdasarkan usia, tetapi berdasarkan penguasaan kitab-kitab yang telah ditetapkan dari paling rendah sampai paling tinggi.
Tetapi seiring dengan perkembangan zaman kini pondok pesantren banyak yang menggunakan sistem klasikal, dimana ilmu yang dipelajari tidak hanya agama saja, melainkan ilmu umum juga dipelajari.   


 

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Pondok pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan islam yang didalamnya terdapat seorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (peserta didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan terebut, serta didukung adanya pemondokan atau asrama sebagai tempat tinggal para santri.
2.      Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia bermanfaat bagi masyarakat atau berhikmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau menjadi abdi masyarakat mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu.
3.      Karakteristik pondok pesantren adalah ada kyai, santri, masjid, dan asrama.
4.      Tipologi pondok pesantren yaitu Pesantren Salafi , Pesantren Khalafi ,Pesantren Kilat , dan Pesantren terintegrasi.
5.      Sistem pendidikan di pondok pesantren yang lazim digunakan dalam pendidikan pesantren adalah wetonan, sorogan, dan hafalan. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman kini pondok pesantren banyak yang menggunakan sistem klasikal, dimana ilmu yang dipelajari tidak hanya agama saja, melainkan ilmu umum juga dipelajari. 








DAFTAR PUSTAKA

Amien Rais M.Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta. Bandung: Mizan. 1989.
Arifin HM.Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta:Bumi Aksara. 1991.
Khosin.Tipologi Pondok Pesantren. Jakarta: diva Pustaka. 2006.
Mas’ud, dkk. Tipologi Pondok Pesantren. Jakarta: Putra Kencana. 2002.
Mujib,Abdul.Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. 2006.
Masyhud, Sulthon dan Khusnurdilo. ManajemenPondokPesantren. Jakarta: Diva
Pustaka. 2003.


























[1]Abdul,Mujib.Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta: Kencana Penada Media,2006).hal 234-235
[2] Sulthon Masyhud dan Khusnurdilo. Manajemen Pondok Pesantren. (Jakarta: DivaPustaka, 2003).h 92-93.
[3] Arifin HM.Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum.(Jakarta:Bumi Aksara,1991), Hal 248.
[4] Abdul mujib.Opcit. hal 235
[5] Sulthon Masyhud dan Khusnurdilo.Opcit. Hal 93-94
[6] Abdul mujib.Opcit. hal 237-238
[7] Khosin.Tipologi Pondok Pesantren.(Jakarta: diva Pustaka,2006). Hal 101.
[8] Mas’ud, dkk. Tipologi Pondok Pesantren (Jakarta: Putra Kencana,2002), hal 149-150.
[9] Amien Rais M.Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta.(Bandung: Mizan,1989). Hal 162.
[10] Sulthon Masyhud dan Khusnurdilo. Opcit.hal 89.

MAKALAH PENGEMBANGAN SILABUS BERDASARKAN KTSP


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dalam rangka pemberdayaan sekolah/madrasah maka pengembangan KTSP mempunyai karakteristik, bahwa partisipasi warga sekolah/madrasah dan masyarakat memiliki bagian yang sangat penting dalam mengimplementasikan KTSP. Maka sebagai calon pendidik harus mengetahui dan memahami bagaimana cara pengembangan pendidikan yang berbasis KTSP.
Silabus merupakan salah satu model KTSP yang dikembangkan di sekolah/madrasah. Maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai silabus yang meliputi, pengertian, landasan, prinsip, komponen, dan langkah-langkah pengembangan silabus. Sehingga para calon pendidik dapat memahami tentang hal-hal yang berhubungan dengan silabus dengan baik.
B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana pengertian silabus?
2.      Apa landasan pengembangan silabus?
3.      Apa prinsip pengembangan silabus?
4.      Siapakah yang melakukan pengembangan silabus?
5.      Apa saja komponen dalam silabus?
6.      Bagaimana langkah-langkah pengembangan silabus?
C.    TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembahasan pada makalah ini adalah, sebagai berikut:
1.      Memahami tentang pengertian silabus.
2.      Mengetahui tentang landasan pengembangan silabus.
3.      Mengetahui tentang prinsip pengembangan silabus.
4.      Mengetahui pengembang silabus.
5.      Mengetahui komponen dalam silabus.
6.      Memahami langkah-langkah pengembangan silabus.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN SILABUS
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/ bahan/ alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.[1]
B.     LANDASAN PENGEMBANGAN SILABUS
Landasan pengembangan silabus adalah Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 ayat (2) dan pasal 20 yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 17
(2)  sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetemsi lulusan, dibawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab dibidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintahan dibidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.
Pasal 20
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.[2]

C.    PRINSIP PENGEMBANGAN SILABUS
Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang berisikan garis-garis besar meteri pembelajaran. Beberapa prinsip yang mendasari pengembangan silabus antara lain:
1.   Ilmiah. Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2.  Relevan. Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3.  Sistematis. Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4.  Konsisten. Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5.  Memadai. Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6.  Aktual dan Kontekstual. Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7.  Fleksibel. Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di madrasah dan tuntutan masyarakat.
8.  Menyeluruh. Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).[3]
D.    PENGEMBANG SILABUS
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah madrasah atau beberapa madrasah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Mapenda Kandepag Kabupaten/Kota.
a.    Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik siswa, kondisi madrasah dan lingkungannya. 
b.    Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak madrasah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh madrasah tersebut.
c.    Di MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun silabus secara bersama. Di MTs untuk mata pelajaran IPA dan IPS terpadu disusun secara bersama oleh guru yang terkait.
d.   Madrasah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan madrasah lain melalui forum MGMP/PKG untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh madrasah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.
e.    Dinas Pendidikan dan atau Mapenda Kantor Departemen Agama setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing.
E.     KOMPONEN DALAM SILABUS
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-kompenen sebagai berikut:
1.      Identitas silabus
2.      Standar Kompetensi
3.      Kompetensi dasar
4.      Materi pokok/pembelajaran
5.      Kegiatan pembelajaran
6.      Indikator
7.      Penilaian
8.      Alokasi waktu
9.      Sumber belajar
Komponen-komponen diatas akan dijabarkan kedalam format silabus, dengan melalui langkah-langkah yang akan dijelaskan dibawah ini.
F.     LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SILABUS
1.      Mengisi identitas Silabus
Identitas terdiri dari nama sekolah/madrasah, kelas, mata pelajaran, dan semester. Dapat ditambahkan kode SK-MP.KLS-SMT. KD ke.... identitas silabus ditulis diatas matriks silabus.
2.      Menulis standar kompetensi
Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar kompetensi diambil dari Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) MataPelajaran. Sebelum menulis standar kompetensi penyusun terlebih dahulu mengkaji Stadar Isi mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a.       Urutan berdasarkan herarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD.
b.      Keterkaitan antar SK dan KD dalammata pelajaran.
c.       Keterkaitan SK dan KD antar mata pelajaran.
Standar kompetensi ditulis diatas matriks silabus dibawah tulisan semester.
3.      Menulis kompetensi dasar
Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar dipilh dari yang tercantum dalam standar isi. Sebelum menentukan atau memilih kompetensi dasar, penyusun terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.                 Urutan berdasarkan herarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD.
b.                Keterkaitan antar SK dan KD dalammata pelajaran.
c.                 Keterkaitan SK dan KD antar mata pelajaran.
Kompetensi dasar dituliskan di kolompertama matriks silabus.
4.      Merumuskan indikator
Indikator merupakan tanda-tanda atau ciri-ciri yang menggambarkan pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur, diobservasi (diamati) yang mencakup aspek sikap, pengetahuan, da keterampilan. Prinsip pengembangan indikator adalah urgensi, kontunuitas, relevansi, dan kontekstual. Indikator yang terrumuskan dalam silabus menjadi standar acuan untuk mengembangakan instrumen penilaian. Oleh karena itu didalam penentuan indikator diperlukan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a.       Sesuai tingkat perkembangan SK dan KD.
b.      Mengacu pada pencapaian SK dan KD.
c.       Menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor).
d.      Mengidentifikasi dan merumuskan indikator pencapaian hasil belajarpada aspek-aspek tingkatan kognitif, afektif, psikomotor yang lebih tinggi sehingga peserta didik mempu berfikir tingkat tinggi, memiliki sikap/karakter dengan nilai yang kuat, serta mampu melakukan kreatifitas dan orisinalitas.
e.       Mengelaborasikan karakteristik materi pembelajaran yang relevan.
f.       Menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati. 
5.      Mengidentifikasi materi pokok
Materi pembelajaran merupakan substansi isi yang harus dipelajari dan dikuasai peserta didik dalm proses pembelajaran. Substansi isi materi pembelajaran dapat berupa fakta, konsop, prinsip, dalil, hukum, kaidah, prosedur, keterampilan, sikap dan nilai. Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus dipertimbangkan:
a.       Relevansi materi pokok dengan indikator, KD-SK.
b.      Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik.
c.       Kemanfaatan bagi peserta didik.
d.      Struktur keilmuan.
e.       Kedalaman dan keluasan materi.
f.       Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan.
g.      Alokasi waktu
Selain itu harus diperhatikan:
a.    Kesahihan (validity), materi memang benar-benar teruji bekenarannya dan kesahihannya.
b.    Tingkat kepentingan (significance), materi yang diajarakan memang benar-benar diperlukan oleh siswa.
c.    Kemanfaatan (utility), materi tersebut memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya.
d.   Layak dipelajari   (learnability), materi layak dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat.
e.    Menarik minat (interest), materinya menarik minat siswa dan memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut.
6.      Mengembangkan kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melauai interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian indikator dan KD. Kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
a)   Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar mereka dapat bekerja dan melaksanakan proses pembelajaran secara profesional sesuai dengan tuntutan kurikulum
b)  Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh
c)   Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
d)  Kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered). Guru harus selalu berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar peserta didik memiliki kompetensi yang telah ditetapkan.
e)  Materi/content pengalaman belajar dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
f)   Perumusan pengalaman belajar harus jelas.
g)  Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu.
h) Pendekatan pembelajaran yang digunakan bersifat spiral (mudah ke sukar; konkret ke abstrak; dekat ke jauh) dan juga memerlukan urutan pembelajaran yang terstruktur.
i)   Rumusan pernyataan dalam pengalaman belajar minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik, yaitu kegiatan peserta didik dan materi.
Dalam pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a) Memberikan peluang bagi peserta didik untuk mencari, mengolah dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru
b) Mencerminkan ciri khas dalam pengembangan kemampuan mata pelajaran.
c) Disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, sumber belajar dan sarana yang tersedia
d) Bervariasi dengan mengkombinasikan kegiatan individu atau perorangan, berpasangan, kelompok, dan klasikal
e)  Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual peserta didik seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekonomi dan budaya serta masalah khusus yang dihadapi peserta didik yang bersangkutan.
7.      Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Kriteria penilaian meliputi:
a) Penulisan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan dinilai sehingga memudahkan dalam pembuatan soal-soalnya
b) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
c)  Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah peserta didik mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
d) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
e) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindakan perbaikan, berupa program remidi. Apabila peserta didik belum menguasai suatu kompetensi dasar, ia harus mengikuti proses pembelajaran lagi, sedang bila telah menguasai kompetensi dasar, ia diberi tugas pengayaan.
f)  Peserta didik yang telah menguasai semua atau hampir semua kompetensi dasar dapat diberi tugas untuk mempelajari kompetensi dasar berikutnya.
g) Dalam sistem penilaian berkelanjutan, guru harus membuat kisi-kisi penilaian dan rancangan penilaian secara menyeluruh untuk satu semester dengan menggunakan teknik penilaian yang tepat
h) Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran: kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan menggunakan berbagai model penilaian, formal dan tidak formal secara berkesinambungan.
i)  Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan pelajaran dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip penilaian berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten.
j)  Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan hasil belajar peserta didik.
k) Penilaian berorientasi pada Standar kompetensi, Kompetensi dasar dan indikator, dengan demikian hasil penilaian akan memberikan gambaran mengenai perkembangan pencapaian kompetensi.
l)  Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan terus-menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan penguasaan kompetensi oleh peserta didik, baik sebagai efek langsung (main effect) maupun efek pengiring (nurturant effect) dari proses pembelajaran.
m) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
8.      Menentukan alokasi waktu
Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian satu Kompetensi Dasar, dengan memperhatikan:
a)  Minggu efektif per semester
b)  Alokasi Waktu Mata Pelajaran
c)  Jumlah Kompetensi per semester
d) Membagi alokasi waktu per jumlah SK-KD dengan memperhatikan tingkat kerumitan dan keluasan materi.
9.      Menentukan sumber belajar
   Sumber belajar adalah rujukan,objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik,nara sumber,serta lingkungan fisik,alam,sosial,dan budaya.Penentuan sumber belajar berdasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok,kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi.


 


FORMAT I : Horizontal
SILABUS
Sekolah/Madrasah                   :
Mata Pelajaran                         :
Kelas                                       :
Semester                                  :
Kode (jika diperlukan)            :
Standar Kompetensi                : 1..........(2,3, dan seterusnya)

Kompetensi dasar

Materi pokok/ pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
indikator
Penilaian

Alokasi waktu
Sumber belajar








FORMAT II : Vertikal
SILABUS
Sekolah/Madrasah                            :
Mata Pelajaran                                  :
Kelas                                                 :
Semester                                           :
Kode (jika diperlukan)                     :

1.                                                                                                             Standar Kompetensi            :
2.                                                                                                             Kompetensi dasar    :
3.                                                                                                             Materi pokok/pembelajaran :
4.                                                                                                             Kegiatan pembeljaran          :
5.                                                                                                             Indikator      :
6.                                                                                                             Penilaian      :
7.                                                                                                             Alokasi waktu         :
8.                                                                                                             Sumber belajar         :
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
v  Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/ bahan/ alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
v  Landasan pengembangan silabus adalah Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 ayat (2) dan pasal 20.
v  Beberapa prinsip yang mendasari pengembangan silabus antara lain:
Ilmiah, Relevan, Sistematis, Konsisten, Memadai, Menyeluruh, Fleksibel, Aktual dan Kontekstual,Menyeluruh, Fleksibel.
v      Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-kompenen sebagai berikut:
Identitas silabus, Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi pokok/pembelajaran, Kegiatan pembelajaran, Indikator, Penilaian , Alokasi waktu dan
Sumber belajar.
v  Langkah- langkah menyusun silabus:
Menulis standar kompetensi, Mengisi identitas Silabus, Merumuskan indikator, Menulis kompetensi dasar, Mengidentifikasi materi pokok, Mengembangkan kegiatan pembelajaran, Penilaian, Menentukan sumber belajar, dan Menentukan alokasi waktu.











DAFTAR PUSTAKA
Joko Susilo,Muhamad.2008.KTSP:Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya.Jogjakarta:PUSTAKA PELAJAR.
Muhaimin, Dkk.2008.Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) pada Sekolah dan Madrasah.Jakarta:PT RAJA GRAFINDO PERSADA.
Muslich,Masnur.2008.KTSP(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).Jakarta:PT BUMI AKSARA.



[1] Muhaimin,Sutiah,Sugeng Listyo Prabowo.Pemgembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Sekolah & Madrasah.(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2008),  hal.112.
[2] Masnur Muslich. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.(Jakarta:PT Bumi Aksara,2008), hal.24.
[3] Muhaimin,Sutiah,Sugeng Listyo Prabowo. Ibid. Hal 114